Suasana di hotel tempat resepsi Selina berlangsung cukup ramai. Karena undangan khusus untuk kalangan muda dilakukan malam hari, Masita cukup bersyukur. Ia bisa izin pulang kerja lebih awal dan bisa mempersiapkan diri secara maksimal. Beruntungnya, Hisyam mengizinkan karena memang tak ada pekerjaan mendesak di kantor.
Masita sudah berada di depan gedung tinggi yang tampak mewah dan ramai itu sejak kurang lebih 10 menit yang lalu. Sesuai kesepakatannya bersama Narendra kemarin, mereka bertemu di depan hotel, walaupun Narendra sempat memaksa untuk menjemput Masita di rumahnya.
Masita mengenakan dress berwarna rose wood yang membuat kulit putihnya tampak lebih bersinar. Harusnya sih ia mengenakan pakaian serba hitam saja, karena hati Masita sendiri sedang berduka cita, tetapi ia urungkan karena merasa ia masih memiliki sopan santun untuk menghormati pengantin. Wajahnya yang baby face membuatnya memilih mengenakan make up tipis saja. Itu membuatnya lebih natural. Ia cukup menghindari memakai riasan tebal lagi karena sudah dipastikan tidak akan cocok di wajahnya. Untuk itu, Masita sungguh menyesal mengingat ia pernah berdandan menor saat mendekati Satya. Pantas saja dulu Satya selalu megap-megap saat melihatnya.
"Hai ... sudah lama nunggu? maaf tadi sedikit ada kendala sebelum berangkat."
Masita menatap Narendra dengan pakaian formal yang tampak pas di tubuhnya yang gagah. Perasaan kesal karena menunggu kurang lebih 10 menit di depan hotel tiba-tiba menguap hilang begitu saja. Sejenak Masita meneguk ludahnya sendiri. Bagaimana rasanya jika ia bersandar di dada bidang Naren yang terlihat sangat sandarable itu?
Bayangannya buyar ketika Narendra berdehem karena tak kunjung mendapat respon Masita. "Ah enggak apa-apa," Sahut Masita sambil tertawa garing menyembunyikan rasa malunya.
Tanpa berlama-lama, Narendra buru-buru menggandeng Masita untuk masuk ke dalam. Masita harap-harap cemas. Ia berdoa agar tak ada temannya yang hadir di pesta ini. Ia takut mereka akan bertanya macam-macam mengenai siapa sosok Narendra yang kini ia gandeng lengannya.
Masita menatap sekeliling dengan raut kagum. Resepsi ini memang sangat meriah. Dengan warna putih berkilau yang mendomasi. Sesuai dengan pernikahan impian Masita. Masita tak tau apakah ia juga bisa menikah seperti Selina ataukah tidak. Yang pasti, semoga saja laki-laki yang menikahinya nanti benar-benar menyayanginya, dan kaya pastinya. Hehe...
Ketika mereka masuk, acara sudah akan dimulai. Masita dan Narendra memilih mencari tempat duduk di bagian agak belakang. Mereka mengikuti serangkaian acara demi acara. Masita tampak takjub dengan Selina yang tampak anggun-- berbeda dengan saat bersamanya--berdiri di samping suaminya yang juga terlihat tampan. Masita tak menampik akan hal itu. Tetapi melihat rivalnya bahagia, Masita turut berbahagia pula, meskipun ada sisi di dalam dirinya yang merasa sedih. Siapa dong yang akan ia ajak adu mulut kalau bukan Selina?
Kini mereka bersiap untuk memberikan ucapan selamat kepada pengantin. Masita berjalan di belakang Narendra. Tampaknya pengantin pria itu sangat dekat dengan Narendra. Bahkan Narendra tak malu-malu memberikan jokes ala malam pertama di depan mereka. Hal itu membuat Masita merinding, ia jadi sedikit takut dengan sosok Narendra itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find A Husband (END)
ChickLit"Kenapa sih, Mak? Pulang-pulang kok cemberut gitu? enggak boleh ngebon lagi sama Mang Jali?" "Enak aja. Emak mana pernah ngebon." Iis menyerongkan tubuhnya menghadap putri semata wayangnya. "Kamu beneran enggak punya calon suami?" todongnya langsun...