Chapter 12

346 52 2
                                    

Hari ini, Jivan diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Dia duduk di tepi ranjang sambil mengayun-ayunkan kakinya. Rino sedang merapikan pakaian Jivan, memasukkannya ke dalam tas untuk dibawa pulang.

Pintu terbuka, Ben dan Leo datang. Rino memang sudah memberitahu kedua kakak Jivan kalau adiknya akan pulang hari ini.

"Kakak!"

Jivan merentangkan kedua tangannya, meminta dipeluk. Dan Ben yang lebih dulu sampai ke pelukannya. Jivan menatap wajah Ben, Ben yang gemas melihat itu mencubit hidung adiknya. Leo mendengus kesal, dia merasa diabaikan.

"Kakak gak dipeluk juga?"

"Aku marah sama kak Leo, kak Leo bentak aku kemarin."

Leo meringis, kemarin dia terbawa emosi. Diantara mereka memang Leo yang sulit mengontrol emosinya.

"Maaf, sebagai permintaan maaf, kakak beliin es krim deh."

"Es krim? Kak Ino, aku boleh makan es krim kan?" Tanya si manis itu pada Rino yang masih sibuk dengan kegiatannya, memastikan makanan yang aman dikonsumsi olehnya.

"Boleh, asal jangan banyak-banyak ya."

"Asik! Oke, kalau gitu aku maafin kak Leo. Sini peluk!"

Si tengah Aryasetya itu dengan kurang ajarnya mendorong tubuh kakaknya agar menjauh dari Jivan. Untung saja Ben sudah biasa dengan sifat Leo.

Mengenai keputusan Jivan yang ingin mempertahankan Little Vanka-nya, Ben dan Leo sudah mengetahuinya. Mereka sempat terkejut dengan pilihan Jivan. Leo bersikeras untuk tidak mempertahankan kandungan Jivan, namun Ben sebaliknya. Bagi Ben yang terpenting adalah kebahagiaan Jivan. Untuk apa jika Jivan rutin meminum obatnya, tapi hatinya tidak bahagia karena harus kehilangan calon bayinya. Leo akhirnya kembali mengikuti suara terbanyak, yaitu mempertahankan Little Vanka dan menyetujui Jivan berhenti mengonsumsi obatnya.

Mobil Rino dan Jivan berada paling depan, di belakangnya mobil Ben dan Leo mengikuti. Mereka sampai di rumah, Jivan tertidur di perjalanan, selama di rumah sakit, dia memang kurang tidur, katanya tidak senyaman tidur di rumah.

Rino keluar dari mobil. Diikuti Ben dan juga Leo. Ben membukakan pintu mobil untuk Jivan, tapi dia malah menemukan adiknya yang sedang tertidur pulas, terlihat dari mulut Jivan yang sedikit terbuka.

"Tidur, No? Dari kapan?"

"Dari awal masuk mobil juga udah tutup mata dia."

"Gue yang gendong dia ke dalem, lo bawa tas aja."

"Oke."

Ben menggendong tubuh adiknya ke dalam rumah, membawanya masuk ke kamar, dan membaringkannya di tempat tidur. Jivanka tidak terbangun, dia sepertinya benar-benar mengantuk. Rino menyusul dengan membawa tas yang berisi pakaian Jivan.

"Lo sama Ben gak langsung pulang kan?"

"Gue mau istirahat dulu."

"Kalau mau ngopi atau apapun itu, bisa cari sendiri kan di kulkas?"

"Tenang, gue yakin Leo sekarang udah berantakin isi kulkas lo."

Keduanya tertawa cukup keras, kemudian Rino sadar dan memberi isyarat untuk mengecilkan volume suara pada Ben, takut Jivan terbangun.

"Lo istirahat aja."

"Hm. Thanks, Ben."

Ben keluar dari kamar utama rumah itu, menutup pintunya dan berjalan menuju dapur. Saat sampai di ruang tengah, dia melihat Leo yang sedang menonton televisi. Kakinya dinaikkan ke atas meja, di tangannya ada sebuah toples berisikan cheese stick, yang sudah jelas itu milik Jivan.

LIMBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang