[257] Guru PPKN Baru

3 1 0
                                    

Selepas sarapan pagi, aku dan Mas Wawan telah menaiki mobil Daihatsu Ayla berwarna biru bersamaan. Kebetulan Pak Iskandar selaku satpam baru saja sampai, sembari membuka gerbang.

"Pak, saya pergi dulu. Nanti siang saya orderkan nasi ayam lewat grab untuk bapak," ucap Wawan.

"Iya Pak Wawan, terimakasih banyak pak," balas Iskandar.

Wawan dan Aida pun tersenyum melihat Pak Iskandar yang selalu tersenyum. Kemudian kami berdua bergegas pergi ke sekolah. Usai keberangkatan Wawan dan Aida, Pak Iskandar cukup senang  bisa bekerja dengan pemilik yang baik hati, walau kerja pada pemilik sebelumnya tidak pernah dikasih makan dan harus mencari dengan uang sendiri, ditambah gaji yang diterima juga sedikit.

Beberapa menit kemudian, aku dan Mas Wawan telah sampai di SMK Harapan Bangsa. Kini Wawan memarkirkan mobil di sebelah kanan kantor.

"Mas, Dedek mau belajar dulu yah. Emm, mas Dedek boleh minta uang?" pinta ku.

"Iya sayang,  semangat belajarnya dan semoga dapat masuk tiga besar lagi. Lah, Dedek mau uang berapa?" tanya Wawan.

"Terserah aja sih, mas. Yang penting Dedek cepat kenyang sama kawan-kawan ku," balas ku.

"Ya sudah, nih mas kasih uang 100 ribu. Kalau kurang temui mas aja di kantor."

"Wah, makasih yah mas. Makin sayang deh. Muach! Tapi, Dedek malu mas kalau pergi ke kantor, nanti dilihat guru lain malah nggak enak." Aku yang langsung mencium pipi Wawan.

"Ya sudah, nanti chat aja kalau mau ketemuan."

Aku mengangguk sambil tersenyum. Selepas mengobrol dengan Wawan, aku bergegas pergi ke kelas 12 A untuk bertemu kedua temanku. Setelah kepergian Aida, Pak Sabar memperhatikan ku dari jauh. Selama Sabar sibuk memantau, Wawan malah memperhatikan Sabar dari belakang yang sedang melihat Aida yang sedang menghampiri Lita dan Madonna.

"Pagi, Pak Sabar. Bapak, sudah absen?" sapa Wawan.

"Pagi juga Pak Kepsek. Iya pak, aku baru selesai," balas Sabar.

"Emm, bapak lagi lihat siapa?" tanya Wawan.

"Lagi lihat pemandangan, pak." Sabar berbohong, padahal baru sejenak memperhatikan Aida.

"Oh begitu, yah sudah saya pergi ke kantor dulu, Pak Sabar."

"Iya pak, sebentar lagi saya mau masuk kelas."

Wawan mengangguk sambil tersenyum. "Meskipun kau berbohong padaku, pandangan mu pada Aida aku tetap tahu, percuma saja kau memperhatikan Aida. Kalau Aida sudah tepat ditangan ku, kau memang pria paling lambat untuk mengejar cewek," batinnya.

***
Kini aku bergegas menghampiri Lita dan Madonna yang baru saja turun dari mobil pribadinya.

"Lita, Madonna. Lihat gue punya iPhone 13," ucap ku sambil menyombongkan iPhone ketiga kalinya dan melontarkan lidah ke arah kiri.

"Buset, kok lu bisa dapat sih. Gue aja masih pakai hp android ram 3/32 anjir," balas Lita.

"Iyalah, kan Aida sudah dilamar Pak Kepsek. Jadi wajar aja dibeliin iPhone 13, sebab sering dikasih jatah," celetuk Madonna.

"Anjir lu, mana ada. Ini seserahan Mas Wawan berikan padaku, ditambah ini spesial buat ulang tahun ku. Emm, kalau soal jatah sih sudah rutin. Bukan dia yang minta, tapi aku yang sering."

"Njir, lu polos-polos pikirannya sudah kayak orang dewasa. Begini banget kalau punya bestai belum pernah pacaran, malah sangean level dalam. Tapi, gimana sih Aida rasanya tidur sekamar dengan cowok, apalagi dia tua dari kamu?" tanya Madonna.

"Yah, gue nggak tahu. Terkadang manusia punya sifat yang beda, ditambah Mas Wawan yang dermawan dan baik hati, jadi aku makin suka padanya. Yah, intinya enak aja sih kalau tidur sekamar dengan pria tua dariku. Kalau seumuran sih, bakalan sama-sama keras kepala. Mas Wawan kebanyakan mengalah dan menerima keinginan ku," balas ku.

"Wah, gue jadi iri. Rasanya pengen cari cowok yang lebih tua dariku."

"Lu pengen, mending kejar aja tuh Pak Mawardi, kan dia duda kaya. Kalau meninggal, entar bisa ambil warisannya," saran ku.

"Ogah, ketuaan. Pasti punya dia sudah kering."

"Anjing lu, mana ada kering. Makin tua tuh makin banyak tau."

"Sudah, sudah males gue dengerinnya. Mending sama cowok teman dari mamaku aja."

Selama Aida dan Madonna sibuk berbicara, Lita menjadi teman ketiga hanya diam dan mendengarkan saja.

"Ya sudah, daripada ngebacot mending kita ke kelas aja. Gue nggak sabar mau bertemu guru-guru baru, siapa tau kalian bisa kecantol," ajakku.

"Ya sudah ayo, gue sudah capek daritadi di sini," balas Madonna.

Kemudian kami bertiga bergegas pergi ke kelas. Selama masuk, kami melihat Bunga yang baru saja sampai di kelas.

"Bunga, kau sudah berapa lama ada di sini?" tanya ku.

"Aida, Lita, Madonna. Emm, aku baru sampai di sini. Emang kamu ada apa bertanya padaku? Apakah ada yang saya bisa bantu?" balas Bunga.

"Enggak pa-pa, aku cuman menyapa mu saja. Ngomong-ngomong pelajaran kita hari ini apa aja yah?" tanya ku lagi.

"Oh begitu. Hari ini kita belajar PPKN, Bahasa Indonesia, Agama."

"Oh, ok. Makasih."

"Bunga, kamu ada rekomendasi Drakor lagi nggak?" tanya Madonna.

"Enggak ada sih, aku lagi sibuk belajar. Sebab kita sudah kelas 12, jadi fokus untuk kejuruan," balas Bunga.

"Emm, begitu. Makasih yah."

Kini Lita semakin benci melihat tingkah Bunga. Aida dan Madonna juga kebingungan melihat tingkah Bunga yang semakin berbeda.

"Bunga, pada kenapa yah? Apa jangan-jangan soal gue ngancam kemarin kah?" heranku lalu bertanya pada Madonna dan Lita di belakang.

"Maybe, tapi kita jangan berpikir negatif. Takutnya malah fitnah, ya sudah daripada mikirin Bunga, mending kita selfie aja," balas Madonna.

"Ya sudah, ayo."

Cekrek!
Cekrek!

Usai Selfi bersama, tiba-tiba bel berbunyi tiga kali menandakan kelas sudah masuk. Tidak lama Bu Siska selaku guru PPKN berjalan di depan kelas bergegas masuk, lalu anak lain masuk dan duduk ke kursi masing-masing.

"Assalamualaikum, anak-anak perkenalkan. Nama Ibu Siskamawati bisa dipanggil Bu Siska. Untuk hari ini, kita akan berkenalan langsung. Silakan dari pojok sana memperkenalkan nama, alamat," sapa Bu Siska.

"Wa'alaikum salam. Baiklah Bu," balas serentak. Karena jumlah anak hanya sampai sepuluh, kini Bu Siska sambung bercerita tentang cara mengajarnya pada kakak-kakak yang telah alumni di SMK Harapan Bangsa.

Satu jam kurang sepuluh menit, tiba-tiba bel sudah berbunyi, lalu digantikan jam mata pelajaran kedua.

"Baiklah, anak-anak cukup sampai sini aja. Mulai hari Jum'at kita akan belajar Nasionalisme, jadi kalian perlu baca-baca saja, nanti kita jelaskan bersama-sama. Ok, bila ibu ada kata salah saya mohon maaf, kepada Allah saya mohon ampun. Saya akhiri Assalamualaikum wr wb,"  ucap Bu Siska.

"Wa'alaikum salam wr wb, terimakasih banyak Bu," balas kami serentak.

Assalamualaikum, Pak Kepsek Season 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang