29# Ulah Ditya Lainnya

210 27 15
                                    

In the end, the most disbelled is seen in the real enemy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

In the end, the most disbelled is seen in the real enemy.

[Go Get Her]




Harfian turun dari motor Azka lalu salim pada si kakak ipar, "doain Api ya, A, semoga Api nggak buat kesalahan."

Azka mendengar itu tersenyum, "siap! Jangan pisah-pisah sama si Dafa atau si Janu, ya, Pi. Kamu baru di Jakarta, takutnya ada orang nyeleneh apa-apain kamu, kan, ngerepotin Aa."

Niat akan terharu diberi pesan untuk berhati-hati, kalimat terakhir Azka membuat Harfian gagal terharu lalu berdecak sebal. Semakin menyebalkan saja orang ini.

"Aa mending pergi sekarang deh, tiba-tiba ada Dafa muncul ntar dipalak lagi. Aa, kan, masih belum dipanggil, masih pengangguran." Ketus Harfian membuat Azka tertawa, Harfian juga banyak perubahan semenjak pindah, makin sering emosian kayak kakak perempuannya.

"Bisa aja lo ngebalikinnya, bocil," katanya lalu mengeluarkan selembaran uang lima puluh ribu dari saku celananya. "Ini buat jajan, nanti kamu bagi dua, ya, sama si Dafa. Maaf baru bisa ngasih segitu, Aa masih pengangguran."

Harfian tertawa sambil menerima uang dari Azka, "maaf, nyinggung, A. Tapi fakta, kan?"

"Anjing emang!" umpat Azka yang akhirnya kesal juga.

"Wah, Api aduin ke Kak Ika, ya!" omel Harfian membuat Azka melotot mengancam.

"Ya, janganlah! Jatah Aa bisa melayang nanti, malem jum'at nih!"

"Halah, tiap hari juga malem jum'at buat Aa mah!"

Azka tak menjawab dan hanya manyun saja laki-laki itu mulai menyalakan kembali mesin motornya bersiap untuk pulang lagi ke rumah, hari ini tidak ada panggilan untuk interview atau apapun. Azka sedang libur mencari part time, agak ngambek juga sebenarnya. Terakhir kali Azka interview dan sudah diterima, tiba-tiba pihak HRD menghubunginya dan tidak jadi mempekerjakan Azka. Azka tidak ingin mengungkapkan alasannya, dia sudah melas.

"Ya udah, Aa pulang, ya." Katanya pada Harfian, "nanti pulangnya telepon Aa aja kalau mau dijemput."

"Sip," jawab Harfian singkat.

Hampir saja Azka akan menarik gasnya, tiba-tiba matanya melihat Janu turun dari ojol dan menghampiri dirinya dan Harfian. Pemuda itu memang sudah berkenalan baik dengan Harfian, jadi tak heran saat Janu sampai langsung merangkul bahu adik iparnya itu.

"Agak keriput tuh ujung mata, banyak pikiran, ya, A?" ejek Janu membuat Azka tersenyum paksa.

"Maklum, Jan, dia pengangguran." kata Harfian lalu tertawa bersama Janu.

Combo sial memang, Janu dan Harfian sejak saling kenal senang sekali ngajak ribut orangnya.

"Nitip si Api, ya, Jan," ucap Azka yang dibalas jempol oleh Janu. Laki-laki itu terdiam sejenak lalu kembali bicara dengan sedikit keraguan, "lo bisa gue percaya, kan?"

Go Get HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang