🍃Adeline_5

98.7K 6.7K 282
                                    

Happy Reading!

Adeline melajukan mobilnya menuju rumah Rossa. Wanita itu tadi menangis histeris dan mengatakan bahwa pihak bank juga akan menyita rumah mereka. Jujur saja, Adeline belum bisa percaya jika tidak melihatnya secara langsung. Mungkin saja ini adalah trik baru Rossa untuk menjebaknya dalam pernikahan. Lagipula untuk apa Dave melakukan hal seperti itu pada Rossa dan keluarganya.

"Wanita licik itu pasti merencanakan sesuatu lagi." gumam Adeline lalu menghentikan mobilnya agak jauh dari rumah Rossa.

Adeline menatap rumah dua lantai itu dan alangkah terkejutnya ia saat melihat Rossa yang terus saja melawan saat akan diusir.

"Jadi Rossa tidak berbohong." gumam Adeline. Bukan hanya Rossa tapi kedua orang tuanya juga terlibat adu mulut dengan beberapa pria bertubuh besar.

Semua barang-barang di rumah itu bahkan sudah dikeluarkan dan dibiarkan tergeletak di jalan.

"hah" Adeline menghela napas lalu kembali melajukan mobilnya. Selama Dave tidak menganggu keluarganya maka ia tidak akan peduli. Lagipula sangat bagus melihat Dave yang dulu memuja Rossa kini malah membuatnya menderita.

Adeline memasuki rumah dengan wajah penuh kebahagiaan. Ia langsung menenteng plastik berisi mangga mudanya menuju dapur.

"Mama belum pulang ya, bik?" tanya Adeline pada juru masak di rumahnya.

"Tadi sudah pulang, non. Tapi pergi lagi."

Adeline mengangguk lalu segera mengambil piring dan pisau dan meletakkannya di atas meja.

"Bibi bisa bikin bumbu rujak gula merah?" tanya Adeline sembari mencuci mangga mudanya.

"Bisa non. Mau bibi bikinin?"

Adeline tersenyum manis. "Tolong ya bik."

"Iya non. Non tunggu saja di teras belakang. Di sana tempatnya adem, cocok buat ngerujak."

Adeline terdiam lalu mengangguk dan bersiap menuju teras belakang. "Kalau ada buah lain, bawa ke belakang ya bik. Kita ngerujak bareng. Ajak juga ART lain." ucap Adeline lalu melangkah pergi.

Saat sedang menikmati rujak di teras belakang, tiba-tiba saja pak Mamad, satpam di rumah Adeline datang.

"Ada apa pak, mau ikut ngerujak?" tawar Adeline.

"Waduh mau, non. Tapi itu di luar ada sahabat non nyariin." beritahu pak Mamad.

Adeline mengernyit lalu mengangguk kemudian segera berdiri. "Kalian lanjutkan saja, habisin." pesan Adeline lalu segera melangkah menuju ruang tamu. Jika tidak salah maka yang datang pasti Rossa.

"Adeline hiks" belum Adeline duduk namun Rossa sudah lebih dulu menangis dan memeluknya.

"Tenangkan dirimu dulu baru ceritakan pelan-pelan." ucap Adeline seolah bersimpati namun nyatanya ia justru bersyukur atas apa yang Rossa alami.

"A..aku tidak tahu apa kesalahanku hiks tapi Dave tiba-tiba saja melakukan itu pada keluargaku hiks." adu Rossa membuat Adeline mengernyit.

"Kau yakin tidak melakukan kesalahan apapun?" tanya Adeline membuat Rossa segera menggeleng.

"Tidak hiks kau tahukan aku adalah anak yang baik hiks. Kesalahan apa yang bisa aku lakukan hiks.."

Adeline menghela napas lalu seolah menyadari sesuatu. "Mungkin Dave sudah tahu kalau kau yang mencampuri minumannya."

Tangis Rossa mendadak berhenti. Tubuhnya langsung menegang bahkan sedikit bergetar. "I..itu tidak mungkin."

"Kenapa tidak? Bukannya Dave adalah pemilik hotel tempat pesta kelulusan dilakukan. Aku rasa dia sudah mengecek cctv." ucap Adeline membuat tubuh Rossa semakin bergetar.

ADELINE : Live Again To Change The FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang