Yuta menatap beberapa kertas yang dibawa Kun siang tadi. Tak habis pikir ia dengan wanita itu. Hanya untuk menjauhkan sang anak dengan dirinya, wanita itu rela melakukan hal seperti ini.
Tangannya meraih obat yang masih terbungkus plastik, obat yang Kun ambil dari laci kerja Mama Winwin. Yuta penasaran dengan kandungan apa saja yang terdapat dalam obat ini dan efek yang ditimbulkan jika mengonsumsi obat ini dalam jangka panjang. Pria tampan itu tampak berpikir sebentar sebelum ia letakkan kembali bungkusan yang berisi obat itu.
Ia beranjak dari kursinya menuju ruangan Winwin. Meminta bantuan sekretarisnya untuk menghubungi salah satu dokter sekaligus temannya untuk mengatur jadwal pertemuan.
Yuta mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk. Meski ini kantor miliknya, namun tetap saja, sopan santun yang utama. Setelah mendapat jawaban dari dalam, Yuta membuka pintu bercat putih yang ada di hadapannya.
Ia berjalan mendekati Winwin yang tengah terduduk di sofa yang ada di dalam ruangan. Dapat Yuta lihat sekretarisnya itu sedang mengerjakan pekerjaan yang ia berikan tadi.
Untuk pertama kalinya ia memberikan sekretarisnya pekerjaan setelah beberapa bulan Winwin bekerja di sini.
"Win, bisa tolong atur jadwal dengan Dokter Sana? Segera ya," ujar Yuta sambil mendudukan dirinya di sebelah Winwin.
Winwin mengangguk, segera ia meraih iPad miliknya dan menghubungi asisten dokter yang Yuta sebut tadi.
"Kerjanya udah selesai?" tanya Yuta.
Winwin menggeleng pelan, "Sedikit lagi selesai, tinggal beberapa halaman lagi yang perlu di-cek," sahutnya.
"Win, kalau aku minta kamu buat ngejalanin terapi untuk ngembaliin ingatan kamu, gimana?" tanya Yuta. Sedikit ragu sebab ini pertama kalinya ia meminta persetujuan Winwin.
Winwin menghentikan jarinya yang tengah mengetik lalu menatap ke arah Yuta yang juga sedang menatapnya.
"Kak," panggil Winwin yang dibalas dehaman oleh Yuta.
"Kalau kamu nggak mau, nggak apa-apa. Kakak nggak akan maksa kamu," ucap Yuta.
"No! Winwin nggak nolak, kakak. Cuma sepertinya tanpa terapi pun ingatan Winwin sedikit demi sedikit kembali," sahut Winwin cepat begitu mendengar kalimat yang terlontar dari mulut atasannya.
Yuta tersenyum senang mendengarnya. Ini pertanda kalau hubungan mereka akan segera berlanjut.
———
Keadaan kantor sudah sangat sepi, hanya tersisa tiga orang yang masih bekerja di lantai paling atas kantor itu dan beberapa satpam yang berjaga di bawah.
Ketiganya duduk saling berjauhan, fokus dengan laptop masing-masing.
Salah satu dari ketiganya meletakan laptop miliknya sedikit kasar ke atas meja.
"Bang, ini kerjaan atau apa sih? Nggak ada abis-abisnya ini!" keluh Lucas.
Kalau saja dia tidak diiming-imingi dengan gaji tambahan, ia tidak akan mau menemani sekaligus membantu atasannya ini hingga larut malam. Ah waktunya bersana sang kekasih jadi berkurang.
"Lo kalau ngeluh sekali lagi, uang lembur lo ga cair!" ancam Yuta yang langsung membuat Lucas menutup mulutnya. Ini sudah yang keempat kalinya pria keturunan Hongkong itu mengeluh.
Tak ada percakapan lagi, yang terdengar hanyalah suara detik jam dan suara ketikan keyboard.
Hening.
Hingga suara ketukan pintu memecah keheningan di ruangan itu. Tanpa menunggu izin dari pemilik ruangan, seorang wanita dengan pakaian santainya masuk dengan membawa dua tas belanja. Meletakan tas itu di atas meja yang ada di tengah ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Secretary
FanficNakamoto Yuta, CEO Nakamoto Corp, mencari seorang sekretaris untuk membantunya mengurus pekerjaan kantor. Namun, saat sekretaris itu mulai bekerja, Yuta malah tidak memberikan tugas apapun untuknya, ia mengerjakan semuanya sendiri. Entah apa yang di...