EPILOG

466 20 12
                                    

Brakkkk

Bunyi suara tubuh yang menghantam dinding pun sukses membuat seorang anak berkacamata yang membawa lukisan itu pun memegangi lengannya kemudian beberapa anak-anak berseragam SMA itu pun memukuli pria berkacamata itu. Namun, belum selesai pukulan itu melayang kearah pria berkacamata itu tiba-tiba seseorang melempar sepatu kearah mereka membuat kegiatan merundung itu pun terhenti kemudian melirik kearah pria tersebut.

"Kalau mau melawan seseorang itu satu lawan satu. Jangan keroyokan seperti itu kalian itu laki-laki atau banci." Katanya sambil mengemut permen lollipop di mulutnya membuat pria berkacamata yang ada disana terkejut dengan keberadaan pria tengil itu kemudian si pelaku perundung tadi pun menghampiri pria tengil itu sambil berkata. "Mau ajak bertengkar? Kau tidak punya pendukung disini. Oh, kau itu anak tukang Mie ayam di Pattaya ya. Aku baru ingat pantas saja gaya nya seperti preman pasar tidak punya adab."

Pria itu hanya mendecih kearahnya masih dengan permen lollipop yang ia emut di mulutnya kemudian menggedikkan bahunya sambil berkata. "Coba saja lawan aku kalau bisa paling tulang tangan dan kaki kalian patah." Katanya dengan nada arogansi nya membuat pelaku perundung itu pun melawannya namun tidak sampai 10 menit semua pengikut perundung itu pun sudah terkapar di lantai menyisakan pemimpin perundung yang memilih lari lalu kini meninggalkan mereka berdua.

Pria tengil tadi pun mengambil alat-alat lukis pria berkacamata tadi sambil mengembalikannya ia berkata. "Nih punyamu. Lain kali kalau kau butuh bantuan kau bisa minta tolong padaku. Namamu siapa?"

Pria berkacamata itu pun menyodorkan sebelah tangannya sambil berkata. "Nanon. Aku Nanon. Terimakasih atas bantuannya. Aku permisi." Nanon pun pergi meninggalkan pria tengil tadi yang merasa bingung dengan tingkahnya kemudian hanya menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tak gatal lalu pergi begitu saja.

5 years later...

"Ayah, Ohm berangkat dulu ya. Besok aku ada pertandingan ke Bangkok mungkin aku tidak pulang. Aku tinggal di apartemen. Aku berangkat. Thai, jaga ayah." Seru Ohm mengusak kepala adiknya lalu segera masuk ke dalam taksi pesanan nya menuju apartemennya setelah itu ia pun bergegas pergi ke lapangan basket kampus untuk mengadakan latihan sebelum turnamen Basket di mulai.

Ohm kini sudah menjadi mahasiswa Semester 5 di Universitas Grammy. Pria itu adalah atlet basket di kampus sekaligus mahasiswa yang lumayan cerdas dalam menangani segala hal komponen-komponen pesawat terbang yang sejujurnya itu adalah sesuatu hal yang rumit bagi orang awam. Namun, untuk ukuran seorang Ohm semua mata kuliah yang rata-rata hitungan itu membuat dirinya senang untuk mempelajari dan memahaminya.

Di lain sisi ada satu sifat Ohm yang membuat semua orang itu hanya bisa menggelengkan kepala karena ulahnya itu. Bagaimana tidak setiap kali dirinya selalu membawa laki-laki dan perempuan ke apartemen nya hanya untuk demi memuaskan hasrat seksualnya dan sampai detik ini Ohm masih mencari pria berkacamata korban perundungan yang sampai detik ini dirinya masih belum bisa melupakannya.

Di sebuah klinik mata terbangun seorang pria berlesung pipi dengan membuka kedua matanya yang di balut oleh kain kassa kemudian pria itu keluar dari klinik mata sambil berjalan-jalan menuju Taman Kota untuk sekedar mencari inspirasi tetapi tidak ada inspirasi yang muncul disana melainkan hanya melihat para kelompok skateboarding yang tengah bermain skateboard dengan tersenyum kemudian dari arah lain tampak seorang pria duduk di kursi juga memperhatikan para pemain skateboarding di Taman Kota.

---

Present time....

Nanon dan Ohm yang tengah menikmati segelas wine dengan duduk di dalam bathtub pun hanya saling melempar senyum satu sama lain juga menyeruput segelas wine tersebut. Nanon pun menaruh gelas itu di dinding terdekat bathtub diikuti pula oleh Ohm. Kedua pasangan suami-suami itu pun tersenyum sambil mendekatkan wajah mereka saling meraup kasar bibir pasangan masing-masing hingga kegiatan itu terhenti dengan Ohm yang menghapus bekas saliva yang ada pada pinggir Nanon sambil berkata. "Bagaimana rasa wine nya langsung dari bibirku lebih enak kan?"

Nanon mendecih sambil melepas sentuhan tangan Ohm padanya kemudian kedua tangannya kini mengelus-elus tubuh atletis suaminya itu dengan tatapan gemas sambil sesekali menggigit bibirnya sendiri. "Kalau boleh--Rasa wine nya di samakan dengan milikmu yang dibawah. Pasti lebih mantap lagi." Nanon sambil menaikkan kedua alisnya membuat Ohm menggelengkan kepala kemudian menatap kearah Nanon.

"Tolong jangan goda aku. Aku sedang tidak ingin di goda seperti itu nanti kamu kesakitan dan berisik."

"Okay."

"Btw, aku mau nanya dulu kamu pernah jadi korban perundungan ya?" Tanya Ohm yang membuat Nanon terkejut namun kembali tersenyum dengan menyeruput segelas wine yang ada di tangannya. Nanon menganggukkan kepala kemudian kembali menaruh gelas berisi wine itu dan tatapannya kini beralih kearah pria di hadapannya. "Iya. Waktu SMA sih. Kenapa?"

"Emm--aku sebelumnya seperti pernah lihat kamu tapi dimana ya?" Ohm menggaruk kepalanya yang tak gatal kemudian Nanon pun mengambil sebuah kacamata lalu memakainya dengan rambut yang ia acak seperti orang culun membuat Ohm terkejut. "Kamu--"

"Iya. Aku Nanon pria culun yang kamu tolong dari perundungan waktu itu. Terimakasih ya sudah menolongku." Senyum Nanon membuat Ohm melepas kacamata Nanon kemudian mencium bibir Nanon hingga mereka saling melumat bibir satu sama lain dengan bunyi kecipak saliva yang memenuhi kamar mandi dengan kedua tangan Nanon yang kini sudah melingkar di leher Ohm.

Setelahnya mereka pun melakukan cuddle dengan tangan Ohm yang menjadi tumpuan kepala Nanon. Ohm menautkan kedua tangannya dengan tangan Nanon kemudian ia mencium punggung tangan Nanon sambil berkata. "Aku tidak menyangka orang yang aku tolong ternyata menjadi pasangan hidupku. Semesta tuh memang aneh."

"Tapi--kamu senang kan aku menjadi pasangan hidupmu?" Tanya Nanon membuat Ohm menarik dagunya lalu melumat bibir Nanon sebentar sambil menjawab. "Kalau aku tidak senang mana mungkin aku mau menikah denganmu dan mempertahankanmu."

"Ya, mungkin saja."

Ohm pun kini berganti posisi menjadi menindih tubuh Nanon membuat Nanon terkejut dengan tingkah suaminya itu lalu ia berkata. "Kamu tidak percaya aku mempertahankanmu ya? Apa aku harus---"

"Harus apa?" Tanya Nanon sambil menaikkan kedua alisnya namun di luar dugaan Ohm pun mencium bibir Nanon lebih tepatnya ia melumat, menghisap dan menggigit kecil bibir menggemaskan milik suaminya itu. Kedua tangan Nanon kini sudah melingkar di leher Ohm dan mengikuti permainan pertempuran bibir itu hingga cahaya bulan menerangi dua sejoli itu di malam yang indah indah ini.




FINISH

STORM [FINISHED ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang