Delapan

1.3K 130 4
                                        

"AYAH, NANA NAKAL!"

Belum ada sepuluh menit mereka bermain di ruangan Yuta, Renjun sudah berteriak lebih dari tiga kali mengadu kepada ayahnya karena Jaemin tidak sengaja menginjak origami yang ia buat hasil dari belajar dengan Winwin.

Winwin yang berada di sebelah si kembar pun mulai terbiasa dengan teriakan mereka.

"Renjun, diam! Ayah sedang bekerja."

Renjun diam, ia menunduk takut. Jika ayahnya sudah memanggilnya dengan nama lengkapnya, bisa dipastikan ayahnya itu akan marah jika ia bersuara lagi.

Winiwn yang menyadari perubahan raut wajah Yuta segera mengajak kedua anak atasannya untuk bermain di ruangannya. Sebelum keluar dari ruangan Yuta, Winwin terlebih dahulu meminta izin kepada atasannya itu untuk membawa si kembar ke ruang sebelah. Yuta mengizinkan.

"Nana, Injun, ayo kita bermain di ruangan uncle!" Ajak Winwin.

Renjun dan Jaemin mengangguk secara bersamaan, mereka mengambil beberapa mainan untuk di bawa ke ruangan Winwin. Renjun mengambil kertas origaminya, sementara Jaemin, anak itu membawa buku gambar serta pensil warna milik mereka.

Renjun menyempatkan melirik ayahnya sebentar, ia lihat ayahnya sangat fokus dengan benda elektronik yang berada di depannya. Renjun menghampiri Yuta, menarik pelan ujung kemeja ayahnya.

"Ayah maaf, Injun tidak akan mengganggu ayah bekerja lagi."

Yuta menatap ke arah Renjun, tangannya ia bawa untuk mengusap pelan rambut tebal milik anaknya.

"Iya sayang. Sekarang Injun dan Nana main bersama uncle Win dulu ya, nanti kalau ayah sudah selesai bekerja, ayah akan mencari kalian."

Renjun tersenyum senang, senyumnya kembali menghiasi wajah manisnya. Yuta yang melihatnya ikut tersenyum. Setelahnya Renjun berlari kecil ke ara Winwin yang menunggunya di depan pintu. Winwin langsung menggandeng kedua tangan kecil itu, menuntun mereka menuju ruangannya yang terletak di sebelah ruangan Yuta.

Saat hendak masuk, suara anak kecil lainnya terdengar dari ujung lorong. Jaemin dan Renjun yang mengetahui siapa pemilik suara itu langsung melepaskan tangan Winwin dan menghampiri Haechan yang sedang berlari ke arah mereka.

"NANA INJUN!"

Mereka berpelukan layaknya teletubis. Si kembar menarik tangan Haechan untuk dibawa ke ruangan Winwin. Winwin serta dua orang dewasa di belakang Haechan hanya bisa menggeleng sambil tertawa pelan melihat tingkah tiga bocah seumuran itu.

Winwin menutup pintu ruangannya, ia mengikuti dua orang yang bersama Haechan tadi memasuki ruangan Yuta.

Dua orang tersebut —Johnny dan Ten, orang tua dari Haechan— langsung mendudukan diri mereka di sofa. Di hadapan mereka, mainan milik si kembar masih berserakan.

"Yuta sialan! Lo nyuruh gue ke sini buat apa? Ngeliatin lo kerja?" Johnny membuka suaranya.

Johnny melirik ke arah Winwin, memintanya untuk menyadarkan Yuta yang terlalu fokus dengan laptop di hadapannya. Winwin mengangguk, ia berjalan menghampiri Yuta, melepas airpods yang entah sejak kapan terpasang di telinga atasannya itu.

"Pak, ada teman bapak."

Yuta mengangkat wajahnya, melirik ke arah dua temannya yang duduk di sofa sebentar lalu menatap Winwin di sebelahnya.

"Biarkan, kamu kembali saja ke ruanganmu, temani anak-anak bermain."

"Gak dibuatin minum?"

"Nggak usah, mereka mandiri. Nanti kalau mereka haus bisa ambil sendiri."

Daddy's SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang