[262] Membantu Pecahkan Masalah

5 1 0
                                    

"Mas Wawan, jangan diam saja. Roti kelapanya di makan juga. Emang mas nggak kasihan padaku!" Aku kesal melihat Wawan yang sibuk bermain gawai.

"Utututu ... iya sayang, maafkan mas yah. Soalnya mas masih penasaran dengan beberapa pria jalanan di depan minimarket tadi. Mas, penasaran sepertinya ada seseorang yang sengaja untuk menganggu hubungan kita berdua," balas Wawan.

"Ya ampun, mas. Mending tidak usah lagi dipikirkan lagi mereka, kalau memang sudah musibah tidak bisa untuk dicari. Yang penting mas dan aku tetap selamat."

"Iya dek. Baik sekarang, kita mau ngapain? Mana bapak dan mamak belum pulang?" tanya Wawan.

"Kita ke atas aja yuk mas, temani Dedek susun pakaian sembari menunggu bapak dan mamak pulang," ajakku.

"Ya sudah, mas habiskan kopi dan rotinya dulu. Pintu jangan lupa di tutup sayang," balas Wawan.

"Iya, mas."

Selepas meminum kopi dan menyantap roti kelapa. Aida dan Wawan bergegas ke lantai dua sambil membawa koper yang berisi kelengkapan kamar mandi dan beberapa pakaian nan sudah dipakai.

"Mas, duduk aja di sini. Maaf mas, kalau kamarnya kecil dan sedikit berantakan, maklum kamar bekas milih Abang ku. Dulu sebelum ada Abang, aku sering tidur sama bapak dan mamak, sekarang sudah tidur mandiri," ucap Aida.

"Oh begitu yah dek, gak pa-pa akhir tahun kita tidur berdua di kamar yang besar. Oh, iya Dedek lagi ngapain?" tanya Wawan.

"Ini Dedek mau masukkan baju kemarin ke dalam keranjang. Nanti minta tolong sama mamak cuciin, ditambah baunya sudah masam diserap keringat," balas Aida.

"Ya Allah, kenapa kemarin nggak dicuci aja di rumah. Kan ada mesin cuci Dedek, mas sediain buat fasilitas kedua. Ya sudah misal Dedek nginap di rumah mas. Bawa ke mesin cuci aja."

"Tetapi, Dedek nggak bisa nyuci mas."

"Nanti mas bantu cara nyucinya pelan-pelan. Dedek, barang-barang di rumah mas semua pakai listrik. Jadi Dedek tinggal duduk santai aja."

"Iya, mas."

Usai mengeluarkan semua baju, Aida pun melepaskan Hoodie nya. Meskipun ia membuka baju berduaan di kamar bersama Wawan.

"Uh, gerah. Kalau di rumah mas, pasti full AC. Di sini mah pakai kipas angin. Dedek lebih suka pakai baju kaos kalau di rumah, kalau di rumah mas keseringan pakai Hoodie," ucap ku.

Wawan pun mengangguk sambil tersenyum, lalu sambung bermain gawai.

"Duh, aku lupa pakai baju kaos. Sorry yah mas, mohon ngadap ke belakang sebentar. Dedek, mau ambil baju kaos dulu," pinta Aida.

"Iya sayang." Wawan pun mengandap ke belakang, namun pandangan nya masih tetap nakal, dengan curi pandang melihat tubuh dan dada Aida.

"Wah, aku kirain kecil. Ternyata lumayan besar juga," batin Wawan.

"Uh, akhirnya selesai juga." Aku duduk bersebelahan dengan Wawan.

"Mas, selagi Dedek di rumah. Mas Wawan di rumah sering ngapain?" tanyaku.

"Mas, kalau di rumah. Bikin naskah lagu, untuk membuat album baru, terus menerima endorse buat nambah-nambah uang. Untuk kebutuhan dan nabung buat kita nikah akhir tahun nanti," balas Wawan.

"Woah. Kalau Dedek di rumah, mah nggak betah. Soalnya sering di ganggu."

"Di ganggu sama siapa, Dedek?" tanya Wawan.

"Diganggu sama Ibu Setan, mas," balas ku karena keceplosan.

"Hah, Bu Setan. Dia siapa dek, mamak kah?" heran Wawan.

"Astaga, kenapa gue kasih tau. Apa gue, jujur aja kali yah. Soalnya gue sudah percaya penuh sama Mas Wawan. Siapa tau Mas Wawan bisa bantu aku," batin ku.

"Dek, kenapa diam saja? Apakah kamu baik-baik saja, jangan bikin mas khawatir?!" panik Wawan.

"Emm ... ini mas, sebenarnya Dedek kalau sifatku sedikit tidak waras. Jujur sebenarnya aku adalah indigo mas. Aku sering diteror sama Ibu Setan beberapa tahun ini. Iya datang, karena mau cincin yang mas pakai saat pertama kali kita bertemu, ditambah aku disuruh mencari mayatnya kubur di mana," balas ku.

"Hah, kamu indigo sayang. Cincin ku, kuburan nya. Aku tidak mengerti maksud kamu dek, tapi apakah aku boleh bertemu dengannya?" tanya Wawan.

"Maaf, mas. Sepertinya hanya aku saja yang bisa melihatnya. Tapi, aku bisa bantu dengan cara alternatif lain," tolak Aida.

"Bu Set, tolong sapa calon suami ku," suruh ku.

"Hadeh, males," tolak Ibu Setan.

"Sapa ngak! Gue panggil dukun nih kalau gak mau!" kesal ku.

"Iya!" Kemudian Bu Set mengerakkan boneka Aida dari kejauhan. Wawan pun juga kaget dan takut, sebab ia juga trauma dengan nenek yang ada di jalan. Wawan berusaha sembunyi di ke belakang tubuh Aida.

"Ih, badan doang besar. Tapi, Mas Wawan penakut!" kesal ku.

"Mas, takut Dedek. Mas trauma, diganggu hantu," balas Wawan.

"Lho, mas diganggu hantu juga yah.  Santai mas, mas nggak usah takut. Hantu di rumah Aida baik semua kok, meskipun agak keras kepala."

Wawan pun diam seketika dan meredakan rasa takutnya, setelah mendengarkan ucapan Aida.

"Oh begitu, maafkan aku yah Dedek."

"Emm ... Ibu Setan, sebelumnya nama asli ibu siapa? Apakah ibu punya keluarga, siapa tau aku bisa membantu?" tanya Wawan.

"Dek, apakah dia dengarkan suara mas?" tanya Wawan kepadaku.

"Sebenarnya bisa, mas. Tetapi, mas saja yang nggak bisa dengerin balasannya," balas ku.

"Oh, begitu. Dedek punya buku kosong nggak? Entar mas, ganti selusin. Kalau begini mas, bisa kesulitan untuk berkomunikasi," pinta Wawan.

"Ada mas, tunggu sebentar. Dedek mau ambil."

Usai mengambil buku, Aida pun menyodorkan pada Wawan.

"Makasih yah sayang. Bu Setan, apakah kamu bisa menulis. Mohon jawabannya tulis di kertas aja," suruh Wawan.

Angelin sedikit males ketika menghadapi Wawan, namun karena Wawan mau membantu dengan terpaksa Angelin menulis nya. Ia pun mengerakkan buku tulis dan pena ke atas lemari Aida.

"Lho, aku kira di balik boneka itu, ternyata ada di atas lemari," ucap Wawan.

"Hahaha ... iya mas, dia gerakkan boneka cuman mau nyapa mas doang," balas Aida.

"Oh begitu. Tapi, mas sedikit takut lho dek kalau tidur sekamar dengan hantu. Tetapi melihat tingkah mu yang pemberani, membuat mas sedikit malu."

"Hahaha ... aku sudah terbiasa mas. Bahkan mas ajak aku jalan-jalan, tidak tahu mana yang manusia, mana yang hantu beneran."

[Namaku Angelina. Aku tinggal bersama kakek dan nenekku. Aku nggak tau siapa nama kakek dan nenekku. Tapi, aku sangat butuh bantuan mu Wawan. Hanya kamu dan Aida yang bisa kuharapkan. Bila kamu mau memberi cincin mu dan menemukan mayat ku, maka aku akan meninggalkan Aida selamanya dari dunia ini.] Pesan Ibu Setan.

"Baiklah Angelina. Mulai sekarang aku akan membantu mu, sekarang ambillah cincin ku ini dan mayat mu akan kucari segera. Oh iya, apakah kamu tahu di mana mati mu sebelumnya?" tanya Wawan.

"Kayaknya, aku tahu mas. Ya sudah besok habis sekolah antarin Dedek ke lokasi Angelina dibunuh," balas ku.

"Emang Dedek tau yah. Baiklah, mulai besok akan pergi ke TKP."

"Iya mas, aku lihat kejadian itu. Saat aku duduk ditempat tersebut sambil menunggu Madonna dan Lita, sebelum kita bertemu di mall mas."

Selepas mengobrol, tiba-tiba kami mendengar suara klakson dari depan. Ternyata Hartono dan Dinda sudah ada di depan teras rumah, sebab baru pulang bekerja. Aida dan Wawan bergegas pergi ke bawah sambil menyambut.

Assalamualaikum, Pak Kepsek Season 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang