Chapter 8 - Click

3.3K 231 4
                                    

Keheningan membalut, setebal selimut.

Kami berdua terpaku, hanya saling menatap, tanpa saling berkata. Tangannya menggenggam lenganku, rasanya bagai membakar ragaku. Aku menatap mata Kak Hose membelalak, dia bahkan lebih buruk dari padaku.

Kami berdua sama-sama diterjang keterkejutan, sama-sama besarnya.

Namun yang pulih duluan, sayangnya adalah Kak Hose. Yang mengartikan...

"Lo kenapa bisa di sini!?"

Amarahnya menyembur langsung kepadaku.

Dia pasti marah mendapatiku menyelinap tanpa izin ke kamar tidurnya.

"A-aku-"

"Lo masuk sendiri ke kamar gue!?" sentaknya, memarahiku habis-habisan.

Aku bahkan lupa cara berbicara dengan benar. "A-Aku cuman mau bangunin Kaka-"

"Dan lo pikir lo bisa masuk ke kamar cowok seenaknya karena lo pengen ngebangunin!?" Dia mendorong pundakku, menjauhkanku darinya. Namun kami masih kelewat dekat. Aku bahkan bisa merasakan wangi nafas segar paginya di wajahku.

"A-aku kan cuman inisiatif-"

"Ann, demi Tuhan!" Dia selalu saja frustrasi jikalau menghadapiku. "Lo ga boleh masuk ke kamar cowok sendirian! Lo cewek!"

"Bukan artinya Kak Hose bakalan apa-apain aku, kan?"

Dia tampak geram padaku.

Tidak, murka.

Bagai segalanya yang kulakukan adalah kesalahan di matanya. Walau aku tidak akan menampik. Aku memang berlaku tidak benar. Namun dia melihatnya dengan cara yang bahkan lebih buruk. Seakan aku... berdosa berat. Apa aku berhasil menjelaskannya dengan benar? Apa kalian mengerti kata-kataku?

Karena saat ini sungguh, aku tidak bahkan bisa berpikir jernih.

"A-aku minta maaf." Suara tipis menyedihkanku terdengar.

"Dan lo pikir maaf bisa nyelesaiin semuanya!?"

Aku kini tak berani menatap matanya. "E-enggak."

"Kalau begitu harusnya dari pertama lo jangan coba-coba masuk, apalagi pagi buta kaya gini! Apa lo ga sadar kalo ini bahaya!?" Aku kini bergetar di kakiku. Kak Hose menyeramkan ketika dia marah. Dan walau ini bukan kali pertama dia jengkel padaku, namun marah besar itu perdana. "Lagian... ah!" Dia menggeram. "Bukannya gue udah pernah ngomong jangan masuk kamar gue!? Bahkan lantai tiga aja ga boleh!? Apa lo udah lupa-"

Klik!

Kami berdua terperanjat ketika sinar kamera blitz menghantam mata kami. Lagi-lagi kami terpaku, untuk ke sekian kalinya.

Namun kali ini kami menatap ke arah pintu kamar, dan mendapat sang kembar tersenyum penuh kejahilan dari luar pintu kamar Kak Hose.

"Kita tungguin kok lo ga balik-balik, Gi, ternyata udah duluan di sini sama Hose." Kak Gio menimpal, dengan cengir menyebalkannya.

Aku menganga lebar.

Pasalnya, aku belum bergerak banyak dari tubuh Kak Hose. Kami masih bersandar satu sama lain. Tubuhku masih kelewat dekat dengan raga kekar Kak Hose!

Dan mereka mengambil gambar!?

"Katanya baru pacaran kemaren, kok kelakuannya udah kaya pasutri aja, hayo?"

Rasanya aku ingin menyumpal mulut dua kakak kelasku. Namun aku tidak bisa.

Sebab aku yang salah di sini, 100 persen.

Kakak Kelasku Akan MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang