Chapter 31 - Hate with Hate

2.9K 206 3
                                    

Mata pembunuh.

Mata seseorang yang telah melakukan hal terburuk dalam hidup manusia.

Mata seorang pemburu yang berhasil menghabisi mangsa. Barangkali menjadikan kewarasan mereka sebagai tukarannya. Sebab kini kegilaan terpancar di mata Gio. Sebuah tekad yang tidak mungkin kandas. Sebuah penyesalan yang tidak mungkin dipupus. Sebuah aum yang tidak mungkin tidak bergemuruh.

Matanya bagai silet tajam. Setiap incinya memancarkan pertarungan sengit yang bahkan menakutkan. Tidak hanya bagi Joker, namun bagi kami juga.

Secercah rasa malu merambati ulu hatiku. Sebuah rasa tertinggal, mendapati diri tidak menemukan ketangguhan sebanyak Gio.

Padahal aku yang membentuk kelompok Cavalry.

Padahal aku yang disebut kaptennya.

Padahal aku yang seharusnya memimpin.

Menyedihkan, bangsat.

"Sorry, Gio." Aku menggumam pelan, menjadi orang perdana yang berhasil memupuskan keheningan nan pekat ini. Keheningan dari keterkejutan. Juga keheningan dari syok berat, di pihak kami maupun seberang. "Sorry bikin malu lo semua."

Nafas Gio tersengal, padahal dia tidak banyak bergerak. Dia sedang melawan dirinya sendiri, jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam. Melawan rasa bersalahnya, telah menjadi pembunuh, sekalipun itu demi kembarannya. Kata pembunuh memang lencana yang berat. Barangkali tidak mungkin dipikul seseorang tanpa beban raksasa di pundak mereka.

Kecuali psikopat semacam Leon. Dan Gio jelas bukan pria sinting itu.

"Gue tarik balik semua yang gue ngomong tadi. Soal temen-temen gue. Soal gue. Soal kewenang lo pada buat ngeremehin kita semua. Semuanya gue tarik balik." Pundakku tidak sakit lagi. Malahan, rasanya seperti terbakar dalam api semangat. Dalam kobaran paripurna yang menenggelamkan ketakutanku di sungai tak bertepi. "Lo boleh punya senjata lebih bagus. Tapi kalo soal kelompok!"

Aku menendang kencang rahang Leon sampai, dia terpental ke belakang. Pundaknya menghantam lantai, sendinya sampai berderak menyakitkan. Namun aku tidak memiliki kasihani padanya.

"Cavalry lebih kuat, anjing!"

Joker barangkali membutuhkan 2 sampai 3 hari kerja sampai kembali menyadari apa yang tengah terjadi. Aku tidak akan menyalahkan. Salah satu teman terbaik mereka baru saja kehilangan nyawa. Namun nyawa kami bukannya lebih tidak rentan daripada mereka. Karena itu kami tidak satu detik pun melewatkan kesempatan kelengahan mereka ini, kami menyerang Joker, selagi kami bisa.

Eden dihadapi oleh senapan oleh David di hadapannya. Dia kepanikan ketika Eden tiba-tiba berlari ke arahnya. Dia melancarkan sebuah ledakan membahana, namun tidak sama sekali presisi. Jelas saja, David masih terguncang.

Dalam waktu yang singkat itu, Eden meraih senapan David, membantingnya sampai berkelontang di tanah, lantas menggunakan kepalannya yang raksasa, dia menghantam paras David sampai bentuk buku-buku jarinya menapak di paras.

Pria itu terpelanting ke belakang. Jatuh dari kakinya dan mendarat di tanah. Namun itu saja tidak cukup untuk menghentikan Eden si perkasa. Eden menindihi tubuh David dan menghantam wajahnya sampai babak belur, mimisan, muntah darah. Semuanya. Sampai tidak mungkin lagi baginya untuk bangkit. Sampai tidak mungkin lagi tangannya meraih senapan untuk menyerang kembali.

"Anjing lo, Eden!" Salah satu Joker – yang aku tidak sempat lihat wajahnya karena aku tengah adu jotos dengan Leon yang kembali berdiri – mencoba menyerang Eden dari samping. Namun pria itu lebih dulu ditendang wajahnya oleh sepatu bot keras Genda. Terpelanting ke belakang, namun secepat mungkin pulih kembali dan kembali berdiri.

Kakak Kelasku Akan MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang