Dalam pernikahan, mereka tentu saja menginginkan seorang anak. Rino dan Jivan selalu berusaha, tapi sayangnya malaikat kecil itu belum ditakdirkan untuk hadir di keluarga kecil mereka. Namun, akhir-akhir ini Rino juga mengalami keraguan, apakah kehamilan akan berdampak buruk pada kesehatan Jivan atau tidak. Dia belum sempat bertanya hal ini juga pada dokter. Maka dari itu, akhir-akhir ini Rino selalu bermain aman saat mereka berhubungan. Sayangnya, Jivan menyadari hal itu.
"Kakak gak mau punya anak?" Sebuah pertanyaan terlontar dari bibir si manis.
"Hm? Kenapa tiba-tiba kamu nanya kaya gitu?"
Rino masih berusaha menetralkan napasnya, beberapa detik yang lalu mereka baru saja melalui sesi percintaan yang panas.
"Akhir-akhir ini kakak selalu pakai pengaman, padahal dulu, kakak yang paling semangatㅡ"
"Sayang, kamu salah paham."
Mengubah posisinya agar menyamping dan menghadap Jivan, Rino memeluk pinggang istrinya. Namun, Jivan menolaknya, menyingkirkan tangan suaminya itu. Rino tahu Jivan-nya marah.
"Ya udah jelasin, biar aku gak salah paham."
"Kakak tahu kondisi kesehatan kamu belum membaik, jadi menurut kakak, ini bukan saat yang tepat untuk mengandung."
"Maksud kakak sakit kepala itu? Aku udah gak sakit lagi, semenjak minum obat, aku udah membaik." Jivanka bohong, beberapa waktu yang lalu dia kembali merasakan kepalanya sakit.
Rino hanya menanggapinya dengan senyuman. Tidak mau berdebat lebih panjang dan membuat Jivan-nya marah.
"Kalau gitu, kamu mau punya anak perempuan atau laki-laki?" Sengaja mengubah topik pembicaraan menjadi lebih santai.
"Eum... aku mau perempuan yang cantik kaya Cecil. Tapi kalau Tuhan kasih laki-laki juga boleh." Rino berhasil mengembalikan mood si manis menjadi lebih baik.
"Kalau anak perempuan, kamu mau kasih nama siapa?"
"Vanka."
"Loh kok Vanka? Itu kan nama kamu."
"Namaku Jivanka, bukan Vanka. Kakak jangan ikut-ikutan kak Leo panggil aku Vanka, cukup Babas aja."
Rino malah tertawa dengan suara seksi nya, bayangkan saja bagaimana suara serak Rino mendendangkan sebuah tawa, Jivanka saja merinding mendengarnya.
"Kenapa harus Vanka? Kan masih banyak nama lain."
"Supaya yang dipanggil Vanka itu anak kita nanti, bukan aku lagi. Panggil aku Jivan atau Jivanka."
"Kenapa kamu gak suka dipanggil Vanka, hm?"
"Vanka itu nama perempuan, kakak..." Ujarnya dengan nada merengek khas milik Jivanka.
"Tapi kamu cantik, cocok sama panggilan itu."
"Ugh, stop. Aku tuh ganteng!" Tangannya melipat di dada, memasang wajah marah, yang malah terlihat lucu di penglihatan Rino.
"Iya, Jivanka yang paling ganteng."
Rino merapikan rambut Jivan yang acak-acakan dan lepek karena keringat, kemudian dia mengecup wajah Jivan berkali-kali di beberapa titik, membuat si manis tertawa karena lama-kelamaan rasanya menjadi geli.
Biarlah untuk saat ini mereka menghabiskan kebersamaan dengan penuh tawa, karena mereka tidak akan pernah tahu, kapan tawa itu akan sirna.
.
.
.
"Princess, sarapan udah siap!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMBO
FanfictionPada akhirnya, Adrino hanya akan menjadi orang yang terlupakan. Stray Kids. Lee Minho. Han Jisung. MinSung. Minho as Adrino Jisung as Jivanka BxB Warning ⚠️ LOCAL NAME. DRAMA. ANGST. MPREG.