[264] Kepsek Datang, Menjemput Ku

2 1 0
                                    

"Uh. Capek juga ngehadapi calon suami, tapi aku bahagia banget lihat dia saling pengertian," ucap ku di dalam kamar, sambil berbicara di langit-langit.

"Kayaknya, yang lebih capek Bang Wawan sih, gara-gara mikirin lu. Coba lu bukan pacarnya, mungkin sudah lama ditinggalin. Gue bingung aja, dia kan ganteng, Darmawan, royal. Terus kenapa pilihan nya cewek badgirl, suka berantem, pemalas kayak elu," tanggap Angelin.

"Bacot, lu kalau sudah jadi mayat mending diam aja. EGP, kalau dia suka kenapa elu yang sewot. Ingat cara lihat cowok pada cewek seperti gue bukan pandangan nya. Tapi dari hati dan perasaan. Ahh, aku lupa tadi siang kan dibeliin teh Abang Zoro dan Luffy, sama beli cokelat banyak dari Mas Wawan. Emm, harum banget rasa cokelatnya, waduh minumannya manis banget sepertinya sayangku pada Husbu Zoro."

"Anjing lu, mau nggak calon suami lu. Gue ganggu tidurnya. Btw, dia takut hantu kan? Hehehe ...."

"Lu, jangan macam-macam sama calon suami gue yah. Ingat, lu itu sudah dibantu sama dirinya kayak nggak ada terimakasih aja."

"Iya. Itu aja pakai hitungan. Sudah buruan tidur sono, hari dah malam, besok lu mau sekolah!" suruh Angelin.

"Iya, Bu Set makasih."

***
Besok paginya, tiba-tiba alarm pukul lima pagi berdering kencang. Aku bergegas bangun untuk melaksanakan solat subuh, lalu sambung menyiapkan pakaian batik untuk hari kamis. Selanjutnya aku berjalan menuju kamar mandi dengan melakukan kebersihan ku dalam sehari-hari.

Lima  belas menit berlalu, aku bergegas mengenakan pakaian sekolah. Kemudian aku mengambil buku Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Matematika. Selepas berias aku bergegas pergi ke bawah.

"Semangat betul tuh anak, tapi males juga gue debat dengannya," ucap Angelin.

Aku bergegas pergi ke bawah dan berjalan menuju dapur. Lalu, aku melihat bapak yang mengenakan baju polisi dan ibu memakai gaun hijau sambil memasak makanan untuk sarapan pagi.

"Hallo mamak, bapak. Pagii! Emm, mamak lagi masak apa?" sapa ku.

"Pagi juga, anakku," balas Hartono.

"Pagi Aida. Ini mamak lagi masak nasi goreng kecap manis, dengan tambahan telur goreng dan irisan ayam," balas Dinda.

"Wahh. Kayaknya enak, aku mau coba yah Mak." Aku bersemangat.

"Iya, nak. Bapak juga makan, nanti masuk angin kalau nggak makan," ajak Dinda.

"Iya, Mak."

Selepas sarapan, tiba-tiba di depan terdengar suara klakson mobil. Aida, Hartono dan Dinda keluar dari rumah bersamaan.

"Mas Wawan. Lho, kok tumben mas datang ke sini?" heranku.

Kemudian Wawan keluar dari mobil dengan mengenakan kemeja putih, dasi dan celana berwarna biru.

"Selamat pagi, sayang, mamak dan bapak. Yah, mas kan mau jemput kamu sampai ke sekolah," sapa Wawan, lalu menjawab ucapan ku.

Wawan pun datang sambil menyalimi tangan Hartono dan Dinda. "Ya sudah, dek. Ayo kita pergi ke sekolah," ajak Wawan.

"Iya mas, tunggu sebentar. Pak, Mak minta duit," pinta ku.

"Heh, kirain mau salim. Ternyata malah minta duit, bukannya kamu minta sama suami mu?" heran Hartono.

"Lah, kan kami belum sah pak, masih calon-calonan aja. Sebelum jadi suami istri, tugas bapak harus menyediakan ekonomi untuk anak," balas ku.

"Ya ampun, begini banget kalau punya anak yang sangat cerewet. Mudahan Nak Wawan, sabar menerima sifat Aida." Hartono yang langsung memberikan uang 20 ribu pada Aida.

"Nih, bapak kasih tapi jangan dihabisi. Ingat untuk dua hari!"

"Yah, bapak. Nggak cukup kalau untuk dua hari."

"Kamu, kalau mau kurang. Bapak cepat nikahi sama Nak Wawan, biar nggak minta terus."

"Ih, bapak pelit! Nggak mau, intinya Aida harus dapat ijazah SMK, baru nikah sama Mas Wawan, titik."

"Iya-yah, ya sudah buruan pergi ke sekolah. Takut kesiangan."

"Mau kepagian, atau kesiangan. Kan kepsek bareng aku, pak. Hahaha."

"Ih, lama-lama kamu bikin gemes nak."

"Sudah pak, nanti naik darahnya kambuh." Dinda yang berusaha menenangkan Hartono.

"Iya, Mak."

***
Selepas mengobrol, Aida dan Wawan bergegas pergi ke SMK Harapan Bangsa.

"Mas Wawan, tumben jemput aku. Bukannya mas langsung pergi ke sekolah?" heran ku.

"Mas, cuman kangen kamu aja sayang. Biasanya kita pergi selalu barengan," balas Wawan.

"Waduh, baru pisah satu hari. Rindunya sudah sampai berbulan-bulan. Sabar yah mas, Sabtu Dedek termalam lagi di rumah mas."

"Iya, Dedek."

Sepuluh menit berlalu, kami berdua sudah masuk dalam lingkungan SMK Harapan Bangsa, kemudian Wawan memarkirkan mobil di parkiran guru.

"Mas, pergi ke kelas yah," ucap Aida sambil salim dan mencium tangan Wawan. Wawan pun mencium balik tangan ku dan mencium kening ku.

"Iya Dedek, semangat belajarnya," balas Wawan.

Saat turun dari mobil, aku melihat Madonna dan Lita baru turun dari mobil. Di lain sisi, Lusi memperhatikan Aida yang turun dari mobil, kemudian Sabar memperhatikan Lusi dari depan kantor, lalu Wawan memperhatikan Sabar dari dalam mobil yang sedang melihat Aida.

"Duh, kenapa tuh anak bisa selamat. Surip memang sialan, padahal tinggal geprek aja kan sudah kelar!" batin Lusi.

"Apa yang Lusi perhatikan, kau tidak akan bisa menyakiti Aida. Meskipun Aida menolak ku, wanita yang baik hatinya tidak akan kubiarkan," batin Sabar.

"Haduh, Sabar. Mau sampai kapan kamu mau memandang Aida. Mending kamu move on dan cari wanita lain aja. Aida sudah 100% milikku, akhir tahun ini juga kami bakalan menikah," ucap Wawan.

***
"Lita, Madonna. Gue ada update informasi terbaru. Lu, tau nggak kemarin gue habis dari minimarket sama Mas Wawan, diserang oleh bapak-bapak preman. Lu, mau tau nggak, gue berhasil mengalahkan para preman sama Mas Wawan," sapa ku.

"Waduh, terus gimana kabar kamu dan Pak Kepsek?" tanya Madonna.

"Aku sih aman, tapi Mas Wawan mukanya memar. Alhamdulillah, Mas Wawan sudah sembuh diobati oleh aku dan mamak ku," balas ku.

"Terus, soal bapak-bapak preman berhasil diamankan oleh polisi?" tanya Lita.

"Enggak, mereka berhasil kabur. Tapi, aku khawatir juga dengan suami ku. Kalau aku kehilangan suami ku, nanti yang mau melengkapi kehidupan ku siapa? Susah cari suami spesifikasi Mas Wawan," balas ku.

"Nye nye, pamer aja terus. Ya sudah kita masuk kelas yuk. Lima menit lagi mau masuk," ajak Madonna.

"Ya sudah, ayo!" balas ku serentak dengan Lita.

Saat masuk ke dalam kelas 12 A. Tiba-tiba bel kelas berbunyi tiga kali, menandakan kelas jam pertama sudah dimulai. Kemudian semua anak satu per satu masuk ke dalam kelas.

Selanjutnya aku membuka obrolan dengan Bunga. "Bunga, hari ini kita belajar apa aja?" tanyaku.

"Kita hari ini belajar, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Matematika," balas Bunga.

"Oh, ok."

Tidak lama Bu Hepny, bergegas masuk sambil membawa buku cetak bahasa inggris menuju kelas 12 A. Kami pun duduk mantap-mantap, dengan menanti kehadiran Bu Hepny.

Assalamualaikum, Pak Kepsek Season 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang