[240] Menemani Aida

1 1 0
                                    

Tidak lama mereka berdua telah sampai di depan rumah Wawan, dengan seperti biasa Wawan selalu turun dari mobil untuk membuka gerbang rumah, setelah terbukanya gerbang Wawan masuk kembali sedangkan Aida hanya diam saja  sambil menghela napas yang panjang.

"Harus sampai kapan, Mas Wawan begini terus. Kan kasihan setiap mau masuk ke rumah bolak-balik ke pagar. Ngomong-ngomong Mas Wawan sudah buka belum lapak kerja untuk merekrut satpam baru?" tanya Aida.

"Sudah sayang, ini lagi nunggu yah kerja belum menerima email sama sekali," balas Wawan.

"Sudah benar belum persyaratan nya, kalau masih ada yang salah berarti Mas Wawan nggak dengerin Dedek."

"Iya sayang sudah benar banget kok, mas nggak pernah bohong. Apa pun keinginan kamu, aku selalu menuruti nya."

Kini Aida mengangguk saja dan memegang lengan tangan Wawan. "Makasih yah sayang, sudah dengerin keinginan ku, maafkan aku sebab terlalu cerewet dan egois, lagi pun aku melakukan hal ini hanya untuk mu."

"Iya sayang sama-sama, sifatmu sama seperti almarhum ibuku. Kan wanita sudah dinobatkan untuk menjadi cerewet. Em, sebenarnya sih mas sudah sering disuruh-suruh begini sama wanita lain, tapi tak pernah mengatakan kata egois sama sekali. Utututu ... makasih yah sayang, telah menjadi teman baikku. Muach!" balas Wawan sembari mencium kening Aida.

Melihat Wawan yang mencium keningnya, Aida malah tak berhenti senyum sama sekali dengan betapa romantisnya Wawan. Setelah lama berbincang, Wawan pun menghidupkan mobil kembali dan memasukkan ke depan rumah.

Saat masuk ke dalam rumah, Wawan turun dari mobil dan berjalan ke arah pagar untuk menutup dan mengunci, agar rumahnya tetap terjaga dari orang-orang jahat.

"Fyuh, capek juga yah. Semoga aja besok pagi ada satpam yang pengen kerja di sini, benar banget apa dikatakan oleh Dik Aida," ucap Wawan berbicara sendiri datang menghampiri Aida.

Kemudian Wawan melihat Aida yang sibuk memainkan handphone nya, dengan men scroll Instagram miliknya.

"Hallo sayang, lagi ngapain?" sapa Wawan.

"Eh, Mas Wawan ini dedek lagi lihat postingan di Ig. Melihat komen-komen postingan Ig Mas Wawan lucu-lucu, tapi nggak semua lucu ada juga yang rasis. Ngomong-ngomong Mas Wawan sudah follow Ig Dedek belum nih?" balas Aida, lalu bertanya.

"Hah, iya kah? Soalnya mas nggak pernah lihat notifikasi Instagram sayang. Mas, bukan Instagram hanya ingin mencari informasi atau job penting seperti endorse. Mending Dedek nggak usah pedulikan komentar negatif atau rasis begitu, yah ada malah menghabiskan waktu, netizen zaman sekarang pada hebat-hebat dan menyakitkan. Em, belum sayang. Nama Ig Dedek siapa?"

"Nama Instagram ku, Aida Imoet mas di bio Instagram ku ada nama Mas Wawan my husband, tinggal Mas Wawan lagi masukan nama Dedek."

"Oalah Aida Imoet yah. Utututu, nanti mas tambahin bio nya my wife baby Aida. Dah, ini Ig Dedek sudah mas follback dan  sudah bikin bio nya. Kita masuk yuk, sayang sudah larut banget nih," ajak Wawan.

"Wah, makasih yah mas makin sayang deh. Em, baiklah mas."

Selepas saling mengobrol mereka berdua bergegas masuk ke dalam rumah sambil bergandeng tangan, lalu berjalan menuju lantai empat.

Sampai di lantai empat, Aida malah manja untuk meminta Wawan tidur menemaninya.

"Mas, temani Dedek tidur yah. Tapi, kalau Dedek dah tidur mas kembali lagi yah ke kamar," pinta Aida.

"Em, baiklah sayang. Tapi, kita nggak akan kan melakukan hubungan hangat lagi, sudah malam nih sayang. Kalau mas mandi malam, nanti malah masuk angin," balas Wawan sebab takut.

"Ih, nggak lah mas. Dedek cuman butuh pelukan saja, sampai aku mengantuk. Aku nggak mau sendirian tanpa Mas Wawan."

"Utututu ... iya sayang iya, kalau itu adalah keinginan mu, aku siap kok meladeni nya."

"Mas Wawan, jangan sang**n yah. Entar pukul burungnya kalau macam-macam."

"Iya sayang, santai aja. Kau tidak usah takut."

Aida mengangguk sambil tersenyum, kemudian mereka berdua masuk ke dalam kamar anak. Sebelum tidur, Aida dengan terpaksa melepaskan jilbab, lalu tidur menghempaskan di ranjang, Wawan pun juga ikut menyusul dan tidur di belakang Aida sembari menemaninya.

"Mas, misal kita sudah punya anak. Mas, akan sayang sama aku atau anak saja?" tanya Aida.

"Em, mas pasti sayang kamu dan anak kita juga sayang. Netral kok, terus kenapa Dedek nanya begituan," balas Wawan.

"Dedek, takut aja mas. Takut dipojokkan. Sebenarnya aku ini mudah cemburu apalagi ketika ada Mas Uk, bapak sama mamak mempunyai sayang lebih pada Mas Uk dibanding aku sendiri. Tetapi, aku sadar kalau Mas Uk jarang pulang dan sering merantau hingga mamak dan bapak punya kasih sayang lebih kepadanya."

"Em, kayaknya Dedek sama sifatnya dengan sih bungsu. Kamu tahu kan Ihsan, sebenarnya mas merasa kasihan pada nya. Rasa kasih sayang yang ia terima sangatlah sedikit hingga dirinya menjadi dingin dan cuek terhadap semua orang baik keluarga atau orang luar juga. Padahal apa yang ia rasakan salah tetaplah salah, melainkan kami sekeluarga sudah sangat sayang padanya, bahkan setiap Minggu selalu dikasih uang. Mas, sudah sangat bingung bagaimana cara Ihsan agar tetap percaya dan mengubah yang dingin menjadi ceria seperti dulu."

"Hah ... em, pantas saja Ihsan suka marah-marah kepadaku mas. Sepertinya Ihsan harus diberi dukungan penuh buat dirinya. Ngomong-ngomong Ihsan sudah punya pacar belum mas, siap tau pacarnya bisa mengubah Ihsan tetap percaya pada orang lain."

"Emang Dedek sejak kapan dimarahi sama Ihsan, terus kenapa Dedek nggak kasih tau sama mas. Kurang ajar banget dah marah-marahi kakak iparnya sendiri. Hum ... kalau soal itu mas belum tahu sayang, sebab Ihsan ini orangnya sangat tertutup dan terlihat misteri. Berharap aja dia punya pacar yang full support kepadanya."

"Sudah lama mas, tapi nggak perlu dimarahi. Kasian Ihsan nya kalau dimarahi melulu. Dedek juga nggak mau melihat dirinya sangat menderita, sebab melihat orang yang tiba-tiba marah itu bukan karena terpaksa tapi dia punya tekanan. Apa yang dirasakan oleh Ihsan sama hal dengan diriku semenjak kenal Mas Wawan. Mudahan aja Ihsan dipertemukan cewek full support. Tapi, menurutku Adik Ipar ganteng juga kayak mas, jadi mana mungkin dia tidak punya pacar."

"Selain lucu, setia dan suka makan. Ternyata Dedek punya hati yang sangat baik, kalau Ihsan mau mukul atau apa pun Dedek jangan diam saja, harus cepat adu sama mas yah. Maybe yah sayang, mas jadi bingung antara mau marah menangis. Aamiin, jangan berniat mau selingkuh sama mas yah, awas aja kalau kepergok."

"Heh, kenapa Mas Wawan jadi posesif begini. Kan dedek sudah punya mas, masa harus suka sama adik ipar juga. Dedek satu k****l aja sudah cukup, masa mau dua."

"Dah, malam sayang nggak usah ngomong kotor melulu, nanti anak kita malah lebih toxic lagi. Iya-yah mas ngerti kok. Sudah buruan tidur," suruh Wawan sembari memeluk tubuh Aida dengan erat.

Sepuluh menit berlalu, kini Aida sudah tertidur nyenyak. Selanjutnya Wawan bangkit dari ranjang sembari mencium kening Aida, lalu lanjut menutupi selimut.

"Selamat malam yah sayang, semoga kamu mimpi indah."

Selepas memeluk Aida tidur, Wawan pun pergi meninggalkan kamar anak dan berangkat menuju kamar tidurnya untuk segera tidur hingga menanti besok pagi.

Assalamualaikum, Pak Kepsek Season 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang