🍃Adeline_22

57.1K 3.7K 65
                                    

Happy Reading!

Adeline melepas rengkuhan Dave lalu bersiap mendekati orang tuanya.

"Ada beberapa tamu yang belum kita sapa." bisik Dave membuat Adeline mendengus karena lengan pria itu kembali melingkari pinggangnya.

"Aku tidak peduli, Dave. Cepat, lepaskan aku!" ucap Adeline kesal namun Dave tidak membalas dan rangkulannya semakin erat.

"Sekarang kau adalah nyonya Cakrayasa, kau harus mengenal semua rekan bisnisku." ucap Dave membuat Adeline mengernyit.

"Sedari tadi kita hanya bertemu tante-tante girang. Aku bahkan merasa jijik saat kau dan mereka berpelukan." balas Adeline tajam.

Dave tersenyum manis. "Kau cemburu?"

"Najis."

"Sayang!" tegur Dave membuat Adeline memalingkan wajahnya. "Aku ingin bicara dengan orang tuaku." pinta Adeline lagi.

"Nanti. Sekarang kita harus menyapa banyak tamu." ucap Dave lalu mengajak Adeline menuju sebuah meja yang kali ini didominasi oleh para pria berumur.

Adeline hanya diam menurut. Sesekali mencuri pandang ke arah orang tuanya.

'Mereka tampak marah dan kecewa.' batin Adeline tak tenang. Entah apa yang Dave lakukan hingga mereka datang ke sini namun melihat raut wajah orang tuanya, Adeline yakin itu bukan hal baik. Dave pasti mengancam mereka atau melakukan hal licik lain.

"Aku lelah." ucap Adeline setelah mereka melangkah meninggalkan meja tadi.

Dave menatap wanita yang tadi pagi telah resmi menjadi istrinya.

"Apa? Aku benar-benar lelah, Dave. Dan ingat aku sedang hamil." ucap Adeline lagi berusaha meyakinkan pria yang baru saja menjadi suaminya itu.

Dave mengangguk lalu mengajak Adeline untuk duduk. "Mau makan sesuatu?" tanya Dave lembut.

"Buah saja." jawab Adeline lalu kembali mencuri pandang pada orang tuanya.

"Aku berjanji besok pagi kita akan sarapan bersama orang tuamu." bisik Dave saat melihat arah pandang istrinya.

Adeline menatap Dave tajam. "Sebenarnya apa yang kau lakukan hingga mereka mau datang ke sini, Dave?" tanya Adeline penasaran.

Dave memanggil pelayan dan meminta beberapa makanan serta buah untuk Adeline.

"Jawab aku!" desak Adeline lagi membuat Dave mau tak mau menjawab pertanyaan istrinya.

"Kau yakin ingin tahu?"

Adeline mengangguk. "Iya. Cepat katakan!"

Dave merangkul pundak Adeline. "Aku memberi mereka saham perusahaanku yang ada di Indonesia."

Adeline menoleh kaget. "Kau bercanda? Orang tuaku tidak mungkin bisa disogok." bantah Adeline cepat.

Dave menggidikkan bahunya. "Terserah mau percaya atau tidak. Tapi aku punya buktinya." ucap Dave membuat Adeline menatap orang tuanya. Dave pasti berbohong. Adeline harus mencari tahu kebenarannya.

Dua orang pelayan datang membawa beberapa jenis makanan dan buah lalu mengaturnya di meja dengan hati-hati.

"Apa ada yang tuan dan nyonya butuhkan lagi?" tanya pelayan itu sopan.

"Tidak. Pergilah!"

"Baik." dua pelayan tadi bergegas pergi setelah menunduk sopan.

"Makan!" titah Dave membuat Adeline menatap makanannya.

"Dave, aku__"

"Ada apa?" tanya Dave saat Adeline menggantung kalimatnya.

"Aku mau disuap." cicit Adeline pelan.

ADELINE : Live Again To Change The FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang