[215] Oleh-oleh Riau

8 1 0
                                    

Saat pergi keluar, tiba-tiba Aida melihat Wawan yang baru saja berdiri di depan Kamar Karlina dengan penampilan baju kaos putih, blazer dan celana dasar berwarna biru.

"Assalamualaikum, istriku. Tumben kamu hari ini cantik banget, gimana pakaian nya sudah disiapkan belum? Terus apakah dedek sudah siap beli oleh-oleh buat mamak dan bapak mertua," sapa Wawan.

"Wa'alaikum salam, Mas Wawan kirain siapa bikin jantungan aja. Em, sudah lho mas, Dedek sudah selesai mengemaskan pakaian. Iya, Dedek sudah siap kok," balas Aida.

Kemudian Wawan mencium kening Aida, lalu Aida memeluk erat tubuh Wawan. "Ya, sudah kita sarapan dulu yah sayang. Nanti sudah sarapan sekalian minjam motor pada ayah buat beli oleh-oleh untuk mamak dan bapak," ajak Wawan.

"Ayo mas, pelut Dedek sudah keloncongan nih, mau makan sepertinya cacing-cacingnya. Iya mas."

"Utututu ... pelut Dedek keloncongan, nanti cacingnya gantian sama Dedek bayi yah."

Setelah saling bercanda, mereka berdua bergegas pergi ke bawah sambil saling bergandeng tangan, lalu Aida dan Wawan berjalan menuju dapur dan melihat Syarif mengenakan baju dinas yang sedang menyantap sarapan pagi. Makanan pagi ini nasi gemuk, goreng-gorengan, roti tawar yang telah dikasih selai kacang, buah-buahan beserta beberapa gelas susu di atas meja makan.

"Selamat pagi, ayah," sapa Wawan. Kini Aida yang masih mengandeng tangan blazer Wawan hanya tersenyum ramah.

Syarif sedang menyantap nasi gemuk, lalu sambung meminum segelas susu menoleh ke belakang. Ternyata yang memanggil dirinya adalah Aida dan Wawan.

"Selamat pagi juga anakku dan nak menantu. Kalian berdua mau pergi ke mana?" balas Syarif, lalu bertanya.

"Kami berdua mau beli oleh-oleh ayah ditambah nanti siang mau pulang, kan semalam sudah kami beritahu. Tapi, sebelum pergi kami mau sarapan dulu," balas  Wawan.

"Oalah, maaf nak maklum bapak sudah tua. Em, yah sudah sini buruan makan mumpung masih hangat. Dewi, tolong panggilkan Karlina dan Ihsan juga untuk sarapan pagi," ajak Syarif, kemudian Wawan dan Aida duduk di meja makan dengan berdampingan. Saat mereka duduk, Syarif memerintah Dewi untuk memanggil anak pertama dan anak bungsunya.

"Baiklah, tuan besar," balas Dewi. Selepas itu, Dewi bergegas pergi menaiki anak tangga dan berjalan menuju lantai dua untuk memanggil Karlina dan Ihsan.

Sembari menyantap makanan, Wawan mengajak berbicara dengan memelas meminjamkan motor favorit milik Syarif.

"Ayah, nanti Awan minjam motor yah sebentar sebab ingin membeli oleh-oleh khas dari Riau buat mamak dan bapak mertua, Awan janji bakalan isi bensin sampai penuh," pinta nya.

"Iya, nak. Pakai aja, tapi jalannya hati-hati dan jangan ngebut kasian warga yang melintas. Kalau ngebut nak menantu malah makin takut," balas Syarif menerima permintaan Wawan.

"Wah, makasih banyak yah ayah. Awan makin sayang sama ayah. Ok, yah, Awan janji tidak akan ngebut dan mengendarai motor dengan hati-hati. Oh, tentu aku tidak akan ngebut takutnya Dedek malah melayang."

Syarif pun mengangguk sambil tersenyum, mendengar ucapan Wawan dengan memanggil namanya, membuat Aida sedikit kesal lalu ia mencubit perut Wawan.

"Argh, Dedek kenapa cubit mas?" Wawan kesakitan.

"Lagian, Mas Wawan nyindir-nyindir Dedek segala dihadapan ayah. Kan jadi malu," gerutu Aida.

"Utututu ... kan cuman bercanda sayang, nah kan perut mas jadi sakit," balas Wawan.

Kini Syarif tersenyum melihat kedua anaknya itu, sedangkan Karlina, Ihsan dan Dewi yang baru saja mendekat juga ikut tersenyum melihat perdebatan pasangan muda itu.

Selepas saling bercanda, kini mereka berlima makan bersama-sama. Kemudian Syarif telah selesai sarapan pagi dan bersiap untuk bekerja.

"Nak Awan, nak Menantu, Nak Karlina, Nak Ihsan. Ayah mau pergi dulu yah, soalnya pagi ini mau apel di kantor kecamatan," ucap Syarif.

"Iya ayah, hati-hati di jalan yah," balas serentak.

Setelah keberangkatan Syarif, Ihsan tanpa angin tanpa mengobrol, ia bergegas pergi meninggalkan Karlina, Wawan dan Aida di meja makan.

"Dik Awan, dik Ipar kakak pergi izin tinggal juga yah, mau mandi soalnya jam sembilan otw kerja. Nanti kalau kalian pulang  titip salam buat mamak dan bapak di sana," ucap Karlina.

"Iya Kak Lina, iya kakak ipar. Semangat kerjanya. Baiklah kak, nanti salam nya aku sampaikan pada mamak dan bapak,"  balas Aida dan Wawan.

Selesai saling menyapa, Wawan dan Aida bergegas pergi ke depan sambil mengandeng tangan, sedangkan Dewi mengambil piring kotor untuk dicuci.

"Mas, emang oleh-oleh di Riau itu apa aja?" tanya Aida.

"Banyak Dedek. Ada Roti Jala, Lempuk Durian, Kue Bangkit, Dodol Kedondong dan banyak lagi," balas Wawan.

"Wah, kayaknya enak mas, ya sudah ayo kita pergi dan beli oleh-oleh sekarang juga. Dedek nggak sabar pengen mencicipinya." Aida bersemangat dengan memegang lengan tangan Wawan.

"Utututu, ya sudah ayo sayang kita pergi sekarang juga."

Kemudian Wawan dan Aida bergegas pergi keluar sambil membawa kunci motor milik Syarif, mereka berjalan menuju garasi motor.

Pertama kali Wawan membuka kain hitam, lalu mengeluarkan motor dari garasi. Setelah motornya hidup, Aida menaiki motor dan memeluk perut Wawan dengan erat.

"Dedek pegangan nya erat-erat yah, biar nggak jatuh," ucap Wawan.

"Iya, Mas Wawan. Jalannya jangan ngebut-ngebut dengerin kata ayah," balas Aida.

"Iya sayang, mas ngerti kok."

Selepas itu, Wawan mengaskan motornya dan pergi menuju gerbang sambil memberikan klakson.

Tin!

Tin!

"Pak Deni, tolong bukakan pintunya," pinta Wawan.

"Eh, siap Pak Awan. Ngomong-ngomong, Pak Awan mau pergi ke mana?" tanya Deni.

"Aku mau beli oleh-oleh, pak. Sebab nanti siang kamu mau pulang, nanti habis beli oleh-oleh antarkan kami ke bandara yah pak," balas Wawan dengan meminta.

"Hum ... baiklah Pak Awan. Lah, kok cepat banget pulang nya? Kirain kalian bakalan tinggal selamanya di sini," heran Deni.

"Hahaha ... iya pak, datang ke sini cuman berkunjung doang. Soalnya beberapa hari lagi kan masuk semester baru, Dik Aida masuk kelas dua belas dan aku juga kerja sebagai kepala sekolah harus bertanggung jawab."

"Oalah, jadi gitu alasannya ku pikir Non Aida sudah lulus sekolahnya. Semangat yah sekolah nya Non Aida dan semangat Pak Awan menjadi kepala sekolah semoga berguna bagi guru-guru dan murid-murid lainnya di sana."

"Belum, pak. Saya masih sekolah, dengan alasan itu kami belum menikah dan hanya lamaran doang. Hehehe ... iya Pak Deni terimakasih do'anya," balas Aida.

"Aamiin, makasih yah Pak Deni atas do'anya insyallah saya siap menjadi kepala sekolah yang berguna pada guru-guru dan murid-murid lainnya. Ini demi pendidikan bersama dan mencerdaskan murid untuk masa depan lebih berguna, terutama pada calon istriku ini," balas Wawan.

Kini Deni mengangguk sambil tersenyum, setelah saling mengobrol mereka berdua bergegas meninggalkan Deni dan pergi ke toko oleh-oleh yang terkenal di Riau.

Assalamualaikum, Pak Kepsek Season 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang