Chapter 21 - A Killer

3K 259 4
                                    

"Gue bakalan mati?" Aku terpaku dalam kesunyian. Matilah aku. Sungguh, matilah riwayatku. "Lo siapa, Ann? Dukun? Punya indra keenam? Sampai bisa tau kapan orang bakalan mati?"

"E-engga begitu, aku cuman-"

"Kalau begitu apa haknya lo ngaku kalau hidup gue engga panjang lagi?" Aku lagi-lagi terpaku, getaran di tubuhku hanya kian mengencang saja.

Dia sungguh menakutkan.

Pria ini membuatku takut setengah mati.

Dan aku tidak bisa berkata-kata.

Kak Hose menganggap keheninganku sebagai aib besar rupanya. Sebab dia menghela nafas panjang, bagai kekecewaan merengkuh tubuhku.

"Gue males ngomong gini ke lo sebenernya, tapi denger baik-baik." Dia menitah, penuh kecaman. "Gue ga bisa ngelak lagi ke lo soal Cavalry yang gue bikin, tapi alesannya bukan cuman karena gue berandal gila yang lo bayangin. Gue punya tujuan. Dan sampai tujuan itu selesai, gue engga bakalan mati. Gue engga bakalan gagal. Lo ngerti?"

Aku menegak ludah sepat, lantas memberanikan diri untuk menatap Kak Hose.

"Aku ga bisa jelasin apa yang bikin aku punya spekulasi macam begitu. Tapi aku tahu aku engga salah. Dan aku pengen lindungin kakak dari kematian kakak."

Aku sudah mengobarkan api kesalahan yang besar. Kupikir sekalian saja kutambahkan minyak ke dalamnya.

Aku biarkan kejujuran sedikit saja mengalir dari bibrku. Kalau aku bisa mendengar kematian seseorang.

"Gue ga percaya yang mistis-mistis gitu. Jadi diem aja."

Aku menarik nafas panjang. "Kak Hose tau sendiri apa yang terjadi sama aku di masa lampau aku. Sama pasangan lama aku yang ngorbanin nyawanya demi lindungin aku."

"Terus apa hubungannya sama gue!?"

Rasanya sakit.

Dia bagai orang yang berbeda. Dari malam itu ketika kami berbicara dengan manis berdua. Dia mengutarakan prihatin kepadaku yang bersendu akan kehilangan Febian. Dan sekarang, dia bahkan tidak menatapku dengan tatapan lembut ketika aku mengungkit perihal yang serupa.

Mengagumkan bagaimana seseorang bisa berubah secepat ini.

Mengagumkan bagaimana perubahan mampu menyakitkan seperti ini.

"Aku pengen ngebalikin kebaikan dia lewat lindungin Kak Hose!" Aku membentak, rasa sakit hati membuatku berani menyuarakan kata-kata. "Aku ga mau Kak Hose terluka, makanya aku bawa Kak Hose balik ke Jakarta kemarin. Dan ini hasilnya! Pulang-pulang dengan satu badan penuh memar dan luka! Gini masih bisa dibilang baik-baik aja!?"

"Raga gue, gue yang urusin, Ann! Lo tutup mulut!"

"Apa Kak Hose engga sadar segimana usaha aku kemarin buat kakak menghindar dari bales dendam!? Bukannya itu bukti usaha aku mencoba agar Kak Hose ga luka!?"

Aku kembali mengingat kemarin. Aku kembali mengingat peningku di mobil. Aku kembali mengingat sekuat apa aku mencoba menahannya dari pergi mengejar penyerang Kak Oscar. Aku mengingat setiap inci kejadiannya dengan baik. Terutama pedihnya. Apalagi rasa sakitnya.

Aku nyaris menangis saking banyaknya emosi berkecamuk di dalam batinku. "Dan kakak masih ga percaya kalau kakak ada dalam bahaya kalau ini berlanjut terus!?"

"Ga, gue ga percaya. Puas!?" Balasan Kak Hose, kian memanaskan pelupuk mataku. "Gue punya hidup gue sendiri, lo punya hidup lo sendiri. Ada batas yang kita punya dan lo sekarang udah jauh melangkahi batas itu!"

"Aku cuman pengen kak Hose baik-baik aja!"

"Kalau begitu cari korban lain buat dijadiin mainan dukun-dukunan lo! Karena yang gue lihat dari lo cuman pembunuh yang menyesali kematian mantannya dan sekarang mencoba membalas budi dengan bikin alesan-alesan ga logis!"

Kali ini aku terpaku total.

Aku terpaku banyak kali dalam pembicaraan kita. Namun tidak pernah seburuk ini.

Aku tidak pernah membatu separah ini sebelumnya.

D-dia memanggilku... apa?

"P-pembunuh?" Aku membisik. Lirih.

Kak Hose membelalak begitu lebar setelahnya. Bagai dia baru menyadari kesalahan kata yang telah dia pilih. Jelas amarah menaunginya sampai kalut tadi. Namun apa yang dia katakan... jauh dari kata benar.

Dan kalau dia menyesali ucapannya, jelas dia sudah terlambat.

Sebab rasa sakit di hatiku berdenyut begitu perih, aku nyaris tidak bisa menahannya.

Setetes air mata mengalir dari mata kiriku. Lantas yang kanan. Lantas bercucuran. Aku tidak bisa lagi menahannya.

Aku tidak bisa menahan lagi rasa sakit ini.

"Ann." Kak Hose membisik, sama kakunya.

"J-jadi pada akhirnya Kak Hose sama kaya semua orang." Aku membisik, saking lirih, sampai bagai decit tikus barangkali. Aku mengingat sekolah lamaku, ibunda Febian, kepala sekolahku, guru-guruku. Bahkan orang tuaku. "Menyebut aku pembunuh."

"G-ga, gue ga maksud-"

"Jadi akhirnya Kak Hose bakalan bilang kaya semua orang di sekolah lama aku kalau aku yang bunuh mantan pacar aku sendiri dan seharusnya aku yang mati dan bukan dia!?" Aku menyentak, tidak bisa menahan lagi setiap emosi yang menggandrungiku selama berbulan-bulan semenjak kematian Febian.

Aku mengingat bagaimana ibu Febian merutukiku di ruang kepala sekolah. Bagaimana semua guru berhenti berbicara denganku. Bagaimana teman-temanku menghindariku. Bagaimana setiap mata memandangku bagai ingin mengusirku dari gedung sekolah mereka.

Aku mengingat betapa bersinarnya Febian di mata setiap orang. Ramah, penuh kasih sayang, selalu rela membantu siapa pun. Dan aku merebutnya. Lantas setiap orang membenciku karenanya.

Bahkan ibuku menganggap aku permasalahan dari kematian Febian.

Dia menyalahkan anaknya sendiri.

Dan kini Kak Hose juga.

Aku mengeraskan rahangku.

Semua orang sama saja.

"Ann... sebentar. Denger gue-"

"Kita putus." Aku membisik.

"Apa...?"

"Aku membunuh mantan aku. Kak Hose takut juga kan kalau nasib yang sama dateng ke Kak Hose kalau jadi pacar aku? Kalau begitu, kita harusnya engga bersama. Kita putus aja."

Aku berjalan dengan kaki sakitku, melewati raganya. Menuju pintu ruang musik, menahan ledak tangis yang tidak ingin kutunjukkan.

"Ann." Dia menggenggam lenganku, namun aku menepisnya secepat kilat.

Dan aku tidak membalik lagi sekalipun untuk menatapnya.

Sebab aku sudah kelewat sakit, aku tidak bisa lagi menahan tangisku. 

***

Thank you semuanya yang udah baca, udah vote, udah komen, udah share, udah mampir. Terima kasih banyak.

Follow aku di instagram (username : nnareina) untuk update-update tentang cerita-cerita aku. Di sana juga kadang aku post keseharian aku. Monggo difollow ya.

NEXT UPDATE : selasa minggu depan

See you soon! Love you all so much!

Kakak Kelasku Akan MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang