Chapter 9

353 55 7
                                    

Seharusnya sesuai janji Rino, hari ini dia dan Jivan pergi ke rumah sakit untuk memeriksa lebih lanjut kandungan Jivan. Tapi yang terjadi lagi-lagi tidak sesuai harapan. Tadi pagi-pagi sekali, Bastian menghubungi Rino, meminta Rino untuk datang ke kantor karena klien dari Jepang akan berkunjung hari ini, dan Bastian tidak bisa mengatasinya sendirian, dia butuh Rino.

Rino memang memutuskan untuk bekerja dari rumah sejak Jivan divonis mengindap alzheimer. Rino adalah pemilik perusahaan, dia bebas melakukan apapun, orang tua nya pun membebaskannya, ditambah mereka pun sudah tahu mengenai kondisi Jivan. Namun tetap saja Rino tidak bisa bebas sepenuhnya, ada beberapa waktu dia harus datang ke kantor, contohnya disaat penting seperti sekarang.

"Kak, please banget gue gak bisa sendirian, gue cuma bisa watashi omae gomen sugoi kimochi, nanti yang ada gue cengo kalau tanpa lo."

Itu kata Bastian ketika menelepon Rino di pagi hari. Dan tanggapan Rino hanya, "Lo cuma hapal kata-kata dari film bokep."

Dan akhirnya, disinilah Rino, memakai setelan jas nya yang sudah lama digantung dalam lemari. Jivan yang memilihnya, kemeja berwarna biru muda, jas berwarna hitam, dan dasi berwarna biru donker.

"Maaf, kakak gak bisa tepati janji hari ini."

Jivan tersenyum, "Gak apa-apa. Masih ada hari lain."

Tangannya dengan lihai memakaikan dasi pada Rino. Rino hanya diam menatap wajah Jivan yang hari ini terlihat lebih cerah dari kemarin, hari ini Jivan tidak lagi mengalami mual, Rino bersyukur. Sesekali dia mencuri ciuman di bibir si manis, ataupun di pipi gembilnya, dan membuat Jivan merenggut terganggu.

"Hari ini, jangan terlalu capek ya buat kue nya. Inget Little Vanka kita, sayang."

"Iya, kakak." Tangannya mengusap rahang tegas milik Rino, kemudian dia mengecup bibir suaminya singkat.

Rino meminta Shema dan Felix datang untuk menemani Jivan hari ini. Dan Felix bilang dia akan membawa bahan untuk membuat brownies. Jivan sangat senang, sudah lama sekali rasanya dia tidak membuat brownies bersama Felix. Shema juga bilang, dia akan membawa Cecil.

Shema dan Felix sudah tahu kabar tentang Jivan yang tengah mengandung. Tapi mereka belum tahu tentang kabar buruk mengenai kehamilan Jivan.

"Kakak pergi dulu ya."

Mereka memberikan kecupan di bibir satu sama lain, berkali-kali hingga Jivan tertawa sendiri, Rino-nya jelas sekali tidak mau berpisah darinya.

"Udah, nanti terlambat. Babas nanti marah-marah loh sama kakak."

Rino mendengus, si bawel Bastian memang kadang menyebalkan.

"Semoga kakak pulang cepat."

"Hm. Aamiin."

Rino mencium kening Jivan sambil memeluk tubuhnya, cukup lama sampai Jivan harus mengingatkannya lagi.

"Kakak pergi ya. I love you."

"Iya, i love you too."

.

.

.

Jivan keluar dari kamar. Shema, Felix, dan Cecil sudah berada di ruang tengah. Felix sedang menjahili Cecil, sampai Cecil terus-terusan merengek pada Shema, meminta bantuan.

Jivan tersenyum melihat keseruan mereka bertiga. Akan sangat indah pasti jika dirinya dan Little Vanka nya nanti bergabung bersama mereka. Tanpa sadar, Jivan mengelus perutnya. Rasanya tidak sabar menunggu kehadiran Little Vanka-nya.

LIMBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang