[252] Seblak Kuah Merah

7 1 0
                                    

Sepuluh menit berlalu Wawan telah selesai menunaikan ibadah solat Dzuhur, lalu ia berjalan keluar untuk mengambil sepatu sembari menunggu kehadiran Aida, kemudian Aida telah selesai melepaskan mukena dan berjalan keluar melihat Wawan yang berdiri sendiri, ia pun berlari dan memeluk tubuh Wawan dari belakang.

Deg!

"Mas, Dedek kangen banget lho," ucap Aida.

"Astaghfirullah! Dedek kirain siapa yang meluk mas, kalau mas dipeluk sama cewek lain, nan ada Dedek makin tambah cemburu dan mas nggak mau kehilangan burung," balas Wawan.

"Yah, kalau ada cewek lain yang peluk mas bakalan Dedek jambak rambutnya dan burung mas bakalan potong."

"Ih—serem jangan gitulah sayang. Ya sudah kita cari makan yuk, nanti kalau nggak makan perut Dedek makin sakit."

Aida pun mengangguk sambil tersenyum. Selanjutnya mereka berdua bergegas menuju mobil Daihatsu Ayla berwarna biru seraya mengandeng tangan ibaratkan seperti pasangan romantis, padahal pandangan orang lain mereka berdua seperti bapak dan anak.

Sampai di mobil Daihatsu Ayla berwarna biru, kini Wawan mulai menghidupkan mobil lalu pergi mencari tempat makan terdekat, sesuai makanan dengan keinginan Aida.

Tidak lama kini Wawan telah membawa Aida ke warung seblak seperti biasa. Then, mereka berdua turun dari mobil dan berjalan menuju warung tersebut sambil bergandeng tangan.

"Dedek mau makan apa?" tanya Wawan.

"Dedek mau cireng mix, mas. Terus sama Es Jeruk," pinta Aida.

"Oh, baiklah sayang. Kamu tunggu di sini dulu yah, mas mau pesan makanan segera mungkin," balas Wawan.

"Iya mas."

Setelah berbicara dengan Aida, Wawan pun datang menghampiri penjual.

"Kak, saya mau pesan cireng mix kuah merah dan Es jeruk dua," pinta Wawan.

"Oh, baiklah pak. Harap menunggu pesanan bapak akan tiba saat nanti," balas penjual.

Wawan pun mengangguk sambil tersenyum, lalu ia duduk kembali di samping Aida.

"Dedek, gimana sekolah mu tadi?" tanya Wawan.

"Em, sama kayak seperti biasa mas. Pengenalan dengan guru-guru baru. Mas, Dedek mau nanya soal Pak Halimi boleh?" balas Aida, lalu bertanya.

"Iya sayang, kamu mau nanya apa? Mas siap kok jadi pendengar yang baik."

"Emang benar kalau Pak Halimi keturunan orang Malaysia?"

"Em, iya benar. Emang kenapa Dedek nanya begituan? Jangan bilang kalau Dedek suka sama Pak Halimi." Wawan yang berpikiran negatif.

"Astaghfirullah! Jangan berpikir negatif dong mas, Dedek kan cuman nanya aja mana mungkin aku suka. Satu Kon**l aja sudah cukup masa mau dua. Soalnya temanku Madonna sama Bunga lagi rebutan dengan Pak Halimi, aku aja heran kenapa mereka berdua bisa jatuh suka."

"Oalah, sebenarnya Pak Halimi keturunan orang Malaysia dan ibunya orang Indonesia asli. beliau sudah lama mengajar dan punya putri cewek satu umur lima tahun. Awas aja kalau Dedek selingkuh sama cowok lain, mas adukan pada bapak dan mamak. Yah mungkin Pak Halimi orangnya baik atau punya khas yang menonjol, sama hal dengan mas suka pada Dedek."

"Em, begitu yah mas. Sebenarnya umur Pak Halimi berapa mas? Heh, Dedek nggak akan selingkuh kok hanya Mas Wawan lelaki yang baik untukku. Hum, dibanding Pak Halimi. Mas Wawan dan bapak paling ganteng menurut Aida, eh sekalian Mas Uka."

"Umur Pak Halimi 30 lebih sayang. A—bisa aja nih Dedek menggombal kan mas, jangan bikin aku salah tingkah sayang, entar n*n*n nya mas gigit lho. Em, apa iya?"

"Waduh tua juga, nggak jadi deh maunya sama Mas Wawan aja. Ih—sakit lho mas kalau digigit, tapi gantinya Dedek gigit k*nt*l nya biar adil. Iyaa masa Dedek bohong."

"Iya. Mantap tuh jangan berpaling sama cowok lain yah. Duh, punya tambah sakit kalau digigit, punya cewek sudah biasa oleh anak-anak. Hahaha, makasih yah sayang."

Kini Aida mengangguk dan tertawa terbahak-bahak. Sembari mereka berdua sibuk mengobrol, salah penjual seblak datang membawa pesanan Wawan dan Aida ke hadapan mereka berdua.

"Terimakasih yah kak, sudah antarkan makanannya," ucap Wawan.

"Iya kak, sama-sama. Selamat makan," balas pelayan cowok.

Wawan pun mengangguk, kemudian Aida dan Wawan bergegas menikmati makanan tersebut sampai habis. Sebelum memulai makan, Wawan malah menciduk makanan dan menyuapkan pada Aida.

"Yok sayang, dibuka mulutnya. Bentar lagi pesawat terbang mau masuk," ucap Wawan dengan meminta Aida untuk membuka mulut.

Sedangkan beberapa orang yang singgah makan malah kaget melihat Aida dan Wawan yang saling makan bersama.

"Bestie, tenggok bapak dan anak itu makan saling suap. Andai aja gue punya suami kayak dia, tapi dia sudah punya anak yang cukup dewasa," ucap gadis berumur 23 tahun.

"Iya bestie, tapi hubungan bapak dan anak itu terlihat lucu, ditambah bapaknya ganteng gagah dan berani, anaknya juga lucu imut dan cantik. Kalau dipikir-pikir istrinya pasti cantik juga," balas temannya.

Kini Aida diam saja mendengar perkataan mereka yang secara terang-terangan. Melihat Aida nan menunduk membuat Wawan sedikit kasihan.

Kemudian Wawan datang mengajak ngobrol sama Aida.

"Lho, kenapa Dedek diam saja buruan dimakan tuh seblak nya, kalau dingin nggak enak lagi loh sayang," ucap Wawan.

"Dedek merasa insecure mas, apalagi dengar kata-kata mereka. Aku takut mas, kalau Mas Wawan menahan beban dengan fisikku seperti ini," balas Aida.

"Lho, kenapa Dedek merasa insecure, mas malah sedih loh kalau lihat Dedek begitu, ya ampun sayang mending kamu nggak usah dengerin kata-kata mereka, omongan orang juga jangan dipendam ke dalam hati. Lagi pun buat apa dengerin mereka, melainkan kita harus bangga kalau pahala mereka diberikan pada kita. Lebih baik kita menghina pada orang tau kita, agar ditransfer buat balas budi. Mas nggak peduli tetap fisik mu sayang, mas sayang sama kamu bukan karena fisik tapi dengan hati mu yang baik. Mas terima kamu apa ada nya lho, terserah orang mau ngomong apa asalkan kita tetap hidup bahagia. Jangan mau kebahagiaan kita menderita di atas orang lain, mending kita pertahankan hubungan kita hingga akhir tua."

Mendengarkan penjelasan Wawan, membuat Aida memicu semangat lebih baik, kemurungan nya sekarang telah berubah dengan senyuman manis, lalu Aida memeluk tubuh Wawan dengan erat.

"Terimakasih yah mas, sudah terima apa adanya," ucap Aida.

"Heh, iya sayang sama-sama. Ya sudah buruan habiskan seblak nya sekarang juga," balas Wawan sambil menyuruh Aida.

Aida pun mengangguk sambil tersenyum, selanjutnya mereka sambung  menikmati makanan sampai habis. Selesai menyantap makanan, Aida dan Wawan juga sudah kekenyangan. Mereka berdua pergi meninggalkan tempat makan dan berjalan menuju kasir untuk membayar.

"Kak, berapa total makanan dan minuman yang telah kami makan?" tanya Wawan.

"46 ribu kak," balas kasir.

"Oh, ok tunggu sebentar yah kak."

Kemudian Wawan meraba saku celananya dengan mengambil dompet, lalu ia mengeluarkan uang kertas berjumlah lima puluh ribu dan serahkan pada penjual.

Selepas membayar dan menerima uang kembalian, kini mereka berdua meninggalkan warung tersebut, lalu pulang menuju rumah Wawan.

Assalamualaikum, Pak Kepsek Season 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang