[221] Kebutuhan Sekolah Mewah

9 1 0
                                    

Beberapa menit kemudian kini Wawan dan Aida telah sampai di toilet perempuan.

"Mas, Dedek mau buang air kecil dulu yah. Enggak usah ikut belum halal, nanti kalau ada orang lain yang lihat makin panjang ceritanya," ucap Aida.

"Tapi, mas mau ikut sayang. Kan kita sudah dekat," balas Wawan.

"Masih lamaran?!" kesal Aida.

"Heh? Padahal kita habis main, masa Dedek nggak mau."

"Itu kan di rumah, sayang. Sekarang kita di tempat umum, lihat kondisi lah. Nanti kalau nikah baru main sepuas hati!"

Selepas saling mengobrol, Aida pun pergi meninggalkan Wawan dan masuk ke dalam toilet, sedangkan Wawan menunggu di luar sambil memainkan handphone. Saat berada di toilet Aida bergegas membuangnya dengan secara nikmat dan mengalir sangat deras, akibat kebanyakan minum.

Selanjutnya ia mengambil iPhone tiga belas dan memotret diri di depan kaca kamar toilet Mall, mumpung masih sepi sambil memamerkan iPhone miliknya.

Cekrek!

Cekrek!

Setelah itu, Aida bergegas pergi ke luar, kebetulan ia melihat Wawan yang sedang sibuk memainkan handphone. Melihat ekspresi Wawan nan serius itu, membuat nya datang mengendap-endap untuk mengagetkan Wawan.

"Ayo, Mas Wawan lagi ngapain? Selingkuh?!" sapa Aida.

"Astaghfirullah! Dedek kirain siapa? Bikin jantungan aja. Eh, enggak sayang, mas nggak selingkuhan kok ini cuman scroll Instagram doang, terus mas menemukan informasi, mulai hari Rabu kita akan masuk sekolah kembali," balas Wawan.

"Oh, begitu, yah sudah mas. Kita mau pergi ke mana nih? Dedek sudah capek banget, mau pulang mana paha kaki sudah membual?" tanya Aida.

"Kita beli peralatan sekolah mu, sayang. Utututu ... kan tadi sudah beliin minuman sama makanan, masa Dedek capek. Oalah, paha mungilnya sudah membual yah. Mau mas urut?"

"Makanan sama minuman nggak mampu mengobati rasa lelahku, mas. Hehehe ... iya mas, sudah capek jalan seharian dari Riau pulang Bandara Bandung, terus lanjut rumah mas dan jalan ke City Mall Cianjur. Mau mas, tapi nggak bisa sekarang juga. Dedek boleh minta gendong nggak mas?"

"Boleh sayang, tapi Dedek nggak malu kan kalau digendong di tempat umum, misal ada orang yang bilang kalau kita bapak dan anak, Dedek nggak bakalan marah kan. Hahaha ... masa sih? Utututu ... maafkan mas yah sayang, ya sudah buruan naik punggung ku sekarang juga," suruh Wawan sambil menunduk untuk memasang bahu pada Aida.

"Dedek nggak malu, mas. Gak pa-pa mau dibilang bapak dan anak, yang penting hubungan dan cinta kita tidak pernah mati. Ngapain Dedek mau marah, kalau suaminya baik begini, kan kasihan kalau dimarahi melulu. Iya sayang, apa pun ajakan mas, Dedek tidak pernah menolaknya. Oh, ok, makasih yah mas." Aida bergegas menghampiri bahu Wawan.

Selanjutnya mereka berdua pergi meninggalkan basemen dan menaiki tangga lift untuk menuju lantai satu dengan mencari toko bagian sekolah super mewah.

Saat berada di lantai satu, kini mereka tidak menemukan toko yang menjual alat sekolah sama sekali. Selanjutnya Aida dan Wawan berjalan menaiki tangga lift lagi untuk mencari toko kebutuhan sekolah.

Lima belas menit berlalu, Wawan menemukan toko sekolah bermerk impor dari Singapura dan Vietnam.

"Wah, tasnya lucu-lucu banget mas. Mana warna merah  jambunya banyak lagi. Mas, turunkan Dedek sekarang dong, mau meluk tas itu," pinta Aida.

"Heh, i-iya sayang," balas Wawan. Kemudian ia menurunkan Aida, next ia bergegas mengambil tas itu dan memeluknya dengan erat.

"Mas, aku mau tas ini." Saat Aida memeluk tas tersebut, ia malah tidak sengaja memegang kartu dengan harga Rp. 1.500.000 atau di dolar kan 100$.

Saking bahagianya Aida melihat tas tersebut, kini membuat Wawan sangat senang. Namun, kebahagiaan Aida malah merenung.

"Lho, Dedek kenapa pada cemberut begitu?" tanya Wawan.

"Aku nggak jadi, mas. Beli tas ini," balas Aida.

"Lah, kenapa, bukannya Dedek suka?" Wawan mengayomi Aida.

"Harganya mahal banget mas, Dedek beli tas paling mahalnya dua ratus ribu, paling murah delapan puluh sama sembilan puluh ribu," balas Aida dengan mata berkaca-kaca.

"Heh? Harga segitu masih murah sayang kalau kita pergi ke luar negeri. 100$ naik pesawat doang, belum homestay yang sampai ribuan dolar. Tapi, mas nggak keberatan kok, kebetulan penghasilan dari YouTube ratusan ribu dolar setiap bulan kalau dikalikan sudah sampai triliun. Sebenarnya mas nggak mau pamer, sebab Dedek sangat penasaran dengan terpaksa aku membocorkan nya. Meskipun mas punya banyak penghasilan, tapi tidak pernah foya-foya, uang mas ini akan menjadi untukmu 50%, 20% untuk anak-anak kita dan 30% dengan sambung hidup kita. Misal Dedek mau melahirkan anak sudah ada tanggungannya, dengan alasan itu kita bikin anak banyak-banyak biar adil rata."

"What murah? Gila, keren banget mas. Dedek merasa insecure melihat betapa kaya nya Mas Wawan. Duh, Dedek jadi malu kalau menerima 50% uang hasil YouTuber, tapi Dedek bahagia mas sebab telah memberikan uang itu padaku. Duh, r*h*m dedek nggak kuat mas kalau bikin anak banyak-banyak."

"Enggak pa-pa sayang, perlahan-lahan kamu pasti bisa kok.  Iya sayang, murah banget. Dedek nggak perlu insecure, ini cincin perjanjian sudah ada di jari kita. Ya sudah, Dedek nggak usah sungkan untuk mengambil tas tersebut."

Kini Aida mengangguk sambil tersenyum, lalu ia berusaha mengambil tas impor dari Singapura itu dengan memeluk sangat erat.

"Makasih yah, mas. Sudah beliin tas semahal ini," ucap Aida.

"Iya sayang, sama-sama dengan senang hati. Asalkan kamu bahagia pada tas tersebut dan dijaga baik-baik yah, anggap saja ini pemberian mas. Ya sudah kita beli sepatu sama buku tulis dan pena lagi," balas Wawan, dengan mengajak.

Kemudian Aida dan Wawan melanjutkan perjalanan, lalu pergi menuju bagi sepatu.

"Mas, Dedek mau beli sepatu hitam itu yang pakai tali kayaknya keren banget kalau dilihat," pinta Aida melihat sepatu impor dari Vietnam dengan branded terkenal.

"Ya sudah, ambil saja sayang. Kalau kamu suka," suruh  Wawan.

Aida mengangguk sambil tersenyum, then ia mendekat untuk mengambil sepatu, ternyata harga sepatu tersebut satu juta enam ratus ribu dengan in made Vietnam.

"Mas, sepatunya mahal banget," ucap Aida.

Kini Wawan menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Aida yang sangat takut dengan harga.

"Ya Allah, sayang. Kan sudah mas bilang, ambil aja kalau Dedek suka dan enggak usah merasa takut dengan harga," balas Wawan.

"Hehehe ... maafkan Dedek yah mas, terimakasih sudah belanjakan sepatu kesukaan ku ini." Aida yang langsung memeluk Wawan dengan erat.

"Iya sayang, sama-sama. Jadi dengerin mas, kalau Dedek suka barangnya ambil aja dan tidak usah takut dengan soal harga."

Aida tersenyum manis dan memeluk tubuh Wawan dengan erat. Setelah membeli tas dan sepatu, mereka melanjutkan membeli buku dan pena beserta kebutuhan sekolah branded impor luar negeri.

"Permisi kak, saya mau bayar kebutuhan sekolah ini, berapa yah kira-kira?" tanya Wawan.

"Lima juta lima ratus ribu rupiah, pak," balas kasir.

"Pakai ATM bisa kak?"

"Bisa, pak."

Sreet!

Sreet!

Setelah membeli kebutuhan sekolah milik Aida. Mereka berdua meninggalkan toko tersebut dan pergi menuju basemen dengan menuruni tangga lift.

Assalamualaikum, Pak Kepsek Season 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang