09# Saudaranya(?)

165 28 13
                                    

Lying is the most disgusting thing in the world to some who have ever been victimized.

[Go Get Her]




Ditya menyentuh ikon loudspeaker sebelum akhirnya menyimpan hape di meja belajarnya lalu membuka lemari yang ada di samping, matanya sibuk memilih kaus walaupun telinganya masih sangat tajam untuk mendengarkan suara keluhan Ranika dalam sambungan telepon mereka.

"Ya, pokoknya nyebelin aja disini! Aku pengen pulaaaang!"

Laki-laki itu terkekeh sebelum akhirnya mengulurkan tangan untuk mengambil salah satu kausnya yang terlipat rapi di lemarinya, "Sabar lah, Ay, lagian aku sih setuju banget sama Mama kamu. Anak gadis itu harus udah bisa ngerjain segala pekerjaan rumah mulai dari sekarang, ntar repot lagi waktu kamu udah nikah. Aku nggak mau, ya, istri aku males-malesan!"

"Dih, siapa juga yang mau nikah sama kamu!" sewot Ranika membuat Ditya tertawa renyah.

"Nikah sama aku menguntungkan tahu, Ay. Kata si Papski juga, laki-laki keturunan kami nggak pernah ada yang gagal. Apalagi aku sih, di lihat-lihat juga ternyata aku yang paling ganteng di rumah." kata Ditya dengan percaya diri penuh.

"Orang sombong biasanya bakalan kena azabnya juga cepet, hati-hati aja kamu!" ketus Ranika yang kentara jelas merasa kesal pada kekasihnya ini.

"Asal sambil mikirin kamu sih nggak papa, aku masuk jurang demi kamu juga boleh." jawab Ditya membuat Ranika mendengus, "Ntar tinggal gentayangin kamu aja."

"Aku sebar garem serumah biar kamu gak bisa masuk!"

"Nggak papa, kan bisa deketin kamu pas lagi di luar rumah."

"Aku bawa bawang putih ke mana-mana!"

"Aku makan bawang putihnya."

"Dih, nggak bisa lah! Vampir kan nggak bisa makan bawang putih!"

"Iya, kan, itu vampir. Aku mah genderuwo."

Tawa Ranika pecah membuat Ditya ikut terkekeh merasa gemas sendiri, pasti sekarang Ranika sedang cantik-cantiknya pas tertawa. Kalau bukan karena Ranika sedang berkunjung ke rumah keluarganya, Ditya bisa saja menyusul ke Bogor sekarang juga.

Laki-laki itu memakai kausnya dengan cepat, ia membiarkan celananya tetap memakai celana abu tanpa niat menggantinya lalu menutup lemari. Ditya meraih hapenya, niat akan kembali bicara namun harus urung saat mendengar suara orang lain dari balik telepon.

"Anjir, udah sorean aja. Gue baru tahu, molor gue lama juga ternyata."

Kerutan di kening Ditya muncul, laki-laki itu bahkan mengurungkan niatnya juga untuk berbaring di ranjang. Otaknya bekerja lebih keras, Ditya seperti kenal dengan suara itu.

Go Get HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang