🍃Adeline_31

50.3K 3K 78
                                    

Happy Reading!

Adeline menatap bangunan tua di samping rumahnya. Rumah tua itu sepertinya mau diperbaiki karena ada banyak tukang yang bekerja.

"Sayang, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Rahma pada putrinya.

Adeline berbalik lalu menggeleng. "Apa mama tahu pemilik bangunan tua di samping rumah ini?"

"Mama tidak tahu, sayang. Dulu orang yang menjual rumah ini bilang bangunan tua itu sudah lama kosong." ucap mama Rahma lalu mengintip ke luar.

"Bangunan tua itu sepertinya mau diperbaiki." ucap Adeline.

Mama Rahma mengangguk. "Mungkin dijual dengan harga murah lalu diperbaiki."

Adeline diam. Kenapa perasaannya jadi tidak nyaman. Kenapa bangunan tua itu tiba-tiba saja diperbaiki setelah ia dan orang tuanya tinggal di sini. Ternyata kembali ke Indonesia tidak membuatnya tenang.

Mama Rahma segera menenangkan putrinya. "Jangan mengkhawatirkan sesuatu yang tidak penting."

"Tapi apa mama tidak merasa curiga?"tanya Adeline.

"Curiga kenapa?"

Adeline menggigit bibir bawahnya. "Mungkin saja Dave yang__"

"Tidak mungkin. Jika pria itu tahu kita di sini, dia pasti sudah menjemputmu secara paksa. Untuk apa memperbaiki bangunan tua?" ucap mama Rahma membuat Adeline mulai merasa tenang.

"Mama benar juga." ucap Adeline akhirnya.

Mama Rahma tersenyum lalu mengajak putrinya sarapan.

"Selamat pagi, papa."sapa Adeline pada sang papa yang baru selesai bicara di telpon.

"Papa bicara dengan siapa?"tanya mama Rahma.

Yunus meminum kopinya. "Papa baru saja mendapat kabar bahwa orang tua Rossa masuk penjara."

Mama Rahma dan Adeline sontak saja langsung terkejut.

"Masuk penjara? Papa yakin? Tapi karena apa?" tanya Adeline cepat.

"Mereka dilaporkan atas kasus penipuan."ucap papa Yunus membuat Adeline diam.

"Lalu sekarang Rossa di mana, pah? Apa anak itu tidak ikut di penjara?" tanya mama Rahma.

Papa Yunus menghela napas lalu memperlihatkan ponselnya. Adeline yang merasa ada info penting di ponsel itu segera mengambilnya.

"Hah?" Adeline melotot kaget setelah membaca berita di ponsel papanya.

"Ada apa?"tanya mama Rahma penasaran.

"Rossa meninggal. Tabrak lari dan sampai sekarang polisi tidak berhasil menemukan sipenabrak." ucap papa Yunus membuat mama Rahma menutup mulutnya kaget.

"Benarkah? Ya ampun. Begitulah akhir untuk wanita jahat seperti Rossa." ucap mama Rahma. Ia sempat ingin merasa kasihan namun tidak jadi mengingat semua kejahatan yang Rossa lakukan pada putrinya.

Sedang Adeline hanya diam. Ia masih kaget. Tabrak lari? dan penabrak tidak ditemukan. Bukankah orang yang menabrak haruslah yang punya kekuasaan.

'Penangkapan dan tabrak lari terjadi di hari yang sama. Apa semua ini hanya kebetulan?' Batin Adeline lalu menggeser ponsel papanya. Mungkin saja ada berita yang lebih lengkap, namun_

Deg

'Putri dari keluarga Cakrayasa kabur bersama seorang pria ke Amerika'

"Nayla."Gumam Adeline tanpa sadar.

"Ada apa, sayang?" tanya mama Rahma.

Adeline menggeleng lalu mulai membaca berita itu. 'Nayla sempat hilang selama beberapa hari sebelum dinyatakan kabur bersama kekasihnya ke Amerika. Keluarga Cakrayasa sudah meminta polisi dan orang kepercayaan mereka untuk menemukan Nayla dan kekasihnya namun hingga kini keduanya tidak berhasil ditemukan.'

"Ada apa, nak? Apa terjadi sesuatu?" tanya mama Rahma lagi. Ia penasaran karena wajah putrinya mendadak berubah tegang.

Adeline menggeleng lalu mengembalikan ponsel papanya. "Mah, pah."panggil Adeline membuat Yunus dan Rahma menatap putri mereka.

"Ada apa, sayang. Katakan saja!" ucap mama Rahma.

Adeline mengangguk. "Kalian harus kembali ke rumah kita dan bekerja di perusahaan seperti biasa." ucap Adeline membuat papa Yunus dan mama Rahma saling pandang.

"Tapi kenapa? Papa sudah meminta orang untuk membantu menangani perusahaan kita." ucap papa Yunus.

"Iya, sayang. Apa ada sesuatu yang menganggumu? Katakan saja!" ucap mama Rahma.

Adeline menggeleng lalu tersenyum. "Kalian harus kembali bekerja seperti biasa agar Dave tidak curiga. Bukankah kita sedang bersandiwara. Aku bahkan memalsukan tes DNA agar Dave percaya bahwa kalian bukan orang tuaku. Jika Dave tahu aku bersama kalian, dia pasti akan menghancurkan perusahaan kita. Dan yang lebih buruk lagi, Dave bisa saja berusaha menyakiti kalian. Aku tidak ingin itu terjadi."Ucap Adeline membuat papa Yunus diam sedang mama Rahma langsung bereaksi.

"Begini saja, papa akan kembali bekerja dan mama akan menemanimu di sini."ucap mama Rahma.

"Iya. Begitu lebih baik."Ucap papa Yunus.

Adeline menggeleng. "Kalian berdua harus kembali. Aku akan baik-baik saja di sini." ucap Adeline tegas.

"Tidak. Bagaimana mungkin papa dan mama meninggalkanmu sendirian di sini. Apalagi dalam keadaan hamil. Itu sangat berbahaya." tolak mama Rahma.

Adeline menggeleng. "Mah, aku memalsukan tes DNA kita agar saat aku pergi, Dave tidak akan berpikir bahwa aku bersama kalian. Jika mama dan papa tiba-tiba menghilang bukankah Dave akan curiga, dia pasti berpikir bahwa kalian yang membawaku pergi." ucap Adeline membuat kedua orang tuanya diam.

Adeline menyentuh lengan mamanya. "Mah, Dave itu gila. Dia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginannya. Kalian harus kembali agar Dave tidak curiga. Setidaknya jika Dave menemukan diriku, dia tidak akan menyakiti kalian." ucap Adeline lagi.

Mama Rahma menghela napas lalu menatap suaminya.

"Jangan ragu lagi, mah. Kalian bisa mengirim orang untuk mengantar bahan makanan karena aku tidak akan keluar dari rumah ini."ucap Adeline membuat papa Yunus mengangguk.

"Baiklah. Tapi ini kami lakukan agar pria itu tidak curiga. Papa dan mama akan berusaha sekeras mungkin agar pria bajingan itu tidak bisa menemukanmu." ucap papa Yunus membuat Adeline mengangguk lega. Ia senang orang tuanya mengerti.

Setelah kepergian orang tuanya. Adeline kembali menatap bangunan tua yang kini dikelilingi oleh puluhan tukang yang bekerja.

"Aku sudah melepas alat pelacak dan penyadap yang Dave pasang tapi tetap saja aku tidak bisa pergi." gumam Adeline lalu melangkah duduk di sofa.

Adeline mengusap perutnya yang membuncit. "Sepertinya sebentar lagi kita akan bertemu papa, sayang."ucap Adeline lalu menutup matanya. Dilihat dari banyaknya tukang yang bekerja, bangunan tua itu pasti akan menjadi rumah yang bagus dalam beberapa hari saja.

Sebenarnya Adeline sudah merasa curiga. Dave tidak mungkin semudah itu ditipu. Apalagi saat ia kabur, entah kenapa segalanya terasa mudah. Namun segala perasaan curiga itu Adeline tepis mengingat mana mungkin Dave membiarkannya pergi begitu saja. Jangankan untuk pergi bahkan hanya niat saja, Dave pasti sudah menggagalkannya.

Tapi setelah melihat bangunan tua yang diperbaiki, Adeline yakin jika ada alasan kenapa Dave membiarkannya pergi. Dan alasan itulah yang Adeline ingin ketahui.

Bukan hanya itu saja. Dave juga berbohong tentang mengembalikan aset keluarga Rossa. Harusnya Adeline sudah paham tabiat Dave yang jahat. Mana mungkin pria itu bisa berbuat baik.

"Ck! Aku juga salah paham tentang Nayla." gumam Adeline. Ia pikir Dave bermurah hati pada sepupunya, ternyata tidak.

Entahlah, sekarang Adeline tidak akan melakukan apapun. Ia hanya akan menunggu takdir yang sudah digariskan Tuhan untuk dirinya.

Bersambung

ADELINE : Live Again To Change The FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang