[271] Guru Baru

2 1 0
                                    

Beberapa menit kemudian,  kini Hartono telah mengantar Aida di depan gerbang SMK Harapan Bangsa. Selanjutnya, Ketot datang menghampiri Hartono sambil menghormati nya.

"Selamat pagi, Pak Polisi," sapa Ketot.

"Selamat pagi, juga Ketot. Tolong jaga anakku dan anak-anak lainnya yah," balas Hartono.

"Siap 45, pak."

"Bagus."

Usai mengobrol dengan Ketot, Hartono dan Dinda bergegas pergi ke toko butik, lalu lanjut pergi ke kantor polisi. Setelah keberangkatan Hartono, kini Aida datang menghampiri nya.

"Bang Ke, Mas Wawan sudah sampai belum?" tanya ku.

"Belum sampai, Aida. Paling Beberapa menit lagi Pak Kepsek sampa," balas Ketot.

Tidak lama mobil biru, masuk ke dalam gerbang yang dikendarai oleh Wawan.

"Nah, kan. Baru ku bilang, Pak Kepsek bakalan tiba," tebak Ketot.

"Wah, hebat kali Bang Ke. Bang, gue izin tinggal yah, pengen hampiri calon suami," ucap ku.

"Iya, Aida."

Setelah mengobrol dengan Ketot, Aida bergegas menghampiri Wawan.

"Mas Wawan, Dedek mau ikut!" teriakku.

Wawan pun menghentikan mobil, kemudian Aida masuk ke dalam mobil.

Ceklek!

"Mas Wawan, hari ini kenapa nggak jemput Dedek?!" kesal ku.

"Utututu ... maafkan aku sayang, mas hari ini lagi sibuk banget. Tapi, lain hari mas bakalan rutin jemput Dedek," balas Wawan sambil memegang dagu ku.

Aku pun langsung mencium pipi Wawan. "Sesibuk apa sih, jangan bilang mas sibuk sama wanita lain. Janji yah. Mas, semalam Dedek sudah bilang sama bapak. Kalau mas, bakalan belajar pencak silat sama bapak."

"Astaghfirullah, suudzon aja nih Dedek. Mas, sibuk dengan pekerjaan sayang. Iya janji, tapi malam ini Dedek mau nginep di rumah mas kan? Lah, kok gitu. Mas, kemarin cuman rencana aja bukan berarti telah mengambil keputusan."

"Hahaha ... aku cuman bercanda aja, mas. Iya mas, aku mau nginep malam ini. Yah, aku nggak tau mas. Maafkan Dedek yah, tapi bapak sudah siap kok kalau mas mau latihan pencak silat."

"Ih—dedek makin nakal aja. Yeah, sebenarnya dua malam kemarin, mas kesepian kalau nggak ada Dedek di rumah. Huh, kayaknya mas nggak bisa menolak, kalau bapak sudah setuju seperti ini. Lain kali Dedek, jangan asal bicara pada bapak yah kalau belum ada bukti kuat."

"Iya, mas. Oh begitu, sama Dedek juga gelisah kalau tidur di kamar sendirian. Maafkan aku, mas. Dedek, janji tidak akan membicarakan soal ini secara blak-blakan."

"Iyah-yah, ya sudah kita lanjut jalan yah. Mas, ada tugas penting dari pemerintah, mana ada meeting sama guru tentang beasiswa."

Selepas mengobrol, Wawan langsung mengendarai mobil biru dan berhenti di parkiran guru. Kemudian, Aida berpamitan sambil menyalami tangan Wawan.

"Mas, Dedek mau ke kelas yah," ucap ku sambil menyalami dan mencium tangan Wawan. Kemudian Wawan mencium balik tangan Aida, lalu sambung mencium kening nya.

"Iya Dedek, semangat belajarnya," balas Wawan yang mengenakan batik merah dan celana dasar berwarna hitam.

Selama Aida keluar dari mobil, kini Lusi memperhatikan Aida yang logowo keluar dari mobil.

"Sialan, kenapa Aida bisa hidup. Padahal aku sudah kirim enam preman yang kuat-kuat malam kemarin. Ini, Surip malah tidak membalas telepon ku!" kesal  Lusi.

Kemudian Sabar memperhatikan Lusi dari dalam kantor, dengan mendengarkan ucapan nya.

"Oh, jadi dibalik dalang ini. Adalah perbuatan Lusi, sampai tega mau membunuh Aida. Aku nggak harus diam saja, aku harus ingin tau gerak-gerik Lusi yang biadab itu," batin Sabar.

Saat melihat Aida yang pergi ke kelas bersama Madonna dan Lita, kini Wawan keluar dari mobil, lalu ia masuk ke dalam kantor untuk absen dan kembali masuk ke dalam ruangan nya.

***
"Lita, Madonna. Gue mau kasih informasi penting nih?" panggil ku.

"Iya, Aida. Ada informasi apa nih, bikin kami penasaran," balas Madonna.

"Ini, malam kemarin gue diajak Mas Wawan pergi ke taman lampu. Terus gue diculik oleh enam preman, di situ gue pura-pura lemah demi mencari tujuan mereka, kemudian Mas Wawan ngejar-ngejar gue. Kalian mau tau nggak, alasan gue diculik dan dibunuh karena demi uang. Sudah itu, gue gigit tangan nya, lalu pukul, tendang kaki lawan dan tendang sosis preman sampai pecah bijinya. Para preman itu dongo-dongo, dia nggak tau kalau gue punya sabuk hitam," jelas ku.

"Wah, kok lu nggak ngajak kami berdua. Buset, lu dicuri enam preman, emang boleh sepopuler gitu. Aduh, renyah kali kalau biji sosisnya pecah. Emm, tapi lu tau kan dalang pembunuh bayaran itu?" tanya Madonna.

"Iya ih, Aida. Sudah mulai sombong saat dekat sama Pak Kepsek," tambah Lita.

"Yah gue nggak tahu, soalnya Mas Wawan ngasih gue informasi mendadak dan gue nggak sempat ngasih tau kalian. Iya, gue kan cantik tapi hanya satu yang gue pilih yaitu Mas Wawan. Iya, puas gue pecahin bijinya. Emm, soal itu gue nggak tau, karena orang ngincer gue. Pasti balik dalang itu adalah perempuan," balas ku.

"Oh begitu, ya sudah kita masuk ke kelas yuk. Terus, kita pergi ke lapangan, soalnya bentar lagi kita mau senam pagi," ajak Madonna.

Aida dan Lita pun mengangguk, lalu kami bertiga bergegas masuk ke dalam kelas 12 A, untuk menempatkan tas pada kursi masing-masing, kemudian pergi bersama menuju lapangan sekolah.

Tidak lama bel sekolah berbunyi empat kali, menandakan semua kelas berkumpul di tengah lapangan. Kemudian di sekolah kedatangan guru penjaskes baru dari Medan, yang mewakili ikut melaksanakan senam pagi.

"Selamat pagi, anak-anak. Perkenalan nama bapak Dwiki Siaga, bisa dipanggil Pak Dwiki. Hari ini kita akan melaksanakan senam pagi bugar, baik senamnya segera dimulai," sapa nya.

"Selamat pagi juga, pak," balas serentak.

"Gila, gurunya cakep banget," ucap murid lain.

"Lihat, ototnya kekar kali. Pak Dwiki masuk list guru idaman uyt," balas murid lain.

Satu jam berlalu, kini melaksanakan senam pagi bugar telah berakhir. Aku, Lita dan Madonna bergegas masuk ke dalam kelas untuk istirahat sejenak.

"Fyuh, lelah juga," ucap ku.

"Iya, gue juga lelah. Tapi, gue puas kalau lihat Pak Dwiki yang cakep itu," balas Madonna.

"Iya sih, tapi Pak Dwiki main game ml juga nggak sih?" tambah Lita, lalu bertanya.

"Emang semua guru, bakalan main game burik kek gitu," balas ku.

"Diem lu."

Tidak lama anak-anak lain, bergegas masuk ke dalam kelas untuk beristirahat. Ada yang sedang minum, ada yang sedang berkipas dan ada juga mainkan gadget.

Kemudian bel sekolah berbunyi tiga kali, menandakan waktu jam pelajaran pertama sedang dimulai. Selepas itu Pak Dwiki berjalan di depan kelas 12 A dan masuk untuk menyapa kelas pertama yang ia ajarkan.

Assalamualaikum, Pak Kepsek Season 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang