Perjalanan menuju rumah Ben menghabiskan waktu kurang lebih tiga puluh menit. Pagi tadi setelah sarapan, Rino dan Jivan segera berangkat. Rino tidak henti-henti menoleh ke sampingnya, tempat Jivan duduk, sungguh hari ini Jivan-nya terlihat sangat menggemaskan.
Sweater kebesaran, wajahnya yang begitu bulat, ditambah rambut dengan poni yang sedikit panjang ditata dengan apa adanya, imut sekali, seperti anak kecil. Bahkan kalau Jivan adalah makanan, Rino akan segera memakannya, dia terlihat begitu kenyal, seperti boba.
"Itu dimana ya kak?"
"Apa?"
"Itu."
Rino terpaksa menepikan mobilnya di pinggir jalan. Masalahnya, Jivan seperti tengah kehilangan sesuatu. Dia mencari-cari sampai menundukkan badannya. Rino dengan sigap melindungi kepala si manis agar tidak terbentur.
"Cari apa sih, sayang? Kasih tahu kakak, biar kakak yang cari."
"Itu, yang biasa ada disini. Aduh, apa ya namanya."
Rino tahu, Jivan saat ini sedang melupakan sesuatu.
"Pelan-pelan, jelaskan sama kakak bentuknya gimana?"
"Kotak, eh persegi panjang, isinya lembaran tipis warna putih, itu yang suka ditaruh disini loh." Jivan menunjuk ke arah dashboard.
"Tisu? Kotak tisu maksud kamu?"
"I-iya. Kenapa aku bisa lupa namanya kak? Bodoh! Kenapa kaya gitu aja kamu lupa sih, Ji?!" Tangannya mengepal dan memukul-mukul kepalanya sendiri. Rino tentu saja segera menghentikan hal itu. Dia menahan tangan Jivan agar berhenti bergerak.
"Berhenti. Jangan begini, kamu menyakiti diri kamu sendiri."
"Hiks... ada apa sama aku? Kenapa nama barang aja aku bisa lupa?"
"Sayang... gak ada yang salah. Semua orang juga pernah lupa hal-hal sepele kaya gini, udah, jangan nangis."
Rino menarik Jivan ke pelukannya. Tidak, Jivan-nya tidak salah, tidak juga bodoh, ini semua hanya karena takdir yang terlalu kejam pada sosok sempurna seperti Jivan. Tuhan ingin memberi celah pada kehidupan sempurna seorang Jivanka.
.
.
.
Jivan tidak lagi menangis, Rino mengatakan padanya, dia harus berhenti menangis jika ingin tetap bertemu dengan Cecil. Cecil itu anak perempuan Ben dan Shema, usianya masih empat tahun.
Mereka disambut oleh asisten rumah tangga yang bernama bi Tami, beliau sudah lama bekerja disana, bahkan sebelum Cecil lahir. Karena itu, beliau pun sudah mengenal Rino dan Jivan.
"Nak Shema ada di kamar Cecil."
Ben dan Shema memang tidak ingin dipanggil 'tuan', bi Tami sudah mereka anggap sebagai keluarga, jadi mereka lebih suka dipanggil 'nak'.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMBO
FanfictionPada akhirnya, Adrino hanya akan menjadi orang yang terlupakan. Stray Kids. Lee Minho. Han Jisung. MinSung. Minho as Adrino Jisung as Jivanka BxB Warning ⚠️ LOCAL NAME. DRAMA. ANGST. MPREG.