🍃Adeline_30

40.3K 3K 94
                                    

Happy Reading!

Cupp

Adeline segera membersihkan bekas ciuman Dave di pipinya. "Lepaskan aku, Dave!"Pinta Adeline karena Dave juga memeluk tubuhnya.

"Sebentar lagi."Bisik Dave membuat Adeline jengah. Dave sudah memeluknya hampir dua puluh menit.

"Aku mau pergi, Dave. Lepaskan pelukanmu!"Ucap Adeline tegas.

"Aku mau bicara dengan anak kita." ucap Dave lalu berlutut di depan perut Adeline.

"Demi tuhan, Dave. Kau punya banyak waktu untuk bicara dengan anak kita."Kesal Adeline.

Dave mendongak menatap istrinya. "Benarkah?"

Adeline diam saja. Tentu saja Dave tidak akan punya kesempatan untuk menyapa anak mereka lagi. Adeline bahkan bisa memastikan jika Dave tidak akan bertemu dengan bayi yang ia lahirkan.

"Kenapa diam?"Tanya Dave.

Adeline menghela napas."Terserah, Dave. Bicaralah sampai puas lalu biarkan aku pergi."

"Kau bicara seolah akan pergi jauh."Ucap Dave membuat Adeline tertegun.

'Aku memang akan pergi jauh, Dave. Jauh sekali sampai kau tidak akan bisa menemukan kami.'

"Aku memaafkanmu, Dave."Ucap Adeline membuat Dave yang sedang memberi kecupan pada perut istrinya langsung terdiam.

Dave tersenyum tipis. "Aku senang mendengarnya.Tapi sepertinya aku tidak pernah meminta maaf." Ucap Dave membuat Adeline mengangguk.

"Memang. Aku melakukannya untuk kedamaianku saja." sahut Adeline santai.

'Aku akan melupakan segalanya tentangmu, Dave. Dan juga tentang kehidupan pertama kita. Aku akan memaafkan semua orang yang menyakitiku lalu hidup dengan damai bersama orang tua dan anakku.' batin Adeline.

Dave berdiri lalu membingkai wajah Adeline dengan telapak tangannya. "Aku mencintaimu_" ucap Dave membuat Adeline tersenyum tipis. Tapi aku tidak merasakan cintamu Dave, batin Adeline.

"Aku pergi."Pamit Adeline namun Dave kembali mencegahnya.

"Balas dulu pernyataan cintaku!"Titah Dave membuat Adeline menggeleng.

"Aku tidak seperti dirimu, Dave. Aku tidak bisa mengatakan sesuatu yang tidak aku rasakan."Ucap Adeline lalu melangkah keluar dari kamar.

Dave hanya memandang punggung istrinya lalu tersenyum tipis.

"Tuan." Jack tiba-tiba saja datang membuat Dave menyeringai.

"Semua perintah tuan sudah dilakukan."beritahu Jack membuat Dave mengangguk lalu melangkah dengan santai menuju ruang bawah tanah.

Sedang Adeline langsung dibuat bingung.

"Kita hanya pergi bertiga?"tanya Adeline.

Hero mengangguk sebagai jawaban.

"Tapi kenapa?"

"Apa nyonya ingin bodyguard lain ikut?"

"Tidak!"teriak Adeline lantang. Tentu saja pergi tanpa bodyguard adalah hal yang baik. Tapi kenapa? Apa Dave yang melakukannya?

"Nyonya tidak perlu bingung. Tuan Dave merasa jika saya dan Hero sudah cukup untuk menjaga nyonya jadi tidak perlu bodyguard lain lagi."ucap Rachel membuat Adeline mengangguk lalu memasuki mobil setelah Hero membukakan pintu.

Mobil akhirnya melaju meninggalkan mansion milik Dave. Adeline menoleh untuk melihat sekali lagi bangunan megah yang pernah ia tempati itu.

'Semoga aku tidak akan pernah kembali ke rumah ini lagi' batin Adeline lalu kembali menatap ke depan.

Di sisi lain, Dave yang kini berada di ruang bawah tanah hanya diam saat melihat luka lebam diseluruh tubuh Nayla. Inilah balasan karena gadis itu berusaha menyakiti Adeline.

"Setelah ini, apa yang harus kami lakukan tuan?"

Dave diam saja. Mungkin jika Nayla bukan sepupunya, gadis itu sudah ia bunuh. Namun Dave juga tidak bisa terang-terangan menghukum Nayla, karena jika diketahui keluarga besar Cakrayasa maka itu akan menjadi masalah.

"Tuan__"

"Patahkan kakinya lalu kirim ke luar negeri!" titah Dave lalu melirik Jack kemudian melangkah pergi dari ruang bawah tanah.

Dave memasuki ruang kerjanya lalu menyalakan laptop. Pikirannya kembali mengingat Adeline yang berencana untuk kabur.

"Aku tidak tahu bagaimana dia bisa berencana kabur dengan otak sepolos itu."Gumam Dave lalu tersenyum tipis.

Sedang di taman, Adeline tengah mencari cara untuk lepas dari pengawasan Hero dan Rachel. Untungnya hari ini keadaan sangat ramai hingga memudahkan Adeline untuk kabur.

"Apa ada yang nyonya inginkan?"tanya Hero.

Adeline segera mengangguk. Setidaknya ia bisa mengusir Hero menjauh."Belikan aku makanan yang ada diujung sana!"

Hero menoleh keujung lalu menyeringai. "Baik, nyonya." ucap Hero lalu melangkah pergi.

Sedang Rachel segera mencari tempat duduk dan mengajak Adeline menunggu di sana.

Adeline melirik Rachel yang duduk di sampingnya lalu mulai berakting batuk.

"Uhukk uhukk"

Dan seperti harapan Adeline, Rachel menatap khawatir kearahnya.

"Apa nyonya baik-baik saja?" tanya Rachel.

Adeline menggeleng. "uhuukk airr uhukk"

Tanpa pikir panjang Rachel segera berdiri dan berlari membeli minuman sedang Adeline yang mendapat kesempatan untuk pergi segera beranjak. Adeline berlari menuju tempat di mana orang tuanya menunggu.

"Aku tidak boleh ketahuan."guman Adeline lalu memasuki sebuah kios.

Yunus dan Rahma segera berdiri menyambut kedatangan putri mereka.

"Akhirnya kita bisa berkumpul kembali."Ucap Rahma haru.

Adeline mengangguk. Ia juga begitu senang. Tidak sia-sia rencana yang ia dan orang tuanya susun. Ternyata Dave sangat mudah ditipu, pria itu tidak sadar pada rencana yang Adeline miliki untuk kabur.

Rahma mengusap perut putrimu. "Bagaimana keadaan. kandunganmu, sayang?"

Adeline tersenyum. "Semuanya baik, mah. Apalagi sekarang aku bisa tinggal bersama kalian. Aku sangat senang." ucap Adeline menatap orang tuanya bergantian.

Sedang di luar, Hero segera menghubungi Dave.

"Jangan sampai kehilangan jejak!" titah Dave lalu memutus sambungan telponnya.

Hero menatap Rachel lalu bertanya. "Apa Edo sudah menemukan nyonya?"

Rachel mengangguk. "Nyonya dan orang tuanya ada di kios ujung."

Hero tersenyum lalu mencari tempat duduk. "Tuan Dave berpesan agar kita tidak kehilangan jejak nyonya."

Rachel ikut duduk. "Menurutmu apa sebenarnya rencana tuan? Kenapa tuan Dave membiarkan nyonya pergi begitu saja." tanya Rachel bingung.

Hero diam sesaat lalu berkata. "Entahlah. Hanya tuan Dave dan tuhan yang tahu."

Rachel menghela napas lalu berdiri. "Sebaiknya kita kembali bekerja."ucap Rachel lalu melangkah menembus keramaian.

-Bersambung-

ADELINE : Live Again To Change The FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang