Mari kita lakukan kilas balik pada waktu kedua tokoh utama kita bertemu untuk pertama kalinya.
.
.
.
.
.
Saat itu adalah masa orientasi siswa, Jivanka sebagai murid baru, dan Rino sebagai panitia MOS. Rino berstatus sebagai ketua divisi kedisiplinan. Dia bertugas untuk memantau semua perilaku peserta, jika ada yang menyimpang, Rino dan anggota divisi nya akan memberikan hukuman.
Setiap harinya diadakan upacara pagi dan siang. Seluruh peserta akan dikumpulkan di lapangan outdoor. Siang itu, matahari sangatlah terik. Bahkan banyak dari panitia yang seenaknya berlindung di tempat teduh, sementara para peserta kepanasan. Rino termasuk panitia yang ikut berteduh, jujur saja dia malas juga mengikuti upacara.
Rino mengamati satu per satu orang yang ada disana, hingga matanya menemukan seseorang dengan pakaian putih biru terduduk di bawah pohon yang rindang, sedang berteduh. Yang dia tahu, pakaian putih biru itu dipakai oleh peserta, artinya orang yang duduk di bawah pohon itu adalah salah satu peserta, tapi kenapa dia malah seenaknya berteduh layaknya para panitia.
"Jef, lo lihat. Itu bocah kenapa ada disitu? Dia peserta kan? Kok enak banget malah ngadem?" Tanyanya pada Jefri, salah satu sahabatnya.
"Itu anak katanya gak kuat sama panas, dia bisa pingsan kalau kena panas. Makanya dapet keringanan."
"Mana bisa kaya gitu? Bisa aja kan dia bohong. Pura-pura sakit supaya gak ikut upacara."
"Mana gue tahu. Ya udah sih biarin aja kenapa lo yang repot."
"Ini gak adil lah, Jef."
"Lo tegur aja itu bocah. Tanya sendiri sama dia. Paling juga lo gak tega kalau udah lihat mukanya."
"Kenapa harus gak tega?"
Rino malas berdebat dengan Jefri, akhirnya dia berjalan dengan wajah galaknya menuju anak yang duduk di bawah pohon itu. Anak itu membelakanginya. Rino daritadi belum melihat bagaimana wajahnya.
"Heh bocah!" Panggilnya sedikit kasar.
Yang dipanggil pun menoleh, merasa tidak ada orang lain lagi selain dirinya di sekitar sana. Pasti panggilan itu ditujukan untuknya.
Saat pandangan mata mereka bertemu, Rino yang tadinya ingin mengucapkan berbagai ocehan pada anak itu malah terdiam mematung, bibirnya seakan terkunci.
Cantik sekali, batinnya dalam hati. Sosok di hadapannya ini sangat indah. Rino bahkan tidak bisa mendeskripsikannya dengan kata-kata.
"I-iya kak? Kakak manggil aku?"
Sial. Kenapa suaranya bahkan terdengar sangat merdu di telinga Rino.
Rino yang awalnya dilingkupi perasaan emosi, seketika mengurungkan niatnya untuk marah. Dia terduduk di samping si cantik itu, lalu berdehem berusaha mencairkan suasana.
"Kamu katanya gak kuat sama panas ya?"
"I-iya, kak. Kalau terlalu lama kepanasan, aku bisa pingsan. M-maaf ya kak. Aku udah izin ke kak Mira kok."
Rino menatap ke arah Mira, Mira adalah panitia penanggung jawab kelasnya si cantik itu. Mira yang ditatap Rino menunjukkan wajak juteknya, Rino buru-buru mengalihkan pandangan. Mira itu memang terkenal galak.
"Gak apa-apa kok. Ngomong-ngomong, nama kamu siapa?" Rino jadi geli sendiri, ini kenapa kesannya dia sangat terburu-buru ingin mendekati adik kelasnya.
"Jivanka, kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMBO
FanfictionPada akhirnya, Adrino hanya akan menjadi orang yang terlupakan. Stray Kids. Lee Minho. Han Jisung. MinSung. Minho as Adrino Jisung as Jivanka BxB Warning ⚠️ LOCAL NAME. DRAMA. ANGST. MPREG.