15# Trauma dan Luka

159 26 3
                                    

And now I wake up, your wounds are my own

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

And now I wake up, your wounds are my own

[Go Get Her]




Pecah! Satu menit setelah Azka tampil di panggung festival membuat ketenarannya naik pesawat dalam sekejap, instagram Azka bahkan terus memunculkan notifikasi banyaknya akun yang mengikutinya. Turun dari panggung pun Azka terus dipanggil-panggil namanya oleh para siswi sekolah, apalagi jajaran adik kelas.

Tidak usah ditanya seberapa risihnya Azka sekarang, laki-laki itu berusaha menguasai raut wajahnya untuk tetap datar dan tersenyum untuk membalas sapaan siapa pun yang memanggilnya. Bahkan sekarang Azka juga bersusah payah menahan gejolak dalam perutnya ketika Ditya merangkul pundaknya dan membawa Azka menuju teman-teman mereka yang lain, tenggorokan Azka mulai tercekat ketika mereka sampai.

"Lo tuh bukan apa-apa kalau bokap lo nggak kaya, Ka!"

Bisikan itu tiba-tiba terdengar, Azka menelan ludahnya yang terasa pahit lalu mencoba melepas rangkulan Ditya dengan perlahan agar temannya itu tidak menyadari jika dirinya sedang panik.

"Parah, anjir! Lo keren banget, Ka!" puji Harun membuat Azka tersadar begitu saja lalu menoleh dengan senyum palsunya.

"Ehehe, gue emang keren sih. Ke mana aja lo baru nyadar?" ejek Azka lalu tertawa membuat Harun mendecih dan yang lainnya ikut tertawa bersama Azka.

Terus begitu, semua pujian Azka dapatkan dari teman-temannya, tak terkecuali Ditya yang tidak pernah menjauh dari sampingnya. Azka juga terus memasang wajah pura-pura bahagianya untuk menutupi rasa sesak di dadanya yang mulai menyerang.

Wajah Azka pucat secara perlahan, matanya bertemu dengan Ranika tak lama kemudian. Gadis itu menatapnya dengan intens dan juga tanpa ekspresi, berbeda dengan pacar teman-temannya yang lain, mereka justru ikut bersenang-senang memuji Azka.

Azka membuang muka lebih dulu, dia tak ingin rasa paniknya terlihat oleh Ranika.

"Jangan maruk kenapa sih, Ka! Semuanya lo embat! Jangan mentang-mentang bokap lo donatur paling gede di sekolah kita, lo jadi semena-mena gini!"

"Ugh, Pak Ketos! Ini wakilnya suruh kerja kali, masa apa-apa cuma mantau doang?"

"Jangan lo pikir karena bokap lo donatur, semua orang jadi takut sama lo gitu?"

"Gue ke toilet dulu, ya." Izin Azka pada akhirnya sambil beranjak dan secepat mungkin pergi tanpa peduli teman-temannya merasa aneh dengan sikapnya yang tiba-tiba.

"Lo sadar nggak sih tanggung jawab lo itu gede?! Bisa jangan males-malesan gini gak sih, Ka?! Kita semua capek sama lo!"

Malas-malasan katanya? Azka bahkan kerja lebih banyak, dia wakil OSIS tapi justru bertanggung jawab lebih banyak karena selalu disuruh-suruh oleh anggotanya. Bahkan si ketua juga selalu beralasan tidak bisa ikut rapat dan melimpahkan semuanya pada Azka untuk memimpin, apa itu yang namanya malas-malasan????

Go Get HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang