Chapter 18

281 51 3
                                    

Jivanka berjalan pelan menuju kamar Little Vanka. Sekarang kamar itu sudah hampir resmi menjadi milik Little Vanka. Dua bulan lagi Jivanka akan melahirkan. Kamar yang awalnya hanya ada satu tempat tidur berukuran kecil itu, sekarang banyak barang-barang lain disana. Seperti lemari yang sudah berisikan segala jenis perlengkapan bayi, ada juga baby walker, dan baby stroller.

Kebanyakan dari perlengkapan bayi disana adalah hadiah saat ulang tahun Jivan. Kebanyakan dari mereka memberi perlengkapan bayi, bahkan banyak pegawai di perusahaan Rino yang memberi hadiah juga, mereka tahu kalau Jivan sedang hamil dari Bastian.

Saat itu mereka merayakan hari ulang tahun Jivan di rumah. Ketika bangun tidur dan keluar dari kamar, Jivan menemukan ruang tengah sudah di hias dengan berbagai hiasan khas pesta ulang tahun. Lalu teriakan 'suprise!' membuat Jivan semakin kebingungan. Dia masih dengan wajah berantakan layaknya orang bangun tidur pada umumnya.

Rino beralih ke hadapannya, menggenggam tangannya, lalu mengecupnya, dan berkata, "Selamat ulang tahun, Jivanka. My one and only princess.". Tangis Jivan pecah saat itu juga.

"Aku lupa kalau hari ini aku ulang tahun, tapi kalian... kalian semua.... hiks... terima kasih... terima kasih banyak... bahkan jika nanti aku hanyalah cangkang kosong tanpa ada jiwa, tubuh ini masih memiliki rasa terima kasih ini."

Rino memeluknya, kemudian diikuti Ben, Leo, dan yang lainnya, mereka semua memeluk Jivanka. Hari itu mereka berbahagia, makan bersama, tertawa bersama, saling bercerita dan bergurau satu sama lain.

Mari kita akhiri nostalgia hari ulang tahun Jivanka, dan kita kembali ke Jivanka di masa sekarang.

Dia tersenyum melihat kamar bernuansa putih itu. Beberapa waktu yang lalu, dia, Rino, dan tentunya dibantu oleh yang lain, merapikan dan menghias kamar itu. Memang Little Vanka tidak akan langsung tidur di kamar itu setelah lahir, bayi mereka nanti akan tidur di box bayi yang diletakkan di kamar utama, yaitu kamar Rino dan Jivan.

Jivan mengusap perutnya yang semakin membesar. Dia juga akhir-akhir ini lebih sering mengalami nyeri punggung. Berat badannya naik hingga mencapai delapan kilogram, Rino bilang Jivan jauh lebih cantik dengan pipinya yang terlihat semakin gembil. Jivan juga seringkali merasa mudah lelah. Dia tidak bisa berjalan terlalu lama, kakinya sedikit membengkak dan sering merasa kram. Kram perutnya masih suka terasa, sekarang ditambah lagi kram kaki. Begitulah, memang Jivan mengalami banyak kesulitan, tapi dia bahagia karena dokter Patricia bilang, calon bayi di dalam perutnya tumbuh dengan sehat.

Rino menjaganya dengan super duper ekstra. Sedikit pun Jivan tidak diperbolehkan jauh dari jangkauannya, tapi Jivan seringkali nakal. Dia seringkali kabur saat Rino tengah serius dengan laptop mengerjakan pekerjaan kantornya. Seperti saat ini, Rino pasti akan kelabakan saat tidak menemukan Jivan berada dalam jangkauan pandangnya.

Jivan duduk di tempat tidur kecil itu. Tangannya mengusap seprai yang terasa sangat lembut. Disana juga ditaruh boneka kelinci putih milik Jivan yang katanya mirip dengan Rino.

"Little Vanka yang sebentar lagi akan menjadi Vanka, ini kamar kamu, sayang. Tapi kamu baru bisa bobo disini kalau kamu udah besar, udah bisa bobo sendiri tanpa ditemani mama sama papa. Eits, tapi walaupun kamu udah besar dan udah bisa bobo sendiri nanti, kamu masih boleh kok bobo bareng mama papa kalau kamu mau."

Jivanka seringkali mengajak Little Vanka berbicara. Little Vanka di dalam sana terkadang akan memberi respon seperti tendangan di perut Jivan, yang tentunya tidak terlalu keras, karena kalau terlalu keras, Little Vanka akan mendapat nasehat dari papa nya.

"Semoga kamu gak jadi anak yang penakut ya. Dulu, waktu mama punya kamar sendiri dan harus bobo sendirian, mama gak berani, mama takut ada hantu di bawah tempat tidur. Om Leo sampai bilang mama cupu, akhirnya beberapa hari itu mama tidur ditemani Om Ben."

LIMBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang