[263] Main Catur

3 1 0
                                    

Ceklek!

"Mamak, bapak. Aida kangen!" ucap ku keluar sambil memeluk Hartono dan Dinda.

"Eh, anak mamak sudah pulang. Justru mamak yang kangen sama kamu nak, tapi karena kamu sudah milik Nak Wawan. Jadi, mamak rela melepaskan mu," balas Dinda.

"Anak bapak sudah pulang juga," tambah Hartono.

"Assalamualaikum, Mak, bapak," ucap Wawan sambil menyalami Hartono dan Dinda.

"Wa'alaikum salam, Nak Wawan," balas Dinda.

Kemudian Hartono dan Dinda kaget melihat pipi Wawan yang membiru.

"Lho, kenapa pipi mu bisa membiru seperti ini nak?" tanya Dinda.

"Ini, kami tadi diserang sama rombongan pria jalanan, Mak," balas Wawan.

"Astaghfirullah, ya sudah sini masuk nak. Nanti mamak sembuhin pakai air hangat," ajak Dinda.

Wawan pun mengangguk mengikuti ajakkan Dinda. Kemudian, Hartono, Wawan dan Aida duduk di kursi tamu.

"Emang kejadiannya sudah berapa lama, nak? Terus, apakah kamu tahu ciri-ciri para pria jalanan itu. Nanti bapak selesaikan masalah nya sampai selesai. Lagi pun bapak nggak mau melihat menantu bapak menderita seperti ini, kamu juga sudah termaksud bagian keluarga kami," tanya Hartono.

"Kejadiannya siang tadi pak. Aku kurang tahu, pak ciri-cirinya. Tapi, lokasi nya bapak boleh cek di minimarket ini," balas Wawan, sambil menunjukkan lokasi lewat Maps.

"Ok, baiklah nak. Boleh kirim letaknya lewat wa bapak," pinta Hartono.

"Baik, pak."

Selama Hartono dan Wawan sibuk mengobrol, kini Aida diam saja sambil mendengarkan obrolan mereka berdua. Tidak lama Dinda datang dengan membawa mangkok sedang berisi air hangat untuk menyembuhkan luka di pipi Aida.

"Aida, kenapa kamu nggak obatin calon suami mu?" tanya Dinda.

"Ih, aku dari siang tadi sudah obatin lho, Mak," balas Aida.

"Iya, Mak. Tadi Dedek sudah sembuhkan aku, tambah sudah bantu aku mengalahkan beberapa pria jalanan," sanggah Wawan.

"Bagus kamu, Aida. Bapak nggak sia-sia ajarin mu belajar pencak silat. Kalau ada bahaya kamu langsung serang, tapi jangan asal pakai pada semua orang dan mempamerkan pada orang lain," ucap Hartono.

"Iya bapak, kalau aku nggak ikut pencak silat. Kami berdua malah tambah bahaya," balas Aida.

"Syukur lah kalau begitu. Ya sudah, bapak mau mandi dulu. Ini baju sudah pada keringetan."

"Iya, pak," balas Aida dan Wawan.

Saking seru mengobrol dengan Hartono. Tugas Dinda menyembuhkan luka pada Wawan sudah selesai.

"Nah, pipi kamu nak sudah cukup mendingan. Emm, kalian sudah solat Maghrib belum?" tanya Dinda.

"Terimakasih banyak yah, Mak. Belum, Mak," balas Wawan.

"Ya sudah, kita solat bareng yuk. Kapan-kapan solat bareng lagi, dua hari kemarin kami kesepian tanpa Nak Uka, Aida dan Wawan. Jadi bisa solat berdua saja," ajak Dinda.

"Baik, Mak."

Usai melaksanakan solat Maghrib berjamaah. Kami berempat duduk di dapur sambil menyantap makan malam bersama-sama.

"Ya sudah, Nak Wawan. Ayo buruan makan. Maaf, lauknya cuman telur, tahu, tempe dan sayur sop ayam doang. Biasa, gaji belum turun," suruh Dinda.

"Iya Mak," balas Wawan.

Assalamualaikum, Pak Kepsek Season 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang