26: Unfair

432 67 2
                                    

"Apa maumu Yoona?", Taeyeon. Wanita yang menyandang status terpandang sejak hari pertamanya ada di dunia. Wanita paruh baya itu menatap tajam kearah lawan bicaranya yang terlihat ringkih dengan wajah pucatnya. Wanita seumuran Taeyeon yang bernama Yoona itu tersenyum tipis.

"Hampir 20 tahun kita tidak lagi bertemu onni, inikah caramu menyambutku?", Taeyeon tersenyum miring lalu tertawa sumbang.

"Mau kuantar keluar sekarang atau diseret oleh securityku beberapa menit kedepan?",

"Kudengar kau menentang pernikahan Taehyung dan juga Sooyoung. Kenapa?",

"Kau tidak perlu tahu",

"Kau menghalangi kebahagiaan putra kita, onni. Haruskah kau menentang pernikahan putra-putramu?",

"Taehyung bukan putraku. Ia hanya pengganti putraku, Jong In",

Wanita paruh baya yang terlihat pucat pasi itu menatap Taeyeon tajam lalu tersenyum tanpa emosi diwajahnya. Wanita itu mengeluarkan sebuah amplop dari rumah sakit. Melemparkan amplop itu pelan pada meja yang menghalangi posisi duduk keduanya.

"Bukalah onni", Taeyeon menatapnya tidak suka namun tangannya tergerak. Mengikuti kemauan tamu tidak di undangnya.

"Kau tahu alasanku memberinya nama Taehyung? Karna Taeyeon, Taehyung. Mirip bukan?", Taeyeon rasa nafasnya tercekat. Ia dapat membaca isi secarik kertas dari amplop tersebut.

"Aku menukar putraku dengan putramu. Setidaknya putraku mendapatkan segala yang sempurna sebelum meninggal. Dan putramu, diperlakukan buruk oleh ayahnya, kau dan... Oh lucu sekali!", Yoona menghentikan kalimatnya sembari menatap puas kearah Taeyeon dengan senyuman mengembang.

"Kau bahkan menganggap putra kandungmu pengganti putra tirimu. Hahahaha",

"IM YOONA!!!", Taeyeon membentaknya keras dengan air mata yang mulai jatuh dan berlinangan.

"HENTIKAN OMONG KOSONGMU! JANGAN BERMAIN DENGANKU!!!", suara milik Taeyeon menggelegar dengan penuh emosi.

"Kau boleh mengajaknya sendiri untuk mengecheck DNA kalian hingga keujung dunia. Kau tahu kenapa? Karna Taehyung memang putramu",

Taeyeon mulai merasakan pening pada kepalanya. Masih dengan nafas yang terisak dan air mata yang terus berjatuhan, tubuhnya meluruh. Terbaring tak berdaya diatas sofa yang ada pada ruang tamunya.

......................................................................

"Eomma! Bertahanlah", Taehyung terlihat begitu panik mendapati kabar tubuh Taeyeon terbaring tak berdaya dari pelayan dirumahnya. Dan kini disinilah pria itu berada, mengantar ibu tirinya yang terbaring di atas brangkar rumah sakit yang tengah dokter dan perawat dorong dengan Taehyung yang berada disampingnya.

Pria itu menghela nafas kasar untuk kesekian kalinya. Ia bahkan tak tahu apakah ia diperbolehkan untuk mengkhawatirkan Taeyeon atau tidak. Yang ia tahu, Taeyeon menganggapnya ada setelah Jong-in meninggal.

Taehyung sadar bahwa ia adalah sosok pengganti.

"Jadi bagaimana keadaan ibu saya?",

"Tenang saja. Ibu anda baik-baik saja. Hanya serangan jantung ringan. Semuanya normal", Taehyung menghela nafas lega lalu memejamkan matanya singkat penuh rasa lega.

"Temani ibumu ya. Ia pasti membutuhkan anaknya",

'Ibuku? Anaknya? Aku?', sepersekian detik berikutnya Taehyung tersadar. Menertawai dirinya sendiri.

Taeyeon jelas seorang ibu yang sempurna. Bohong jika Taehyung tak menginginkan ibu sepertinya. Sejak kecil ia dapat melihat dengan jelas bagaimana Jong-in dirawat dengan baik dan penuh kasih.

Tidak jangan salah paham, mereka serumah tidak memungkinkan jika Taeyeon semasa bodoh itu dengannya.

"Tae...", suara lembut itu memanggilnya. Taehyung tersadar atas lamunannya lalu segera menghampiri Taeyeon dan menggenggam tangan wanita paruh baya itu erat. Hanya selama beberapa detik. Taehyung kembali tersadar bahwa ia terlalu mendalami posisinya sebagai anak pengganti.

"Maaf eomma", Taeyeon kembali terisak. Wanita paruh baya itu bahkan menangis histeris saat ini. Taeyeon mendudukan tubuhnya secara perlahan. Menatap Taehyung secara menyeluruh dari wajah hingga seluruh fisik pria itu dengan mata sembab dan berkacanya.

"Eomma ada apa? Kau butuh sesuatu?",

"Bagaimana bisa... Bagaimana bisa??? Tunjukan bahu kirimu", Taehyung mengernyitkan keningnya.

"Bahu kiri? Eomma kenapa tiba-tiba?",

"JEBAL!!!",

Taehyung masih dalam posisi bingungnya namun beberapa detik kemudian ia menurut. Ia membuka kancing kemejanya dan menunjukan bahu kirinya. Terlihat sebuah tanda lahir yang cukup mencolok. Taeyeon menutup matanya rapat-rapat tangisannya semakin pecah.

"Anakku...", Taehyung menatapnya semakin bingung dengan perasaan yang aneh. Cukup haru ketika Taeyeon menyebutnya begitu tapi ini aneh baginya.

"Eomma kau baik-baik saja? Ada apa sebenarnya?", Taeyeon menggeleng lalu menarik tubuh Taehyung untuk ia peluk.

Jika kalian bertanya mengapa Taeyeon tak menyadari ini? Karna faktanya tidak semua tanda lahir pada bayi akan menetap. Seiring berjalannya waktu ada juga yang memudar hingga hilang.

Namun milik Taehyung, menetap.

"Kau anakku. Anak kandungku... Kau putraku...", Taehyung tahu ini terdengar aneh dan janggal. Namun entahlah pengakuan yang ia terima mampu membuat setetes air mata jatuh dari mata kanannya.

......................................................................

"Kau mungkin sudah mendengar semuanya dari ibu kandungmu, nak", Im Yoona wanita paruh baya dengan wajah pucat itu berucap. Wanita paruh baya itu membuang muka dari pandangan dari Sooyoung ataupun Taehyung darinya.

Bukan, bukan karna rasa takut. Hanya saja masalah kesehatannya.

"Eommonim kenapa anda melakukan ini semua?", Sooyoung angkat bicara. Ia tahu bahkan Taehyung tak lagi sanggup untuk berucap.

"Dendam pribadi dan hal-hal antara kami orang tua",

"Dan kau tega mengorbankan Taehyung dan juga Jong-in?", Yoona terdiam. Wanita paruh baya itu bersikeras untuk tidak melibatkan emosi apapun.

"Aku tidak akan menjelaskan apapun pada kalian. Polisi akan segera datang dan menjemputku. Aku melaporkan diriku sendiri",

"Eomma!", Taehyung mengeluarkan suaranya kali ini.

"Kau terlalu baik nak. Kau anak yang baik. Kim Taeyeon beruntung memiliki anak sepertimu. Aku orang yang mempersulit masa kecil dan masa mudamu. Jadi... Kembalilah pada posisimu. Kau putranya kau putra mereka",

"Lantas kenapa baru saat ini kau mengakui perbuatanmu", sergah Sooyoung. Taehyung menggenggam tangannya erat.

"Aku menjadi serakah, nak. Kau anak yang penurut, baik dan layak untuk disayang",

"Omong kosong", Taehyung bangkit dari kursi dimana ia duduk dengan ekspresi penuh emosi. Rahangnya mengeras dengan sorot mata tajamnya. Meninggalkan Yoona yang mematung dengan perasaan campur aduknya dan Sooyoung yang terlampau bingung untuk mencerna semuanya.

"Kau tahu? Taehyung sangat menyayangimu. Selayaknya anak menyayangi ibunya. Ia hendak meninggalkan Taeyeon yang selalu berkata buruk tentangmu. Kau sudah merusak hidup seorang anak tak berdosa dan juga sebuah keluarga yang utuh. Kau pantas untuk jatuh ke neraka bagian paling dasar. Kau terkutuk, eommonim", Sooyoung berucap penuh penekanan lalu memilih untuk mengikuti jejak kekasihnya.

TBC
.............................................................

Mian guys, author terlalu sibuk cari cuan di real life. But I promise you. Author bahkal tetap berkecimpung di dunia Orange ini kok. Semua yang author tulis pasti akan author selesaiin sampai EPILOG

Jangan lupa vote n komen ya biar author makin gercep revisinya biar ga ada typo *siapatahu*

Sambil tungguin ending cerita ini kalian check yang lain juga ya

"BLUE" juga seru kok

WHY HER ( VJOY ) MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang