Happy Reading!
Adeline memejamkan matanya lalu menghela napas. "Semoga ini adalah keputusan yang benar." gumam Adeline lalu melangkah menuju meja resepsionis.
"Permisi, maaf.. apa saya bisa bertemu dengan pak Dave?" tanya Adeline lembut.
Resepsionis yang mendengar itu langsung tersenyum ramah. "Tunggu sebentar!" ucapnya lalu mengambil telpon.
"Iya ada seorang wanita yang ingin bertemu pak Dave."
"Tidak bisa. Pak Dave sedang rapat."
"Baiklah."
Tutt
Resepsionis langsung menutup telpon. "Maaf tapi pak Dave sedang rapat."
Adeline mengangguk mengerti lalu menggigit bibirnya. Ia tahu tidak mungkin memaksa untuk bertemu dengan Dave. Tapi ini benar-benar penting.
"Maaf, tapi apa bisa saya membuat janji? Tolong. Katakan saja jika Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting. Namaku Adeline." ucap Adeline memelas membuat resepsionis tadi entah mengapa merasa kasian lalu kembali menghubungi Haris.
"Aku tahu. Tapi wanita itu bilang ingin membicarakan masalah yang penting. Namanya Adeline."
"Adeline? Kau yakin namanya Adeline?"
"Iya. Sangat yakin."
"Baiklah. Aku akan ke bawah dan menjemputnya."
Tutt
Resepsionis tadi langsung melongo. Haris akan turun dan menjemput tamu? Benar-benar luar biasa.
"Sekretaris pak Dave bilang akan menjemputmu. Tunggu saja di sana!" tunjuk resepsionis pada kursi tunggu.
Adeline mengangguk sopan. "Baiklah. Terima kasih."
Haris benar-benar bergegas turun. Ia langsung menuju meja resepsionis. "Di mana Bu Adeline?" tanya Haris. Ia memang sudah tahu masalah tuannya. Terlebih pak Dave juga sudah memberi pesan jika ada wanita bernama Adeline mencarinya maka segera bawa kehadapannya.
Resepsionis segera menunjuk ke kursi tunggu membuat Haris segera mendekati perempuan yang sedang sibuk bermain ponsel.
"Permisi, bu Adeline."
Adeline terkejut dan langsung berdiri.
"Maaf, tapi ibu bisa ikut saya ke atas dan menunggu pak Dave selesai rapat."
Adeline mengangguk. "Terima kasih dan tidak perlu memanggilku ibu." ucap Adeline membuat Haris tersenyum lalu mengantar Adeline ke lantai 20 dan memasuki ruang kerja Dave.
Mengingat bahwa calon istri bosnya itu sedang hamil. Haris segera mempersilahkan Adeline untuk duduk di sofa lalu melangkah mengambil minuman serta beberapa cemilan dari lemari pendingin bosnya.
Pak Dave tidak mungkin marah jika makanannya di makan oleh calon istrinya kan?
Adeline memperhatikan ruangan Dave dengan teliti lalu terpaku pada satu dinding yang masih kosong. Dulu dinding itu adalah tempat Dave memajang fotonya dengan Rossa. Foto saat mereka berdua liburan di Paris, meninggalkan dirinya yang sedang hamil besar di rumah.
Mengingat hal itu, Adeline segera menyentuh perutnya.
"Ada apa? Apa perut bu Adeline sakit?" tanya Haris setelah meletakkan beberapa makanan di atas meja.
Adeline menggeleng lalu mengambil sebotol air mineral kemudian meneguknya beberapa kali.
"Jika ibu perlu sesuatu bisa katakan pada saya." ucap Haris ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELINE : Live Again To Change The Future
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Di kehidupan pertamanya, Adeline sangat bodoh dan begitu mempercayai sahabatnya, Rossa. Saat Rossa mendorongnya untuk terus mengejar cinta Dave Cakrayasa, Adeline pun menurut tanpa tahu bahwa Rossa hanya memanfaatkan diri...