[228] Maaf Kamu Siapa?

6 1 0
                                    

Saat Aida hendak pergi ke luar, ia malah tidak sengaja menabrak Sabar yang baru saja selesai mengabsen, anehnya Sabar malah merasakan kehangatan dan bukan memilih marah pada Aida.

"Astaghfirullah! Maafkan saya yah, Pak Sabar. Apakah bapak baik-baik?" kaget Aida, lalu bertanya.

"Hum ... Alhamdulillah, aku baik-baik saja nak. Iya, tidak apa-apa lagi pun hal ini sudah biasa. Btw, Nak Aida lagi mau ngapain, kok bisa ada di kantor?" balas Sabar.

"Syukurlah kalau begitu, aku tadi mau menemui kepala sekolah. Soalnya kemarin saya lupa bawa barang, saya datang ke sini sebab ingin mengambil nya kembali, pak."

"Oalah, begitu yah. Selamat yah, nak. Sudah tidak terasa kalau kamu sudah kelas dua belas aja, bapak kita bakalan tinggal di kelas karena perlakuan nakal mu. Ternyata hal itu malah di luar nalar, kamu malah mendapatkan peringkat dua. Bapak benar-benar berekspektasi dengan perlakuan mu, kalau bisa dipertahankan terus dan tingkatkan juara satu. Sepertinya kelas dua belas ini, kita tidak bisa bertemu lagi."

"Iya, pak. Aamiin, ini juga ilmu berkat bapak yang mengajar saya dengan menghasilkan nilai memuaskan. Hahaha ... doa bapak jahat banget dah, nggak semua orang nakal atau pembuat onar bakalan bodoh pak, kalau berusaha pasti akan berubah. Orang cerdas juga bakalan bisa dikalahkan sama orang rajin atau licik, apalagi saya. Iya pak, saya akan memperbaiki nilai dengan sungguh-sungguh untuk mengalahkan Aidil. Em, saya izin tinggal yah pak. Mau ketemu teman-teman saya di sana. Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam, iya nak."

Saat Sabar mengobrol dengan Aida, membuat hatinya yang membeku bertransformasi menjadi panas. Apalagi sedang bertabrakan membuat denyut jantung nya berdebar-debar, 'andai saja engkau mau menerima ku, dengan senang hati aku menjadikan mu sebagai seorang ratu."

Selepas berbicara dengan Sabar, Aida bergegas menuju parkiran untuk menemui Lita dan Madonna. Kebetulan mereka berdua baru sampai di parkiran dan hendak berjalan untuk mencari Aida.

"Bestie, I'm miss we." Aida datang menghampiri Lita dan Madonna sembari melebarkan tangan untuk memeluk mereka berdua. Saking rindunya, Lita dan Madonna malah kaget melihat keadaan Aida yang berbeda dan memamerkan iPhone tiga belas, cincin dan kalung nan berkilau.

Deg!

"Bestie, gue kangen banget sama kalian. Kapan kita jalan-jalan lagi nih. Sudah siap makan bakso milik Bang Sat, semoga kita bertiga satu kelas seperti kelas kemarin," ucap Aida.

"A—lu siapa yah? Tiba-tiba meluk aja," heran Madonna.

"Iya nih anak, kagak jelas juga. Mana ketiak bau melati lagi," tambah Lita.

Aida pun kaget, melihat mereka berdua tidak mengenali dirinya. Aida melepaskan pelukan dan memberitahu kalau ia adalah dirinya.

"Heh, kok kalian nggak kenal gue. Gue ini  Aida Puspita Sari anaknya polisi."

"Ah, masa sih kok lu beda banget sama Aida yang dulu. Waktu kelas sebelas lu kurusan dan pendek, sekarang buntel dan pendek. Masa cepat banget berubah, apa jangan-jangan ini efek habis lamaran yah. Jujur aja lu ng****d sama Pak Kepsek yah," balas Madonna.

"Iya tuh, baru habis lamaran sudah Ng****d aja sama calon suami mu. Keknya kita bentar lagi dapat ponakan baru," tambah Lita.

"Astaghfirullah! Kalian berdua sudah menyimpang sila kedua. Gue sakit hati dibilang pendek dan buntel, mentang-mentang kalian sudah pada tinggi aja. Ya Allah, jangan fitnah gue nggak ng****d sama Mas Wawan, gila aja pikiran kalian berdua. Gue buntel kek gini sebab keseringan banyak makan. Kagak ada woy gue hamil, gue masih melanjutkan pendidikan dulu. Kalau dah lulus sekolah baru nikah dan bikin anak."

"Cup ... cup ... maafkan gue yah bestie. Gue nggak tau kalau itu adalah elu. Oalah, tapi lu pernah kan pegang-pegang anu Pak Kepsek, nggak usah munafik lu," balas Madonna.

"Hum ... kalau soal itu sih, sudah sering gue lakuin apalagi bercumbu setiap saat mulai dari level satu sampai level lima sambil buka-bukaan. Ah, rasanya mantap."

"Cih, jijik banget dah. Tapi, gue pengen di cip*k juga sama pacar gue. Anjir, gue jadi iri." Madonna yang ingin merasakan.

"Cih, kalian berdua jorok banget dah. Mentang-mentang pacar gue virtual sudah pikiran cip*kan aja, entar hamil nangis semua," balas Lita.

"Cip*kan nggak bakalan hamil, kecuali bercocok tanam itu baru menghasilkan. Selain itu ciuman mempunya manfaat yang lebih, mempunyai percaya diri dengan pasangan, dapat menurunkan berat badan dan manfaat lainnya. Makanya kalau cari pacar yang nyata jangan virtual, belum tentu virtual setia sama elu, mungkin aja dia punya pacar simpanan." Aida menasehati Lita.

"Anjing lah, gue malah geli kalau ciuman segala kek gitu terlihat alay, sudah kayak sinetron negeri Konoha aja. Sebenarnya gue mau putus sama dia, tapi gue sudah terlalu cinta sama dia, andai saja dunia menemukan pasangan virtual gue. Kalau ketemu nggak bakalan gue lepasin dia sama cewek lain, terus gue minta cepat dihalalkan biar nggak dikata-katain sama kalian berdua."

"Aamiin, semoga jodoh lu dipertemukan. Mending lu sholat tahajud sepertiga malam, siapa tau dipertemukan pacar virtual."

"Tapi, gue masih datang bulan. Kalau gue solat sama aja haram kalau dilaksanakan."

"Hadeh, males gue jelasin lu. Kalau mau jodoh sesuai dengan cerminan sendiri, misal kek gue solat lima waktu malah dapat Kepsek, padahal gue nggak ada rasa cinta sama dia, tapi entah kenapa gue bisa bersatu dengan nya. Awalnya gue pacaran sebab terpaksa, tetapi nyatanya pacaran sama beda umur kayak enak aja gitu. Apalagi, cium bibirnya yang hot itu, bikin gue candu."

"Yah, itu mah tergantung keberuntungan sih. Mungkin aja Allah sayang sama elu hingga dipertemukan kepsek. Anjir, beda umur gitu biasanya punya damage yang luar biasa. Dahlah, males gue ngomongin ciuman melulu bibir gue langsung pahit mendengarnya."

Selama mereka berdua sibuk berdebat, kini Aida memperhatikan perbedaan Aida.

"Aida, itu cincin dari mana, cerah banget dah. Mana tas lu berkilauan lagi. Gue nggak pernah liat di toko-toko brand terkenal gitu, ditambah sepatu lu kayak orang luar negeri?" tanya Madonna.

"Ini kedua cincin dibelikan sama Mas Wawan dan cincin lamaran juga dibeli dengan harga jutaan lebih. Saking mahalnya, tangan gue makin susah gerakan nya, tapi lama-lama gue sudah terbiasa makainya. Kalau soal tas ini impor dari Singapura dengan harga 100$ kalau dirupiahkan 1,500,000, kalau sepatu ini impor dari Vietnam harganya sama kayak tas, nah kalau kalung ini baru dikasih pagi tadi sama Mas Wawan. Lucu nggak, katanya nih barang dari impor juga."

"Anjir, lu kok bisa mendadak kaya setelah lamaran sama Pak Kepsek, andai aja dia milik gue. OMG auto kaya tujuh turunan gue."

"Yah, gue nggak tau kalau bisa mendadak kaya seperti ini, gue kira Mas Wawan adalah kepala sekolah biasa, tapi gue bangga. Mudahan pacar lu juga kek gitu, dikasih barang-barang berharga."

"Aamiin."

"Cih, nih abg-abg sudah mau pamer aja. Jijik gue dengarnya," batin Lita.

Selepas saling mengobrol, tiba-tiba bel sekolah berbunyi empat kali menandakan waktu untuk berkumpul lapangan, tanpa berlama-lama mereka bertiga bergegas pergi menuju lapangan sekolah SMK Harapan Bangsa.

Assalamualaikum, Pak Kepsek Season 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang