[216] Toko Oleh-oleh

8 1 0
                                    

Sebelum berpergian ke Toko Oleh-oleh Khas Riau, Wawan menghentikan motor untuk pergi menuju Bank terdekat untuk menarik uang kas, sekalian membayar uang naik pesawat.

"Mas, kita sudah sampai yah?" tanya Aida.

"Belum Dedek, kita ambil uang kas dulu. Mungkin pembelian di toko tersebut tidak menggunakan debit, enggak semua toko sistemnya seperti mall," balas Wawan.

"Oh, aku mau ikut yah mas. Aku nggak mau diculik sama orang lain, nanti terulang lagi kayak di Wisata Danau Raja yang hampir mengorbankan nyawaku lagi, Dedek nggak mau mati sekarang juga maunya bahagia dulu sama mas biar sama  menua dengan anak-anak kita kelak nanti," pinta Aida.

"Hum ... boleh sayang, tapi jangan nakal-nakal yah di tempat umum. A—jangan bikin mas salah tingkah entar ke cium nanti. Dedek nggak bakalan pergi kok selagi mas ada di samping mu. Walau rintangan yang selalu datang, aku tak kan mundur, walau tantangan yang tak pernah berhenti, cinta tak kan pernah mati," balas Wawan sambil bernyanyi untuk Aida. Orang-orang yang berjalan bertepuk tangan mendengar suara Wawan yang indah itu.

Prok!

Prok!

"Keren, nyanyi lagi dong kak. Suaranya candu," ucap anak remaja berumur belasan tahun.

"Heh? Enggak-nggak itu tadi lipsing doang kok, maaf yah. Ayo sayang pergi ke tempat pengambilan uang," balas Wawan menoleh permintaan anak remaja itu, lalu Wawan pergi menarik lengan tangan Aida untuk pergi menuju ke tempat pengambilan uang.

"Lah, kenapa Mas Wawan pergi kan kasian cewek tadi pengen dengerin suara, mas?" heran Aida.

"Enggak pa-pa sayang, privasi. Mas nggak mau berkumpul di keramaian seperti ini. Sebab kita harus buru-buru mengambil uang dan pergi menuju bandara habis beli oleh-oleh, nanti kalau telat bisa malam atau besok pagi pulangnya," balas Wawan.

Kini Aida diam saja sambil mengangguk, kemudian Wawan berusaha mengambil uang pada bank tersebut, uang yang ia ambil sebesar lima juta dengan membolak-balik kartu ATM dua kali. Selama Wawan sibuk mengambil uang, Aida masih memegang celana Wawan agar tidak terpisah. Tidak lama seorang kakek tua masuk ke ruang ATM dan berdiri di samping mesin ATM, kini Aida memperhatikan kakek tersebut dengan serius, beberapa menit berlalu Aida merasakan aura dingin yang mengenai wajah nya.

"Mas ... mas sudah selesai belum, kita pulang yuk Dedek takut mas," ucap Aida dengan menarik-narik celana Wawan, sembari melakukan itu Aida malah tidak sengaja memegang gagang sapu milik Wawan.

Melihat kelakuan Aida yang mengemaskan membuat Wawan ikut kaget, tiba-tiba senjata miliknya tegang seketika, kini Wawan yang baru menerima uang kas sebesar lima juta malah merasakan tingkah nakal Aida di lingkungan umum.

"Argh, Dedek jangan ngelakuin itu di tempat umum, kan mas sudah bilang. Nah burung nya jadi hidup." Wawan kesakitan lalu mengobrol pada Aida. Kini Aida kaget, selanjutnya ia menoleh ke samping, kakek yang berdiri di depan mesin ATM telah menghilang.

Sembari memperhatikan ke tempat tersebut, kini Wawan tak berhenti berbicara, lalu ia duduk sebentar dengan menurunkan dengkul kaki untuk mengajak berbicara sama Aida sambil menghentikan tegangan burung nya yang berbentuk pentolan itu.

"Dedek, kok diam saja sih. Mas, mau nanya. Tadi Dedek pegang-pegang burung mau apa?" tanya Wawan.

"Astaghfirullah! Dedek  nggak sengaja mas, tadi aku melihat seorang kakek terus ku merasakan aura dingin. Biasanya aura dingin pertanda mahluk tak kasat mata hingga itulah aku memanggil mas. Tapi, Mas Wawan tidak memperhatikan ku dengan sengaja aku memegang permen Kojek milik mas," gerutu Aida.

"Ya Allah, jangan diulangi lagi yah Dedek, untuk tempat ini sepi kalau ramai yang ada mas tambah malu. Ya sudah kita pergi yuk mumpung burung mas dah lemas lagi nih. Dedek, jangan pikirkan soal tersebut, banyak-banyak istighfar agar dihindarkan dari aura jahat," ajak Wawan.

Aida mengangguk sambil tersenyum, lalu mereka berdua bergegas meninggalkan ruangan mesin atm dengan membawa uang kas sebesar lima juta ribu rupiah. Saat berada di parkiran, Aida dan Wawan bergegas pergi menuju menuju Toko Oleh-oleh Khas Riau.

Beberapa menit kemudian, kini mereka berdua telah sampai di tempat tujuan. Selanjutnya Wawan dan Aida memarkirkan motor di depan toko tersebut, lalu mereka turun sambil bergandeng tangan dan berjalan masuk ke toko itu.

Saat masuk Aida diperlihatkan ragam makanan khas dari Riau mulai dari Roti Jala, Lempuk Durian dan Kue Bangkit.

"Mas Wawan, kita beli makanan yang mudah awet aja yah mas," pinta Aida.

"Oh, ok sayang. Ya sudah kita beli Roti Jala aja dijamin awet dan enak juga," balas Wawan.

"Roti Jala, apaan mas?" tanya Aida.

"Roti Jala adalah oleh-oleh khas Pekanbaru yang terbilang awet dan tahan lama. Roti yang terbuat dari tepung dan telur ini agak unik. Jika biasanya di sajikan dengan kuah kari ayam atau kambing, roti jala ini pakai kuah durian. Kuah dari buah durian yang kental dengan aroma khasnya, dijamin Dedek bakalan ngiler," balas Wawan.

"Wah, kayaknya enak mas. Dedek pengen ngerasain nya juga." Aida yang mudah sekali terhipnotis oleh Wawan.

Selepas itu Wawan mengangguk sambil tersenyum, lalu mereka berdua datang mengambil empat bungkus roti jala beserta kuah durian yang telah dibungkus. Kemudian Wawan mengajak Aida untuk menuju makanan yang tak jauh dari durian.

"Mas, ini makanan apaan?" tanya Aida.

"Ini Lempuk Durian, sayang. Akrab dikenal dengan dodol, ini memiliki rasa yang nikmat dan tak ada duanya. Rasa yang manis dengan tekstur yang lengket seperti cemilan," balas  Wawan.

"Wah, kayaknya makanan dari Riau ikonnya buah durian yah mas. Ya sudah aku mau mas," pinta Aida.

"Iya sayang bukan durian saja, tapi ikan patin lebih ikon dan ikan lainnya juga. Ya sudah kita ambil empat bungkus yah."

Aida mengangguk sambil tersenyum. Setelah mengambil bagian makan-makanan, Wawan mengajak Aida ke rak batik untuk Hartono dan Dinda.

"Mas, kita mau ke mana lagi? Dedek capek banget nih." Aida kelelahan.

"Kita beli batik, buat mamak, sayang," balas Wawan.

"Kok batiknya agak beda yah mas. Biasanya motif dari Jawa pakaian ukiran printing begitu?" heran Aida.

"Iya sayang memang beda, ini batik memang beda. Motif batik khas Riau ini biasanya  memiliki gambar berupa tumbuhan seperti bunga klambang, bunga ketumbang dan jenis-jenis bunga lainnya."

"Wah kayaknya menarik, aku juga mau mau baju batik dari Khas Riau," pinta Aida.

"Iya sayang ambil aja, sekalian untuk mamak dan bapak juga. Ngomong-ngomong ukuran baju bapak berapa, sayang?"

"Dedek nggak tau, mas. Mungkin XL atau double LL, kalau ukuran mamak sama sepertiku."

Wawan pun mengangguk sambil tersenyum, lalu mereka berdua mengambil beberapa baju batik, kemudian datang menghampiri kasir untuk membayar oleh-oleh yang mereka ambil. Selepas itu, mereka berdua pergi meninggalkan toko dan berjalan menuju Komplek Argantara nomor 101 untuk mengambil koper lalu lanjut ke bandara.

Assalamualaikum, Pak Kepsek Season 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang