Sofia membatalkan rencana kencannya dengan Narendra demi menjalankan rencananya. Ia tetap keluar rumah pada akhirnya, tetapi bukan untuk bertemu Narendra, melainkan untuk bertemu Masita. Sofia agak bingung ketika Masita langsung menyetujui ajakannya untuk bertemu, padahal ia sama sekali tidak memberitahukan tujuannya. Ia hanya bertanya kapan waktu luangnya karena ia ingin bertemu dengan Masita. Tapi, Masita langsung membalas 'iya' tanpa bertanya apa-apa. Bahkan ia langsung on the way menuju tempat makan yang ingin mereka gunakan untuk bertemu. Kenapa Sofia malah merasa Masita yang ada urusan dengannya?
"Mie goreng pake telur sama es good day ya, Neng," ucap waitress yang juga merangkap sebagai bapak penjual makanan. Sofia mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Ia menyantap makanan yang membuatnya nostalgia itu, makanan yang oleh mamanya dilarang berada di rumah.
Di sinilah tempat Sofia dan Masita akan bertemu. Di tempat makan yang katanya khas anak kos, karena menunya tak jauh-jauh dari macam-macam olahan mie instan, nasi goreng, dan ayam geprek. Sofia tak mempermasalahkan menu makanannya. Pernah menjadi anak kos membuatnya tak asing dengan menu-menu tersebut. Namun, yang ia permasalahkan sekarang adalah kenapa Masita belum juga sampai padahal sudah hampir satu jam dari sejak ia mengirimkan pesan 'otw'. Padahal katanya, jarak rumah Masita dengan tempat makan ini hanya 15 menitan.
"Eh udah sampe duluan, kok cepetan kamu," sapa Masita dengan senyum tanpa rasa bersalahnya. Ia terlihat agak ngos-ngosan dan berkeringat, mungkin efek cuaca yang sangat panas hari ini.
Sofia memutar bola matanya dan memilih untuk melanjutkan makannya. Sementara Masita kembali berdiri untuk memesan makanan setelah sebelumnya duduk sebentar di kursi depan Sofia. "Magelangan satu sama Nutrisari jeruk satu ya, Mang," ujarnya.
"Sorry ... tadi aku chat kamu baru mau otw. Otw mandi," ujar Masita membuat Sofia semakin dongkol. Apa lagi tawa Masita terdengar seakan-akan ia memang sengaja membuat Sofia menunggu lama.
"Gak papa. Jadinya aku juga bisa lebih menikmati makananku."
Mereka kembali diam. Sofia sibuk menghabiskan makanannya. Begitu pula dengan Masita. Hampir 10 menit berlalu, Sofia akhirnya membuka suara.
"Sebenarnya apa alasan kamu deketin kakakku?"
Masita berhenti mengunyah. Ia menatap datar pada Sofia. "Ya karena aku suka."
Jawaban Masita sama sekali tidak memuaskan Sofia. Terlebih lagi, nada bicaranya yang terkesan santai membuat Masita terkesan hanya main-main saja.
"Serius ih!"
"Ya ini aku serius. Kalau ga suka ngapain coba aku susah-susah deketin kakakmu yang kayak kulkas 5 pintu itu. Udah banyak yang ngantre buat jadi suami aku soalnya."
"Aku pengen kamu deketin kakakku."
Masita langsung terbatuk mendengar ucapan Sofia. Jujur ia tidak pernah menyangka jika Sofia akan memberikan tawaran yang akan menggugah moodnya setahun ke depan–sepertinya. Tapi ia tidak boleh gegabah. Pasti ada udang dibalik tepung Mamasuka.
"Kenapa? Bukannya kamu dan kakakmu gak suka sama aku?" tanya Masita mencoba tenang.
Sofia diam. Ia tak mungkin mengatakan jika Masita adalah bagian masa lalu kelam bagi kakaknya. Lagi pula, ia juga masih ingin mengulik cerita dan alasan Masita hingga tega menyakiti kakaknya. "Karena aku ga suka kamu dekat-dekat, Naren," jawabnya ragu. Salahnya, ia tak mempersiapkan semuanya dengan matang.
Masita sontak tertawa. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan pemikiran Sofia. Jujur ia sudah tak tertarik lagi dengan Narendra saat berada di pesta pernikahan Selina beberapa hari lalu. Apalagi setelah mengetahui jika Narendra sudah memiliki kekasih. Dan sangat disayangkan bahwa kekasih Narendra adalah Sofia, perempuan yang membuatnya menangis semalaman karena mengaku sebagai tunangan Satya.
"Sorry, ya. Naren emang ganteng, mapan, dan sejauh ini orang sopan. Tapi aku ga tertarik lagi. Jadi kamu ga perlu khawatir aku bakal rebut Naren dari kamu. Kecuali kalau Naren sendiri yang datang ke aku."
Seperti yang ia duga, Masita tak akan dengan mudah menerima tawarannya.
"Lagian," Masita melanjutkan perkataannya, "aku pikir kamu ke sini mau nyuruh aku buat jauhi kakakmu dan nawarin aku uang 1 milyar," ujarnya santai, membuat Sofia sedikit shock.
"Kamu tau kenapa kakakku ga suka sama kamu?"
Masita diam. "Ya gara-gara aku dianggap pengganggu." Sejujurnya Masita juga merasa tidak tau. Ia dekat dengan Satya tepatnya setelah Hisyam mengalami kecelakaan. Jauh sebelum itu, mereka hanya berkomunikasi seperlunya. Tapi, sikap aneh Satya juga membuatnya sedikit penasaran dengan alasan Satya tak menyukainya.
"Gimana kalau aku bilang kalau sebenarnya kakak juga suka sama kamu?"
Masita langsung duduk tegap dan menatap Sofia. "Gak mungkin," jawabnya. Sementara di hati, ia seakan berharap jika perkataan Sofia itu adalah benar.
"Kamu ga penasaran dengan alasan kakakku bersikap seolah-olah ga suka sama kamu? atau kamu ga penasaran gimana perasaan kakakku yang sebenarnya?"
Masita tampak bimbang. Jiwa keponya seakan dipermainkan oleh Sofia. Ia mulai penasaran. Dan semakin penasaran. Bagaimana jika Satya memang menyukainya, tetapi dia malu mengatakannya? Ah ... Masita merasa campur aduk. Kalau saja memang benar seperti itu, ia akan menyuruh anaknya kelak untuk memarahi Satya karena tidak sat set untuk menikahi ibunya.
"Gimana kalau kita buat kesepakatan," Sofia diam sejenak menatap Masita yang terlihat semakin penasaran. Ia memantapkan hati, Masita menyukai kakaknya dan kakaknya juga suka dengan Masita, itu sudah lebih dari cukup. "kamu dekati kakakku, dan aku akan kasih tau sesuatu tentang kakakku."
"Oke deal."
***
"Bener. Temenku juga bilang gitu. Suaminya doyan banget kentutin dia. Padahal pas sebelum nikah, suaminya kelihatan cool banget. Kenapa ya laki-laki habis nikah punya hobi baru?" Masita terkekeh membayangkan.
"Hobi kentutin istri," lanjut Sofia melengkapi ucapan Masita. Mereka berdua kembali terbahak. Entah sudah berapa kali mereka tertawa terbahak-bahak karena obrolan mereka yang ngalor ngidul itu. Tampaknya mereka memiliki selera humor yang sama.
"Udah ah, capek ketawa mulu," keluh Masita. Sofia mengangguk menyetujui. Ia menarik nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan. Menghabiskan sisa-sisa tawa yang masih tersisa.
Aneh. Satu hal yang Sofia rasakan kini. Sejak ia dibangku sekolah, tepatnya setelah kakaknya hampir saja bunuh diri, Sofia sungguh sangat membenci perempuan yang kini duduk di sampingnya dengan satu cup gelato di tangannya itu. Gara-gara Masita, kakaknya nyaris meninggal karena depresi, ayahnya mengalami serangan jantung dan stroke hingga 5 tahun kemudian akhirnya berpulang. Sofia tak mungkin melupakan itu semua. Masih ada rasa sakit hati yang ia pendam. Tapi, ibunya selalu mengatakan jika itu sudah takdir, membuatnya harus mencoba melupakan semuanya.
Dan hari ini, Sofia menemukan sesuatu yang berbeda dari dugaannya. Masita, perempuan itu sungguh menarik. Sofia sebagai seorang perempuan pun mengakuinya. Selain cantik dari fisiknya, Sofia merasa Masita memiliki sesuatu yang menarik dalam dirinya, seakan orang-orang yang ada di sekitarnya merasa nyaman untuk berdekatan dengannya. Terlepas dari apa yang Masita pernah lakukan dulu, Sofia dengan sadar mengakui jika Masita adalah sosok yang menarik. Pantas saja kakaknya gagal move on meski sudah belasan tahun berlalu.
"Habis ini mau ke mana?" tanya Masita membuyarkan lamunan Sofia. Sofia melirik jam tangannya. Pukul 17.06 WIB.
"Pulang," jawabnya. Masita mengangguk dan langsung berdiri. Mengambil tasnya sambil memegang cup gelato di tangannya. Ia merogoh dompetnya, mencoba mengambil uang guna mengganti uang Sofia untuk membayar gelatonya. Namun, karena satu tangannya memegang cup gelato, Masita kurang berhati-hati hingga dompetnya terjatuh dan membuka.
Sofia meraih dompet Masita yang jatuh di kakinya. Tak sengaja matanya menatap foto yang ada di dalam dompet Masita. Lama ia menatap foto itu, membuat Masita menegurnya.
"He's my first love," ujarnya mengakhiri pertemuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find A Husband (END)
ChickLit"Kenapa sih, Mak? Pulang-pulang kok cemberut gitu? enggak boleh ngebon lagi sama Mang Jali?" "Enak aja. Emak mana pernah ngebon." Iis menyerongkan tubuhnya menghadap putri semata wayangnya. "Kamu beneran enggak punya calon suami?" todongnya langsun...