[243] Mencari Sarapan Pagi

3 1 0
                                    

Sepanjang perjalanan kini Aida mulai nampak lelah, ditambah perutnya juga keroncong, lalu ia mengeluh pada Wawan.

"Mas, kita mau pergi ke mana? Dedek dah lapar banget nih, butuh energi biar tetap semangat. Emang, Mas Wawan di rumah nggak nytok mie instan atau beras gitu? Terus kenapa nggak pesan makanan secara online aja?" ucap Aida.

"Kita cari sarapan sayang, tempat favorit dan makanan kesukaan mas juga. Em, sabar yah sayang sebentar lagi bakalan sampai kok. Mas, nggak pernah nytok mie instan sayang enggak baik buat kesehatan kalau berlebihan entar malah obesitas. Mas, ada sereal doang di rumah, mungkin Dedek nggak bakalan suka buat untuk berolahraga. Makanan pesan online itu enggak enak sayang, lama nunggunya, jadi kita cari di luar aja sembari pergi ke sekolah," balas Wawan.

"Hum ... makanan favorit Mas Wawan yah, Dedek jadi penasaran. Yah, Dedek kan semuanya bisa di makan mas, mau sereal atau apa pun siap menerimanya. Oalah, jadi gitu maafkan Dedek yah mas sebab sering mengeluh."

"Iya sayang, dijamin Dedek bakalan suka dan candu juga makan di sana, yah meskipun makanan di pinggir di jalan tapi masih tetap bersih, bungkusan aja bagus dan yang bikin makanan juga sudah kayak keluarga dekat. Em, nanti besok pagi nya kita makan sereal. Lah, kenapa Dedek mau minta maaf, lagi pun mas nggak pernah marah kok."

Aida mengangguk sembari tersenyum, melihat Wawan yang sangat menyakinkan kepada nya. Beberapa menit kemudian, kini mereka berdua telah sampai di warung favorit tempat makan ternyaman buat Wawan, kebetulan tempat tersebut terlihat sepi. Selanjutnya Aida dan Wawan turun bersamaan dari mobil Daihatsu Ayla berwarna biru, lalu berjalan sambil bergandeng tangan.

"Bik Eka, nasi uduk kesukaan ku masih ada nggak?" tanya Wawan.

"Eh, Den Awan. Iya masih ada den, tinggal dua lagi. Kirain hari ini kamu nggak datang. Den, gadis cantik ini siapa?" balas Eka, lalu ia memandang Aida dengan tersenyum dan mengalihkan pernyataan pada Wawan.

"Alhamdulillah, pas banget. Ya sudah bik borong dua sekaligus, itu risol mayo sepuluh ribu dan pempek telor sepuluh ribu juga. Oh, hehehe, dia calon istriku Bik. Kemarin kami sudah lamaran, maaf kalau nggak ngundang."

"Hum ... baiklah Den Awan, ini mau dibungkus sekarang juga. Hah, calon istri kirain  dia adik mu. Wah, semoga hubungan kalian tetap harmonis, Sakinah mawadah warahmah yah. Ih, Den Awan lupain bibi mulu, jahat banget kalau nggak ngundang. Ngomong-ngomong rencana nikah kapan tuh?"

"Hahaha ... bukan bik, adikku cowok. Aamiin ya rabbal alami. Maklum bik kepepet banget, mana kedatangan ayah, kakak dan adik juga. Insyallah kita menikah akhir tahun bik, sebab hari ini sayangku mau menyelesaikan sekolah setahun lagi, entar kalau ada kabar kamu bakalan undang kok terkhusus kursi VIP, jangan lupa aja Iqbal sama paman juga bik."

"Siap den. Eh, nama calon istrimu siapa kalau boleh tahu?"

"Namanya Aida Puspita Sari."

"Wah, nama yang cantik sesuai dengan karakter nya, selamat yah non sudah mendapatkan Den Awan."

Kini Aida dan Wawan mengangguk sambil tersenyum. Kemudian Bik Eka memberikan sebungkus makanan berisi sesuai pesanan Wawan.

"Berapa Bik semua harga makanan?" tanya Wawan.

"Ambil aja den, gratis kok," balas Eka.

"Tapi kan, aku mau beli bik. Nanti, kalau Bik Eka kerugian bagaimana."

"Yah enggak pa-pa den, bibi mau sedekah juga dan khusus untuk calon istrimu."

"Haduh, ya sudah deh. Terimakasih banyak yah bik, sehat selalu dan rezekinya mengalir terus.

"Aamiin, sama-sama den."

Selepas membeli makanan dan saling mengobrol, mereka berdua bergegas menaiki Mobil Daihatsu Ayla berwarna biru sambil bergandeng tangan dan membawa kantong kresek berisi sarapan pagi.

"Ya sudah, sayang. Sebelum pergi kita makan di sini aja, kalau Dedek mau minum itu sudah mas sediakan dua botol air minum," ajak Wawan.

"Iya mas, bibi itu tadi asik juga yah, sebelas dua belas dengan Bik Dewi. Oh, baiklah mas, terimakasih sudah sediakan minuman buat dedek," balas Aida dengan tersenyum.

"Iya sayang, sama-sama. Hahaha ... semua orang itu baik kok, tapi nggak semua harus dipercayai. Yah, mas anggap Bik Eka cuman sekedar penjual dan pembeli doang sebab langganan. Meskipun kita berbuat baik pada orang lain insyallah bakalan menerima kebalikan nya, kadang ada juga orang egois untuk hanya sekedar pelajaran."

Aida mengangguk saja apa yang dikatakan oleh Wawan mungkin ada benarnya, hingga itulah ia memilih seperti orang introvert. Walaupun Aida hanya punya teman satu atau dua, untuk berkenalan banyak orang juga harus hati-hati.

Setelah saling mengobrol, mereka berdua bergegas menghabiskan nasi uduk bersama-sama, lalu sambung menyantap risol mayo dan pempek isi telur, terakhir meminum air putih.

"Gimana Dedek makanan nya, enak enggak?" tanya Wawan.

"Alhamdulillah, enak banget mas dan bikin lidah selalu bergoyang. Sepertinya besok pagi kita mampir ke sini aja lagi mas, risol mayo juga enak malah bikin nagih," balas Aida dengan bahagia.

"Syukurlah kalau Dedek suka, mas senang mendengarnya. Lah, jadi besok kita nggak jadi sarapan sereal kah? Hahaha ... ya sudah kita pergi ke sekolah sekarang juga, bentar lagi bel mau masuk nih, kan kasihan kalau Dedek telat sedangkan mas mau datang ke sekolah bisa kapan saja. Dulu mas, suka telat orang nya dan malasan, tapi saat ketemu Dedek. Mas, makin penasaran dan ingin selalu untuk bertemu dengan mu sayang."

"Yah makan sih, mas. Tapi, lanjut nya makan di sini lagi. Ya sudah ayo mas, Dedek nggak sabar pengen sekolah dan bertemu bestie-bestie aku. Ih, Mas Wawan ternyata pemalas juga mulai keluar nih sisi-sisi jahatnya. Kukira Mas Wawan itu bijaksana, loyalitas dan tepat waktu kayak pejabat-pejabat terkenal. Haduh, ada-ada saja Mas Wawan ini."

Kini Wawan tertawa terbahak-bahak sembari mencium kening Aida. Selesai saling mengobrol, mereka berdua bersiap pergi ke sekolah SMK Harapan Bangsa.

Beberapa menit kemudian, Wawan dan Aida telah sampai, lalu Wawan memberi klakson dan membuka jendela untuk menyapa Ketot.

"Assalamualaikum, selamat pagi, Pak Ketot," sapa Wawan.

"Wa'alaikum salam, selamat pagi juga Pak Kepsek, eh ada Aida juga. Tumben lagi jalan bareng sama Pak Kepsek, biasanya Aida suka pergi bareng bapak dan mamak," balas Ketot, lalu mengalihkan dialog pada Aida.

"Hahaha hari ini, Dek Aida lagi malaman di rumah saya Pak Ketot. Mungkin lusa dia pergi bareng bapak dan mamaknya. Ya sudah, saya izin masuk dulu yah Pak Ketot. Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam."

Setelah saling mengobrol Aida dan Wawan berjalan menuju parkiran guru. Selesai mendengar obrolan Wawan, membuat Ketot malah kepikiran.

"Apa, Pak Kepsek tidur bareng Aida. Kok bisa yah, bukannya mereka masih lamaran yah? Astaghfirullah! Kenapa aku harus memikirkan mereka sih, daripada aku bikin salah paham mending diam saja, maafkan aku Ya Allah," batin Ketot.

Assalamualaikum, Pak Kepsek Season 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang