Chapter 13

344 50 13
                                    

Bastian hari ini datang berkunjung. Dia sudah lama tidak menjenguk Jivan. Bahkan saat terakhir kali Jivan dirawat di rumah sakit saat ada klien dari Jepang datang, Bastian tidak sempat menjenguknya, begitupun dengan Jeyan. Jeyan sedang disibukkan dengan ujian studi S2 nya, tapi dia tetap menyempatkan diri untuk datang ke cafe di sela-sela kesibukannya.

"Kangen gue gak?"

"Jeyan mana?"

"Ini gue yang dateng, lo malah nanyain Jeyan."

"Lo gak penting, Jivanka pasti nanyain Jeyan, bukan elo."

"Cih. Bilang aja lo kangen sama gue."

"Gue gak ada ngomong gitu ya."

"Kakak? Siapa yang datang?"

Jivanka menghampiri kedua orang itu. Bastian melambaikan tangannya. Perut Jivan mulai membesar, usia kandungannya sudah menginjak empat bulan lebih. Dokter Patricia bilang Little Vanka mereka sekarang sudah sebesar buah alpukat. Kemarin saat USG, jenis kelaminnya sudah mulai terlihat, dan calon bayi mereka perempuan.

"Halo Babas."

"Halo juga, cantik."

"Gue usir ya lo."

"Gue salah mulu ih."

"Ayo masuk, Babas."

Bastian menjulurkan lidahnya pada Rino, bermaksud mengejek. Rino melotot, tangannya membuat gerakkan seperti ingin memukul Bastian. Bastian buru-buru berlari, sembunyi di belakang tubuh Jivan. Jivan hanya menertawakan tingkah kakak beradik itu.

"Kamu sendiri? Gak sama Jeje?"

"Dia lagi sibuk, jadi gak bisa datang. Tapi aku bawain cheese cake kesukaan kamu kok, titipan dari Iyan."

"Hm. Makasih."

Rino mengambil kotak kue dari tangan Bastian, "Tunggu di ruang makan ya, sayang. Kakak siapin dulu kue nya."

Jivan berjalan menuju meja makan, langkahnya pelan dan tangannya memegang pinggang. Jivan memang mengalami nyeri pinggang beberapa kali, efek kehamilannya. Bastian yang melihat itu membantu Jivan berjalan, Jivan tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Rino tidak cemburu, tenang saja, sifat cemburu Rino kepada Bastian selama ini hanya sebuah candaan.

"Jeje lagi sibuk apa?"

"Iyan kan lagi nerusin kuliah S2 nya. Dia sebentar lagi lulus."

"Oh iya..."

Bastian hanya tersenyum, dia tahu kalau Jivan lupa.

Rino datang dengan tiga piring berisikan cheese cake, segelas teh lemon untuk Jivan, serta dua gelas air mineral untuk Bastian dan dirinya.

"Lo kalau mau minum yang macam-macam bikin sendiri."

"Ini gue kaya bukan tamu ya jadinya."

"Ya emang siapa yang anggap lo tamu?"

"Jivanka."

"Sialan."

"Haha... kalah kan lo kalau gue udah bawa-bawa Vanka."

Rino dan Bastian melanjutkan obrolan mereka, tentang pekerjaan kantor, atau tentang gosip yang sedang beredar di kalangan para karyawan, sementara Jivanka menikmati cheese cake nya dengan tenang.

"By the way, gue ada rencana mau nikahin Iyan sehabis dia wisuda. Menurut lo gimana kak?"

"Emang Iyan udah setuju?"

"Nah, itu dia. Iyan belum ngasih keputusan sampai sekarang. Bantuin gue lagi dong, Vanka, please..."

"Kenapa aku?"

LIMBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang