"Calon istriku kenapa kok cemberut terus?" Satya terus saja menggoda Masita. Pria itu juga semakin tak tau tempat. Di mana saja ia bertemu Masita, ia akan dengan senang hati menggoda gadis itu. Hal itu membuat Masita selalu awas dengan kehadiran Satya. Terlebih ketika berada di kantor.
Sejak beberapa hari lalu, Satya juga semakin gencar untuk melakukan pendekatan kepada orang tua Masita. Dan beruntungnya, sepertinya Satya sudah berhasil mengambil hati Emak Masita, yang awalnya ia pikir akan sulit. Tetapi dengan jurus martabak manis premium rasa red velvet yang ia bawa ketika bertandang ke rumah orang tua Masita, Satya sudah mulai bisa akrab dengan Iis.
"Bapak jangan aneh-aneh, deh. Saya masih mau hidup tenang di kantor."
"Hidup kamu pasti tenang kalau selalu sama aku."
Senyum Satya terlihat sangat menyebalkan untuk Masita. Kurang 10 hari lagi tepatnya ia akan hengkang dari kantor. Tapi terasa seperti masih kurang 1 tahun. Masita merasa terkekan dengan kehadiran Satya di dekatnya.
"Siang, Bos."
"Siang juga. Makan yang kenyang, ya."
Beberapa karyawan yang berlalu lalang di kantin tersenyum aneh mendengar balasan Satya. Tak pernah sekali pun Satya bersikap seperti itu. Senyum lebar hingga giginya terlihat, balasan yang bernada ramah, hingga bahasa yang dia gunakan yang cukup terdengar terlalu ramah, membuat Masita yang duduk di depannya merasa merinding.
"Bapak mending balik aja, deh. Udah selesai, kan, makannya?" bujuk Masita. Pasalnya makanannya sedari tadi hanya berkurang sedikit. Tenggorokannya seakan sulit menelan karena ada Satya yang terus saja menatapnya saat makan. Sementara makanan Satya sendiri sudah habis sedari tadi.
"Enggak mau. Kan aku mau nemenin kamu makan."
"Saya enggak usah ditemenin, Pak. Saya udah biasa makan sendiri. Suer, deh," Masita kembali membujuk.
"Nah, mulai sekarang kamu enggak akan makan sendirian lagi. Aku bakal temenin kamu."
Masita mendesah pasrah. Percuma ngomong dengan Satya. Pria itu baru saja kejatuhan mangga kali ya? Makanya otaknya agak geser.
"Ngomong-ngomong Bapak beneran mau ikut jenguk Miho nanti?" Masita bertanya disela-sela kunyahannya. Ia perlu mengalihkan fokus Satya yang terus saja menatapnya ketika makan.
"Iya."
"Tapi ... enggak apa-apa, loh, kalau Bapak enggak ikut. Kita paham kok kalau Bapak lagi sibuk. Lagian nanti yang datang, kan, teman-teman kantornya."
"Saya juga temannya Miho," sela Satya dengan wajah yang masih tersenyum. Padahal beberapa waktu kemarin Satya sudah melarang Masita untuk tidak dekat-dekat dengan Miho. Nada kesal yang ditujukan untuk pria itu masih jelas teringat dibenak Masita. Bahkan ketika ia berpapasan dengan Miho di kantor, Satya selalu saja muncul secara tiba-tiba. Masita kembali mendesah dan memilih untuk melanjutkan makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find A Husband (END)
ChickLit"Kenapa sih, Mak? Pulang-pulang kok cemberut gitu? enggak boleh ngebon lagi sama Mang Jali?" "Enak aja. Emak mana pernah ngebon." Iis menyerongkan tubuhnya menghadap putri semata wayangnya. "Kamu beneran enggak punya calon suami?" todongnya langsun...