Chapter 15 - Handgun

2.9K 222 1
                                    

"Lo jangan berani-beraninya keluar dari sini satu langkah pun, ngerti!?"

Bentakan Kak Hose membuatku terpaku kaku di atas kursiku. Aku mengangguk sama kakunya, masih terkejut, namun aku yakin Kak Hose tidak bahkan melihatku membalasnya. Dia langsung mengacir keluar, tidak menutup pintu dengan rapat, dan menghampiri mobil Kak Oscar yang terbalik.

Sedangkan aku masih terpaku bagai tertinggal garis waktu.

Terjadi kecelakaan. Mendadak. Tanpa sebab!?

Kak Oscar hanya tiba-tiba berhenti mendadak tatkala dia tengah mengemudi, dan mobilnya terpelanting ke belakang. Apakah mogok bisa membuat sebuah mobil terpelanting? Aku masih saja selambat kukang. Lantas kalau bukan mogok ada apa? Melindas bebatuan? Rem blong? Tidak, semuanya tidak masuk akal. Atau barang kali ban yang pecah?

Apa mungkin ban mobil pecah sendirinya!?

Aku menatap ke luar horor ketika melihat Kak Genda, Eden, dan Hose mencoba meraih Kak Oscar dari balik mobilnya yang terbalik. Mereka kesulitan melepaskan sabuk pengaman. Kesulitan membuka pintu yang terlanjur rusak. Kesulitan menarik kaki Kak Oscar yang tersangkut di balik mobilnya.

"Woi anjing pecahin kacanya!"

Aku bisa mendengar mereka bersahutan lewat pintu mobil yang tidak tertutup rapat.

"Ga bisa! Gimana kalo pecahannya kena Oscar!?" Kak Genda berteriak.

Aku membenci bagaimana kali pertama aku mendengar Kak Genda bersuara keras, adalah di tengah kecelakaan.

"Daripada dia mati kesesekan di dalem sana, anjing!" Kak Eden kembali membalas.

Namun Kak Hose menyentuh pundak kedua temannya. Barangkali, mencakar. "Mundur."

Dia berjongkok ke tanah, menggunakan sikutnya, memecahkan bagian pinggir kaca mobil yang sudah pecah dari kecelakaan. "Woi Hose!" Kak Genda lagi-lagi berseru, namun Kak Hose tidak bahkan memiliki waktu untuk mendengarnya. Menggunakan tangan kosong, dia menarik serpihan kaca satu per satu, memecahkan kaca mulai dari pinggir sampai ke atas, yang tentu saja keras, alhasil membuat tangannya berdarah-darah.

Lukanya semalam terbuka. Perban yang kulilitkan di pergelangannya kini bersimbah darah. Dia kelihatan kesakitan, aku merutuki diri yang hanya bisa menutup mulut dari kejauhan.

Ini benar-benar gila.

Ini benar-benar menyeramkan.

Ini benar-benar mendadak, aku bahkan lampau lamban untuk mengerti apa yang terjadi.

Aku sempat berpikir untuk keluar dari mobil, melakukan sesuatu yang berguna di tengah kekacauan ini. Namun barangkali aku hanya akan membawa beban tambahan. Aku hanya akan menjadi benalu yang mengusik mereka. Lihatlah, bahkan mereka saja kesusahan untuk menyelamatkan Kak Oscar! Apa yang bisa kulakukan!?

Aku mencoba memutar otak. Mencoba mencari kelebihan di dalam diriku yang bisa kukerahkan saat ini. Namun aku tidak menemukan apa-apa.

Aku benar-benar tidak berguna.

"Seatbeltnya!" Kak Hose menggeram, meraih-raih tombol sabuk pengaman Kak Oscar.

"Udah, Hose! Kita aja. Tangan lo udah darahan gitu!"

Namun Kak Hose tidak mendengar. Tidak memasukkan tangannya ke balik serpihan kaca, melepas seatbelt Kak Oscar, sampai pundaknya terkena serpihan kaca, lantas membuat darah mengucur kian banyak saja dari lengannya.

Aku bagai menonton film horor. Namun sayangnya ini kenyataan.

"Udah lepas!" Kak Hose menjerit.

"Angkat mobilnya!" Kak Genda dan Eden menjerit bersamaan.

Kakak Kelasku Akan MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang