Chapter 16 - Black Out

3K 228 3
                                    

Keheningan melingkupi setelahnya.

Semua orang awas, menyegani tembakan lain akan dilancarkan ke arah kami. Aku sama ketakutannya. Aku bergetar tanpa henti di dalam mobil. Aku merunduk ketakutan sembari menggenggam senapan yang Kak Hose miliki.

Tanganku rasanya membara. Rasanya dibakar oleh api panas. Padahal yang kugenggam adalah baja berat nan dingin. Namun rasanya berbeda. Rasanya seperti memegang pisau yang terlarang. Rasanya seperti menyentuh bom yang bisa meledak ketika aku berkedip.

Aku sungguh ketakutan.

Kami menanti, menanti, dan menanti. Namun denyar tembakan tidak menyusul lagi. Kak Hose masih bersembunyi di mobil Kak Eden. Berempat barangkali bergetar sama kencangnya seperti aku. Aku harap begitu. Karena kalau mereka tidak ketakutan, itu sama dengan psikopat.

Atau barangkali mereka sudah pernah melalui pengalaman yang sama sampai tidak lagi gentar.

Dua-duanya sama-sama buruknya.

"Ambulans bentar lagi datang." Aku bisa mendengar suara Kak Hose sebab mobil Kak Eden tidak tertutup pula. Suaranya lantang. Berbanding terbalik dengan dia yang biasa awet wicara.

Aku mencari-cari getaran di suaranya, namun aku tidak mendengar sedikit pun. Jantungku kian menggedor di dalam relung dada.

Ada yang tidak benar. Ada yang kacau dari 6 orang pria ini! Bagaimana mereka tidak ketakutan ketika senapan baru saja merajami kami?! Mengapa mereka memiliki senjata?! Untuk apa mereka menggunakannya!?

Siapa mereka sebenarnya, selain anak SMA belaka!?

"Sialan, bangsat! Ban mobil Oscar ditembak!" Aku mendengar suara Kak Eden menyusul. "Padahal dia lagi ngebut banget tadi."

Apa itu alasan mobilnya terpental sangat jauh? Apakah itu alasan mobilnya terguling sampai nyawanya nyaris tidak terselamatkan?

Tapi siapa yang melakukannya? Tidak mungkin orang serampangan di tengah jalan menembak sebuah mobil yang tengah berlalu, kan?!

Kian lama, semuanya kian tidak masuk akal saja!

Setelah keheningan menegangkan yang berlalu barangkali 5 menit lamanya, para lelaki akhirnya memberanikan diri untuk keluar dari mobilnya. Aku ingin menjerit, menyuruh mereka kembali ke dalam. Karena bagaimana pun ini masih bahaya! Namun mereka tidak tampak terguncang. Mereka tidak tampak ketakutan. Sebaliknya mereka diderak amarah berkobar-kobar di sirat mata mereka. Bagai obor menyala di balik retina mereka.

Jelas-jelas, semuanya marah tanpa ampun.

Namun pada siapa?

"Lo liat ke mana mereka pergi kan tadi, Dio!?" sentak Kak Genda kencang.

Mereka? Siapa!?

Mengapa aku kebingungan sendiri!?

"Ga, anjing! Yang jelas suaranya suara motor. Udah jauh kali sekarang." Kak Dio berdecak penuh amarah.

"Tapi arah tembaknya dari sana kan?" Kak Gio menunjukkan ke arah senapan tadi meluncur kepada kami. "Artinya kalau pergi juga engga jauh jalurnya dari sana."

"Masih bisa dikejar." Kak Hose berkata, penuh gertak.

"Dia ngebut, Se! Mana bis-"

"Bisa ga bisa, harus bisa!" Kak Hose menggeram, membuat yang lain sunyi. Menghantarkan ketegangan di seluruh udara. "Gue engga biarin siapa pun yang bikin Oscar sekarat gitu aja."

"Lo jangan gila." Kak Eden menggenggam pundak Hose. "Tenangin diri dulu sebentar. Ngejar tanpa arah juga sama fatalnya. Bisa-bisa lo yang dikeroyok sama mereka akhirnya kalau udah ketemu."

Kakak Kelasku Akan MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang