[241] Mimpi Buruk (2)

1 1 0
                                    

Pada malam hari Aida di bawah ke tempat yang berbeda, ia berada di sebuah hutan nan gelap ditambah hari sedang hujan deras hingga mengenai tubuh nya.

"Aku di mana? Ke mana Mas Wawan pergi?" heran Aida.

Kemudian Aida berlari sebab tidak mau basah oleh rintikan hujan, ia terus lari sampai menemukan tempat untuk berteduh. Tak lama, ia menemukan sebuah gubuk kosong yang tidak dihuni lagi.

"Ya Allah, Mas Wawan pada ke mana sih? Kok gue ditinggal segala, mana tempatnya di hutan lagi," gerutu Aida.

Selepas itu ia mendengar sebuah teriakan lalu disambut dengan suara gesekan pisau. Saking penasaran dengar suara teriakan tersebut, Aida bergegas pergi mencari asal suara tersebut, ternyata keberadaan tersebut berada di gubuk rumah kosong, lalu ia melihat dari kaca memperhatikan seorang pria paruh baya terikat oleh tali, sedangkan seseorang misterius yang menggunakan pisau malah ingin membunuh pria paruh baya tersebut. Orang misterius menggesek leher pria tersebut, lalu menusukan pada ke tengah leher tersebut.

"Argh!" percikan darah menggumpal di mana-mana seperti sedang memotong hewan qurban.

"Astaghfirullah! Jahat orang misterius itu," kesal Aida.

Sembari memperhatikan orang misterius membunuh pria paruh baya yang telah meninggal, tiba-tiba Aida malah tidak sengaja mendorongkan sebuah lemari kayu, saking cerobohnya membuat Aida sedikit panik dan ia berusaha untuk kabur.

Seseorang yang menggunakan jubah tersebut, memperhatikan ke belakang ternyata ada orang asing yang sedang memperhatikan nya dari belakang.

"Hei, siapa kamu?!" ucap pria misterius.

Aida diam saja dan pergi dengan bergegas mungkin.

"Hei, kamu mau pergi ke mana?!" kesal pria tersebut kembali.

Melihat pria tersebut membuat Aida berlari tergesa-gesa untuk mencari tempat aman seraya mencari keberadaan Wawan, namun langkahan Aida masih dikejar oleh pria asing yang menggunakan jubah tersebut.

"Ya Allah, tolong berikan hamba kekuatan untuk kabur dari tempat ini, aku tidak mau mati segera mungkin. Aku masih ingin bahagiakan seseorang yang ku cintai," ucap Aida.

Saat Aida berlari, kini ia melihat tempat sembunyi. ia berlari di semak-semak untuk menjauhi dari pengejaran pria asing itu.

"Sialan! Ke mana perempuan asing itu, beraninya ia memperhatikan aku untuk membunuh pria paruh baya tersebut, aku harus mencari perempuan itu sampai dapat dan ku bunuh habis-habis agar ia tidak melaporkan pada pihak berwajib," kesal nya.

Mendengar kata-kata pria asing tersebut membuat Aida menelan air liurnya. Tidak lama, cacing kaki seribu berjalan dan masuk ke dalam celana Aida sebab cacing itu sedang kedinginan oleh rintikan hujan.

Gara-gara cacing tersebut, membuat Aida keluar dari persembunyiannya. Pria asing menggunakan jubah tersebut, melihat korbannya yang sibuk membenahi celana nya.

"Hahaha ... hai, perempuan asing, kamu mau pergi ke mana? Beraninya kau sembunyi dari kejaran ku, mulai saat ini kau harus mati segera mungkin."

"Astaghfirullah! Kenapa aku bisa ketahuan begini. Aku harus pergi secepat mungkin."

Aida bergegas pergi meninggalkan pria asing yang menggunakan jubah tersebut, saat ia hendak pergi utara. Aida, malah melihat jurang, terus disampingnya terdapat air terjun yang mengalir deras.

"Ya Allah, aku harus bagaimana? Apa perlu aku harus lompat? Tapi, aku nggak mau mati sekarang juga?!" panik Aida.

Melihat sebuah jurang, membuat nya dilema antara mau lompat atau tetap bertahan untuk mencari jalan keluar. Tidak lama pria asing membawa kapak besar datang menghadang Aida.

"Hahaha ... kamu mau ke mana lagi? Sudah berhentilah untuk kabur, semua tempat di sini tidak ada satu pun yang bisa menyelamatkan mu, sebab semua manusia telah aku bunuh hidup-hidup. Tinggal menunggu nyawa mu lagi," ucap pria asing terkekeh-kekeh.

"Lebih baik aku mati konyol daripada mati dibunuh tangan mu yang kotor, selamat tinggal pria asing nan goblok!" balas Aida dengan menghina. Kemudian ia melompat dan terjun bebas ke arah air dari gunung yang mengalir deras.  Sembari melompat bebas Aida berteriak sekencang mungkin hingga ia terbangun dari tidurnya.

Aida pun mendadak bangun, ternyata apa yang ia alami hal tersebut hanyalah sebuah mimpi buruk. Then, ia melihat jam dinding yang masih berpukul jam dua malam.

"Ya Allah, semoga mimpi ini tidak menjadi kenyataan. Aku enggak mau mati segera mungkin, aku masih ingin hidup bahagia dengan kekasih ku yang sudah sangat tulus menyayangi ku. Tolong berikan aku umur yang panjang lagi dan jauhkanlah dari hal-hal negatif seperti ini," batin Aida berdoa menghadap kiblat.

Selepas berdoa Aida bangkit dari tidurnya, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu, mungkin dengan melaksanakan solat tahajud, Allah mau mendengarkan doa ku. Selanjutnya ia bergegas pergi ke luar untuk mengambil mukena dan memakainya, lalu membentangkan sajadah ke arah kiblat for menunaikan ibadah solat tahajud.

Selesai melaksanakan solat tahajud, Aida berangkat keluar dari kamar anaknya dan pergi menuju kamar Wawan. Saat masuk ke dalam kamar tidur Wawan, ia malah melihat Wawan tidur telanjang setengah dada. Perut yang terdapat puluhan roti terbentuk secara sempurna.

"Haduh, Mas Wawan tidur sudah kayak anak kecil pakai buka-bukaan baju segala, padahal alat pendingin masih menyala kalau kedinginan entar masuk angin. Kayaknya malam ini sampai subuh aku mau tidur dengan Mas Wawan, biar nggak mengalami mimpi buruk lagi," ucap Aida.

Aida berjalan menuju ranjang tidur Wawan, lalu langsung tidur di samping Wawan sambil berhadapan. Kemudian Aida menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh Wawan agar tidak kedinginan.

Selanjutnya Aida mencium kening Wawan. "Muach! Selamat tidur, suamiku."

Aida pun tidur hingga memeluk tubuh Wawan dengan erat, bahkan roti-roti perut Wawan mengenai tubuh belakang nya.

"Sabar Aida, kamu harus kuat menghadapi cobaan ini. Meskipun tubuh Mas Wawan sangat aku harus bisa menahannya, agar terhindar dari mimpi buruk," batin Aida.

Dua jam seperempat tiba-tiba adzan subuh berkumandang, lalu beriringan dengan suara alarm berdering kencang hingga Wawan terbangun dari tidurnya, saat ia terbangun. Wawan malah melihat Aida yang sedang tertidur di samping nya.

"Dedek, sejak kapan ia ada di sini?" heran Wawan.

Kemudian Wawan melihat Aida tertidur dengan tersenyum manis. "Sepertinya sayang ku ini sedang bermimpi indah, sampai senyum-senyum segala, semoga mimpi mu itu adalah aku," batin Wawan.

Selanjutnya Wawan bangkit dari ranjangnya dan bergegas menuju lemari pakaian untuk mengambil baju koko dan memakainya dengan melaksanakan solat subuh. Wawan pun berangkat menuju kamar mandi. Saat Wawan hendak pergi ke kamar mandi, Aida pun terbangun dari tidurnya bahwa disamping ia tidak melihat keberadaan Wawan.

"Mas Wawan ada di mana?" heran Aida.

Tidak lama Wawan keluar dari kamar mandi dan baru saja selesai berwudhu.

"Eh, Dedek dah bangun yah. Selamat pagi  istriku," sapa Wawan.

"Iya, mas," balas Aida. Kemudian Aida bangkit dari ranjang dan bersiap untuk memeluk Wawan.

"Eh, Dedek jangan peluk dulu. Mas, baru selesai wudhu." Wawan berusaha untuk menolak Aida agar tidak memeluknya.

"Hum ... Mas Wawan jahat, padahal Dedek pengen peluk. Coba giliran Dedek mau solat, Mas Wawan malah mau peluk-peluk segala," gerutu Aida.

"Utututu ... ya sudah ayo peluk, nanti kalau sudah kita turun ke bawah melaksanakan solat subuh bersamaan."

"Yeah, terimakasih banyak yah Mas Wawan." Aida pun langsung memeluk Wawan dengan erat.

Setelah saling mengobrol, Aida bergegas meninggalkan Kamar Wawan, sedangkan Wawan masuk ke kamar mandi kembali untuk berwudhu, Aida pun masuk ke kamar mandinya dengan berwudhu segera mungkin dan datang menghampiri Wawan sambil membawa mukena dan sajadah with solat berjamaah.

Assalamualaikum, Pak Kepsek Season 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang