Happy Reading!
Adeline menatap cermin besar di depannya lalu tersenyum. Semenjak mengandung tubuhnya memang semakin berisi, mungkin karena ia bisa makan dengan nyaman.
"Tunggu! Kenapa aku tidak mual?" gumam Adeline. Dikehidupan sebelumnya, setiap pagi ia pasti akan merasa mual dan Dave akan menuduhnya berakting.
"Mungkin karena sekarang aku bahagia." ucap Adeline tertawa lalu beranjak keluar dari kamar menuju ruang makan.
"Terima kasih tante."
Adeline mengernyit. Ia seperti mendengar suara Rossa. Tapi kenapa Rossa ada di rumahnya sepagi ini.
Jangan bilang kalau___
Adeline bergegas memasuki ruang makan dan benar saja, Rossa ada di sana. Duduk di salah satu kursi.
"Rossa." panggil Adeline membuat Rossa menoleh.
Mama Rahma langsung berdiri dan membantu putrinya untuk duduk.
"Mama pikir kamu belum bangun." ucap mama Rahma membuat Adeline diam. Ia hanya menatap ke arah Rossa.
"Ooh, karena rencana kita untuk pindah ke luar negeri membuat pekerjaan papamu menumpuk. Karena itu kami akan pergi untuk satu bulan ke depan dan kamu akan tinggal di sini bersama Rossa. Dan orang tuanya." ucap mama Rahma membuat Adeline melotot. Tinggal bersama Rossa? Yang benar saja. Ia tidak mau.
Rossa tersenyum lebar. "Iya Adeline. Kau tahukan aku dan orang tuaku tidak punya rumah lagi. Jadi kami akan tinggal di sini bersamamu sementara om dan tante pergi." ucap Rossa membuat Adeline menahan napasnya. Rossa dan orang tuanya sama. Lagipula sikap jahat Rossa turun dari orang tuanya. Bisa mati berdiri Adeline jika ia harus tinggal bersama para penjahat itu.
Mama Rahma tersenyum manis. "Mama mempercayakan dirimu dan rumah itu kepada Rossa dan orang tuanya bukan hanya karena mereka perlu bantuan tapi juga karena kamu dekat dengan mereka."
Adeline memijat kepalanya yang tiba-tiba saja berdenyut.
"Ada apa? Pusing?" tanya Rossa lalu segera berdiri memijat kepala Adeline.
"Lain kali jika kau pusing atau mual panggil saja aku. Oke?" ucap Rossa membuat mama Rahma tersenyum. Sepertinya ia sudah mengambil keputusan yang tepat mempercayai Rossa untuk menjaga Adeline.
Selesai sarapan, Adeline langsung kembali ke kamar dengan alasan pusing. Tentu saja kepalanya mendadak sakit saat mendengar bahwa Rossa dan orang tuanya akan tinggal bersamanya.
"Apa yang harus aku lakukan?" keluh Adeline lalu duduk di atas tempat tidur. Ia tidak ingin tinggal bersama Rossa atau siapapun. Tapi untuk melarang mereka tinggal itu jelas tidak bisa. Lagipula yang tahu sifat asli Rossa hanya dirinya saja.
"Apa aku pindah ke rumah Tya?" gumam Adeline lalu menggeleng. Pindah bukan solusi yang baik. Hal itu justru akan membuat Rossa dan orang tuanya semakin besar kepala.
Sementara Adeline tengah pusing akan kehadiran Rossa dan orang tuanya di rumah. Di tempat lain ternyata juga ada seseorang yang merasa pusing bahkan sedari pagi terus saja muntah.
"Huekk huekk"
"Apa bapak mau ke rumah sakit?" tanya Haris khawatir.
Dave mengangkat tangannya lalu segera mencuci mulut.
"Batalkan rapat untuk hari ini!" ucap Dave lemas.
Haris mengangguk. "Baik pak. Tapi apa bapak benar baik-baik saja? Apa saya harus memanggil dokter?"
Dave menggeleng lalu melangkah keluar dari kamar mandi menuju ranjangnya. Ia kembali bergelung di dalam selimut lalu menutup mata.
Haris mengernyit. Ini adalah pertama kalinya ruang istirahat di dalam ruangan atasannya terpakai. Biasanya tuan Dave hanya menghabiskan waktunya untuk bekerja dan mengabaikan tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELINE : Live Again To Change The Future
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Di kehidupan pertamanya, Adeline sangat bodoh dan begitu mempercayai sahabatnya, Rossa. Saat Rossa mendorongnya untuk terus mengejar cinta Dave Cakrayasa, Adeline pun menurut tanpa tahu bahwa Rossa hanya memanfaatkan diri...