adegan di chapter ini terlalu dipaksakan. enjoy it!
———
Matahari muncul dari persembunyiannya, menggantikan bulan yang bertugas malam tadi. Sinarnya masuk melalui celah tirai yang tidak tertutup rapat, menyinari dua manusia yang masih tertidur lelap.
Pintu putih itu terbuka, menampilkan seorang pria manis dengan celana training hitam serta kaos putih polosnya. Ten tersenyum ke arah dua sosok kecil di atas ranjang yang tengah memperhatikan ayah dan sekretaris ayahnya.
Dipanggilnya si kembar dengan sedikit berbisik agar tak mengganggu kedua temannya itu. Perlahan Renjun dan Jaemin turun dari ranjang, meninggalkan ayahnya yang masih tertidur pulas.
Jam masih menunjukkan pukul 7 pagi. Ten membiarkan kedua manusia itu menikmati tidurnya. Ia akan mengajak si kembar untuk berjalan-jalan di sekitaran vila bersama ketiga bocah lainnya.
Salah satu dari kedua raga itu menggeliat, menyamankan posisinya. Hangat, itu yang dirasakannya. Winwin mengeratkan pelukannya terhadap sesuatu yang ada di depannya. Begitupun sebaliknya, sesuatu yang Winwin tengah peluk ikut mengeratkan pelukannya.
Dahinya mengernyit begitu mencium aroma yang tidak begitu asing di hidungnya. Winwin membuka matanya dengan perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Ia sempat terdiam sebentar, memproses apa yang sedang terjadi. Detik berikutnya Winwin tekejut ketika mengetahui dirinya berada di pelukan sang atasan.
Huh sejak kapan dirinya ada di ranjang? Bukankah kemarin malam ia tertidur di sofa, batin Winwin.
Winwin mencoba melepaskan pelukan itu dengan menggerakkan badannya. Namun itu justru membuat Yuta terbangun dari tidurnya. Winwin merasa bersalah tentu saja, ia mengganggu waktu tidur atasannya.
"Win." Kata yang pertama kali Yuta ucapkan hari ini. Winwin berdeham menjawab atasannya.
"Anak-anak?" Yuta bertanya sembari merapa tempat di sebelah Winwin.
Winwin menggeleng sambil menunduk, ia malu berada di pelukan atasannya. Jika orang kantor tau, mungkin ia akan dikira menggoda atasa mereka.
Keduanya diam, masih dengan posisi yang sama. Yuta tak mau melepaskan sekretarisnya itu hingga salah satu ponsel mereka berdering, entah ponsel siapa. Tangan Yuta meraba meja kecil yang ada di belakangnya, meraih kedua ponsel berkamera tiga tersebut lalu menyerahkan benda itu kepada Winwin.
"Punya bapak. Lucas yang nelpon." Ucap Winwin begitu melihat ponsel siapa yang berdering.
"Angkat."
Winwin menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan Lucas.
"Halo?" Suara berat milik Lucas terdengar dari seberang sana. "Bang Yuta?"
"Jawab Win, saya lagi males ngomong." Ucap Yuta lalu menumpukan dagunya di atas kepala Winwin, sesekali menghirup aroma lavender yang menguar dari surai hitam Winwin.
Winwin berdeham untuk menetralkan suaranya sebelum menjawab sapaan Lucas
"Halo."
Tak terdengar sahutan dari seberang sana, Winwin bisa menebak bagaimana ekspresi serta reaksi Lucas saat mendengar dirinya yang menjawab panggilannya.
"Kak Win, Bang Yuta ke mana?" Tanya Lucas.
"Ini tidur." Sahut Winwin.
Sedangkan yang dicari sibuk memperhatikan sekretarisnya berbicara dengan Lucas.
Beneran kesurupan kayaknya, batin Winwin.
Terdengar dari seberang sana bahwa Lucas akan menghubungi Yuta lagi jika atasannya itu sudah bangun. Winwin mengiyakannya, lalu meletakan ponsel itu sembarang di atas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Secretary
Fiksi PenggemarNakamoto Yuta, CEO Nakamoto Corp, mencari seorang sekretaris untuk membantunya mengurus pekerjaan kantor. Namun, saat sekretaris itu mulai bekerja, Yuta malah tidak memberikan tugas apapun untuknya, ia mengerjakan semuanya sendiri. Entah apa yang di...