Dua puluh dua

872 133 5
                                    

Suara ayam milik tetangga di sekitar vila membangunkan salah satu dari dua orang yang sedang tertidur lelap di atas ranjang berukuran sedang itu. Yuta membuka matanya perlahan. Pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah wajah damai Winwin yang kini berada di pelukannya.

Tangan Yuta terangkat menyentuh dahi Winwin, sudah tidak sepanas kemarin. Ayah dua anak itu melepaskan pelukannya lalu duduk bersandar di kepala ranjang.

Ia mengambil ponsel miliknya untuk melihat apakah ada sesuatu yang terjadi di kantornya selama ia berada di Bali. Satu pesan masuk dari Mina, memberitahu bahwa besok ia harus kembali ke Jakarta untuk rapat dengan salah satu koleganya.

Seharusnya itu tugas Winwin untuk menyampaikan jadwal Yuta. Tapi sesuai perintah Yuta, selama mereka di Bali, semua -tidak semua juga, hanya mengurus jadwal Yuta- pekerjaan Winwin ditanggung oleh Mina dan yang lainnya ditanggung oleh Lucas.

Yuta meletakkan ponselnya setelag mengetikkan balasan untuk Mina.

Tangannya meraih tangan Winwin untuk digenggamnya. Mengusap lembut punggung tangan sekretarisnya.

"Win, ayo bangun. Udah siang, makan dulu ya? Nanti abis makan kamu boleh tidur lagi."

Winwin hanya mengangguk mendengar penuturan Yuta. Bukannya bangun, ia justru mengeratkan pelukannya pada guling di sebelahnya.

Yuta menghela napas, ia beranjak dari ranjang, meninggalkan Winwin yang masih tertidur. Untuk makan, nanti saja ia akan membawakannya untuk Winwin.

"Ayah!" Sapa si kembar ketika Yuta baru membuka pintu. Langsung Yuta mengangkat kedua tubuh mungil itu ke dalam gendongannya.

"Selamat pagi sayangnya ayah. Kalian sudah sarapan?"

Si kembar mengangguk.

"Pintarnya anak ayah."

Yuta mengurungkan niatnya untuk keluar kamar. Ia kembali memasuki kamar dan mendudukan dirinya di sofa yang ada di pojok ruangan.

"Papa."

"Sana bangunin setelah itu ajak papa sarapan."

Jaemin dan Renjun segera turun dari pangkuan ayahnya. Sedikit berlari menuju ranjang di mana Winwin sedang tertidur. Tangan mungil Jaemin menyentuh tangan Winwin.

"Injun, panas."

Yuta yang mendengar penuturan Jaemin segera mendekati kedua anaknya. Menyentuh dahi Winwin untuk mengecek suhu tubuh sekretarisnya.

Panas.

Yuta belum lama beranjak dari ranjang, tapi kenapa suhu tubuh Winwin lebih panas dari semalam?

Segera ia mencari termometer yang sengaja ia bawa di dalam tasnya. Membangunkan Winwin sebentar untuk memeriksa suhu tubuh si manis.

"Winwin, bangun dulu yuk."

"Pusing."

"Iya sebentar aja, saya mau periksa suhu badan kamu."

Selesai memeriksa suhu tubuh Winwin, Yuta kembali meminta Winwin untuk berbaring. Dan benar saja, suhu tubuh Winwin lebih panas dari sebelumnya. Itu membuatnya khawatir.

Yuta melangkah keluar dari kamar, ia ingin meminta tolong kepada Taeyong untuk membuatkan bubur. Sejujurnya ia sendiri bisa membuat bubur, tapi bubur yang ia buat selalu tidak enak. Entah apa yang kurang, padahak Yuta sudah mengikuti semua step yang di berikan Bi Arum.

"Papa sakit? Papa jangan sakit, nanti nda ada yang menemani kami bermain." Ujar Renjun.

Winwin tersenyum tipis, ia membuka matanya lalu menatap kedua anak atasannya. Meraih kedua tangan mungil itu untuk dibawa ke dalam genggamannya.

Daddy's SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang