Happy Reading!
Adeline mengernyit menatap buket bunga mawar di depan pintu. Bukan hanya bunga, namun juga ada buah serta dua kaleng susu ibu hamil.
"Apa mama yang mengirim ini semua?" gumam Adeline merasa bingung. Lagipula kenapa tidak mengirim barang sekaligus, kenapa harus sedikit demi sedikit dan setiap hari. Semalam ada banyak pakaian ibu hamil dan boneka. Kemarin ada bahan makanan dan produk kecantikan.
Adeline menghela napas lalu membawa bunga, buah dan susu ke dalam rumah. Mungkin ia harus menelpon dan melarang orang tuanya untuk mengirim barang setiap hari.
🎵Drtttttt_drttttt
"Mama."Gumam Adeline lalu segera mengambil ponselnya di atas meja dan menjawab panggilan itu.
"Hallo sayang, bagaimana keadaanmu?"
"Aku baik-baik saja, mah. Kalian tidak perlu khawatir."
"Bagaimana mungkin mama tidak khawatir, sayang. Kamu sedang mengandung dan sendirian. Rasanya mama cemas setiap saat."
Adeline tersenyum tipis. "Semuanya akan baik-baik saja, mah"
"Mama harap juga begitu. Oh ya sayang, segala keperluan kamu saat di sana baru saja mama kirim. Mungkin nanti sore baru tiba."
Adeline diam lalu melangkah menuju jendela dan menatap ke arah bangunan yang hampir selesai diperbaiki.
"Aku mengerti, mah."Jawab Adeline.
"Baiklah, sayang. Hubungi kami jika terjadi sesuatu atau ada yang kamu butuhkan."
"Iya mah. Jaga diri kalian di sana."pesan Adeline.
"Pasti sayang. Kamu juga. Jaga diri dan kesehatan. Mama akan menghubungimu lagi nanti."
Tutt
Adeline meletakkan ponselnya lalu menatap baik-baik bangunan di sampingnya. Jika bukan orang tuanya yang mengirim barang tiga hari ini, lalu siapa?
Dave?
Pria bajingan itu mengirim bunga dan boneka?
'Tidak mungkin.' batin Adeline. Apa mungkin Dave kembali ke Indonesia dan mengejarnya.
Tok tok
Adeline terperanjat setelah mendengar suara ketukan pintu.
Tok tok
Adeline segera beranjak dan mengintip ke luar. Di daerah sini hanya ada beberapa rumah dan itupun jaraknya jauh. Yang dekat hanya bangunan tua yang diperbaiki.
"Sepertinya tidak ada orang di rumah."
Adeline menajamkan pendengarannya. Itu suara wanita paruh baya. Mungkin tetangga, batin Adeline lalu membuka pintu.
Ctar ceklek
"Aa_ternyata ada orangnya."
Adeline tersenyum canggung sebagai balasan.
"Saya Bu Ira, penghuni baru daerah sini. Saya tinggal di sebelah." ucap bu Ira sembari menunjuk bangunan samping yang masih diperbaiki.
Adeline diam. "Itu rumah ibu?"Tanya Adeline. Jadi bukan Dave?
Bu Ira mengangguk lalu memberikan bingkisan. "Ini hadiah untuk tetangga baru."
Adeline segera menerima bingkisan itu. "Terima kasih."Ucap Adeline.
"Sama-sama. Ibu permisi ya, mau lanjut bagi bingkisan ke tetangga lain."
Adeline mengangguk ramah lalu kembali masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELINE : Live Again To Change The Future
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Di kehidupan pertamanya, Adeline sangat bodoh dan begitu mempercayai sahabatnya, Rossa. Saat Rossa mendorongnya untuk terus mengejar cinta Dave Cakrayasa, Adeline pun menurut tanpa tahu bahwa Rossa hanya memanfaatkan diri...