Chapter 31

379 55 9
                                    

Tiga bulan berlalu. Akhirnya Rino memutuskan memperkerjakan seorang perawat di rumahnya karena kondisi Jivan sekarang lebih rentan dari sebelumnya. Awalnya Jivan sulit menerima perawat itu di rumah, karena baginya si perawat adalah orang asing. Jivan juga menjadi kurang ramah pada orang lain akhir-akhir.

Shema, Felix, dan yang lainnya pernah menjenguk Jivan ke rumah. Felix juga membawa Vanka. Rino sangat merindukan anaknya itu. Setiap hari dia tentu saja selalu menanyakan kabar Vanka pada Felix atau Leo dan juga melakukan panggilan video. Di tengah kesibukannya merawat Jivan, dia tidak pernah melupakan Vanka sedikit pun. Namun saat kedatangan mereka, Jivan menyambutnya dengan tidak ramah. Jivan bilang, kalau dia tidak suka banyak orang, dan mengatakan kalau mereka berisik. Akhirnya hingga saat ini, yang berkunjung hanyalah Ben dan Leo. Bahkan Bastian tidak berani datang, karena dia takut Jivan akan mengamuk.

Jivan masih mangalami kesulitan untuk menelan makanan, hingga saat ini dia masih harus makan bubur, itupun sedikit demi sedikit. Tubuh Jivan lebih kurus dari sebelumnya, berat badannya turun drastis, dia juga kehilangan nafsu makan, jadi Rino selalu memaksanya untuk makan.

Alat olahraga yang diberikan Ben tidak pernah Jivan gunakan lagi, dokter bilang Jivan harus sering berolahraga, karena itu Ben memberikannya dan menaruhnya di rumah, daripada Jivan harus berolahraga ke luar rumah, pikirnya. Tubuh Jivan terlalu lemah untuk sekadar berolahraga. Ditambah lagi, sekarang dia mengalami kesulitan untuk berjalan.

Ya, Jivan melupakan suatu hal lain yang sangat fatal. Dia tidak mengerti cara berjalan dan menggunakan kedua kakinya.

Waktu itu Rino menemukan Jivan sudah bersimpuh di lantai. Rino tentu saja ketakutan, dia berpikir Jivan terluka atau merasakan sakit, tapi Jivan hanya menatapnya dengan pandangan kosong. Rino membantunya berdiri, Jivan masih bisa berdiri tegak, tapi ketika Rino mengajaknya untuk keluar kamar, Jivan tetap mematung di tempatnya. Matanya menatap kaki Rino yang berjalan sedikit menjauh darinya.

"Aku gak bisa." Katanya. Dan Rino tahu apa yang dimaksud Jivan.

Rino mengajari Jivan untuk melangkah. Namun tetap sulit, karena kemampuan Jivan untuk memahami apa yang dia lihat, menerapkannya, kemudian mempraktikannya, tidak lagi seperti dulu. Alhasil Jivan berjalan dengan kaku seperti robot.

Rino bertanya pada dokter Jimmy, kenapa bisa Jivan melupakan hal-hal yang padahal selalu dia lakukan setiap saatnya. Bahkan hari kemarinnya Jivan masih sempat berjalan-jalan ke taman dekat rumah bersama Leo. Tapi kenapa esoknya, Jivan tiba-tiba saja berkata ia tidak bisa, saat kakinya menginjak lantai, dia kemudian terjatuh. Hanya saja, ini tidak seperti orang lumpuh, dia masih bisa menggerakkan kakinya. Dokter mengatakan, hal itu bisa saja terjadi, karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan dilupakan, dan kapan hal itu akan dilupakan.

Jivan sampai saat ini lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat tidur. Leo membelikan kursi roda, untuk membantu Jivan, Leo hanya tidak tega melihat Jivan yang berusaha keras untuk berjalan, dan itu juga justru membuat Jivan kelelahan. Tapi tetap saja, dokter sebenarnya lebih menyarankan Jivan untuk lebih sering melakukan kegiatan fisik. Rino sebenarnya bimbang karena itu, di satu sisi dia tahu perkataan dokter benar, tapi di sisi lain dia tidak tega melihat Jivan yang kondisinya semakin lemah.

Bukan hanya Jivan yang kehilangan berat badannya, Rino juga. Tentu saja karena dia banyak pikiran akhir-akhir ini. Lelah? Itu sudah pasti, Rino tidak mau berpura-pura kalau dirinya baik-baik saja. Rino tetap berusaha untuk menjalani semua ini demi Jivan.

Untuk menjernihkan pikirannya, Ben mengajaknya jalan-jalan ke taman. Bersama Shema, Cecil dan juga Vanka. Jivan di rumah dijaga oleh Leo dan Felix.

Mereka piknik di taman itu. Shema membawa beberapa kue dan makanan lainnya. Cecil sangat senang, Vanka juga sekarang sudah bisa berjalan dengan lancar, anak berusia dua tahun lebih itu tidak mau jauh dari ayahnya. Seandainya Jivan bisa ada ditengah kehangatan ini, Rino akan lebih merasa bahagia.

LIMBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang