Chapter 20

356 62 8
                                    

Tiba lah hari ini, hari yang begitu ditunggu-tunggu oleh Bastian dan Jeyan. Jeyan begitu manis dan elegan dengan tuxedo berwarna putih. Teman-temannya yang lain memakai setelan tuxedo dengan warna senada, yaitu soft blue.

Jeyan, ditemani Jivan, Felix, Shema, dan juga Cecil berada di sebuah ruangan. Ruangan yang memang disediakan khusus untuk Jeyan, Jeyan sedang didandani, hanya sedikit make up, agar wajahnya terlihat lebih cantik di hari istimewanya. Sementara, para dominan berada di ruangan lain bersama Bastian.

"Jiji, perut Jiji kenapa besar sekali?" Pertanyaan polos itu terlontar dari bibir anak berumur lima tahun.

"Jiji jadi gendut seperti pak satpam di sekolah Cecil."

Jivan dan yang lainnya hanya tertawa menanggapi ucapan Cecil.

"Di dalam perutnya Jiji ada adik bayi, sayang."

"Beneran, mama?"

"Iya dong, masa mama bohong."

"Kenapa adik bayi bisa ada di dalam perut Jiji? Memang Jiji makan adik bayi?"

Felix yang tertawa paling keras. Dia sampai memegangi perutnya. Jeyan yang sedang didandani pun berusaha menahan tawanya.

"Bukan begitu, sayang. Sebentar lagi, adik bayinya akan lahir, nanti Cecil punya adik baru."

"Wah... Cecil punya adik? Asik!!!"

Tidak sampai disitu, Cecil terus menatap perut Jivan. Sebenarnya dia masih penasaran, kenapa bisa ada adik bayi di dalam perut pamannya itu.

"Mau pegang?" Jivan bertanya padanya. Cecil yang kaget malah menatap Shema.

"Gak apa-apa, boleh pegang kok. Tapi pelan-pelan ya."

Setelah mendapat izin dari sang mama, anak itu mengulurkan tangan kecilnya pada perut Jivan.

"Disayang, kaya gini nih." Felix memberi contoh, dia mengusap perut Jivan dengan lembut. Dan Cecil mengikuti yang Felix lakukan.

"Mama kamu juga bisa punya adik bayi dalam perutnya kaya Jiji, minta aja sama papa."

"Lix! Jangan sembarangan ya kamu."

"Udah waktunya Cecil punya adik kali, Shem."

"Kamu dulu tuh sama kak Leo."

Felix malah mengurucutkan bibirnya. Dia juga ingin punya anak, tapi mau bagaimana, Tuhan belum mempercayai dirinya dan Leo untuk memiliki malaikat kecil di keluarga mereka.

"Gak apa-apa, kak Lix. Dicoba terus, pasti bisa kok."

"Jangan sampai Jeje duluan, Lix."

"Shema!"

"Dih, aku kan cuma kasih tau aja."

"Aku kemusuhan sama Shema!"

Jivan lagi-lagi hanya tertawa menanggapi obrolan random teman-temannya. Tak lama kemudian, pintu terbuka. Rino masuk sambil tersenyum pada mereka. Jivan mengulurkan tangannya, dan Rino dengan senang hati menerimanya. Dia berjongkok di hadapan Jivan yang duduk di kursi.

"Om Ino, Jiji perutnya seperti balon hehe..."

Rino tertawa, dia gemas dan mencubit pipi gadis lima tahun itu. Kemudian Cecil berlari ke arah Shema, dan Shema mendudukkan Cecil di pangkuannya.

"Ada yang sakit?" Tanya Rino.

Jivan menggeleng.

"Kram?"

Lagi-lagi dia menggeleng.

"Mual?"

"Enggak, kakak."

LIMBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang