#18

4.2K 463 1
                                    

Jaemin terbangun dengan tubuh kebas dan terikat. Si manis mengedarkan pandangannya berusaha mengenali ruangan yang ia tempati saat ini. Mata indahnya melotot saat melihat Renjun dalam keadaan tak sadarkan diri terikat di atas kursi di dekatnya. Si manis ingin menangis saja saat melihat bagaimana wajah tampan Renjun sudah dipenuhi lebam dan darah kering di mana-mana.

"Renjun ah" Lirih Jaemin berusaha membangunkan temannya itu.

Si manis sudah menangis. Ia tak tau harus melakukan apa. Terakhir ia hanya mengingat bahwa dirinya dan Renjun sedang membahas hal-hal lucu sembari makan siang di kantin gedung radio. Mereka mendapat jam istirahat yang terlambat karena beberapa kesalahan teknis namun para kru dengan baik hati menambah jam istirahat mereka. Saat sedang bercanda, Jaemin mendengar suara teriakan orang yang mengatakan kebakaran.

Saat itu Jaemin dan Renjun langsung panik dan akan bergegas menyelamatkan diri namun tiba-tiba seseorang memukul tengkuknya hingga terjatuh. Setelah itu, Jaemin hanya dapat melihat wajah khawatir Renjun sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.

"Renjun ah, bangun hiks."

Jaemin mencoba mendekat ke arah Renjun dengan menggoyangkan kursinya. Beberapa kali ia meringis saat tali yang mengikat tangannya tak sengaja menggores kulit nya.

"Renjun, kumohon bangun." Panggil si manis lagi. Pemuda itu tak pantang menyerah untuk membangunkan Renjun.

Akhirnya usaha Jaemin tak sia-sia. Pemuda manis itu bisa melihat mata Renjun yang bergerak-gerak kemudian perlahan terbuka. Pemuda mungil itu seperti sedang mengumpulkan kesadarannya lalu meringis saat luka yang ada di tubuhnya terasa sakit.

"Renjun ah."

Renjun menoleh, matanya langsung melotot melihat keadaan Jaemin yang tidak bisa di katakan baik.

"Jaemin, diam jangan banyak bergerak kau akan menyakiti dirimu sendiri." Ujar Renjun saat ia melihat Jaemin yang masih berusaha mendekatinya. Sebagai gantinya, Renjun yang berusaha sekuat tenaga mendekati si manis. Hal itu benar-benar menyakitkan mengingat banyak luka di tubuh Renjun karena sempat dipukuli saat ingin menyelamatkan Jaemin.

Usaha Renjun tidak sia-sia. Beberapa saat kemudian ia sudah berada di dekat si manis. Jaemin yang melihat itu tak bisa lagi menahan tangisnya. Kepala Jaemin ambruk di bahu kecil Renjun dan menangis sejadinya di sana.

"Sudah tenang lah, aku berjanji kita akan keluar dari sini secepatnya." Ujar Renjun berusaha menenangkan si manis. Pemuda itu ingin mengusap kepala Jaemin namun tak bisa karena tangannya terikat di belakang.

"Sudah jangan menangis, kita pikirkan cara untuk keluar dari sini oke?"

Jaemin mengangguk lalu menarik kepalanya kembali. Renjun terdiam sesaat sebelum senyum tipis muncul di bibirnya.

"Jaemin ah, apakah kau bisa berdiri?"

Jaemin mencoba berdiri dan berhasil walaupun tak bisa berdiri tegak karena terhalang kursi.

"Hadap belakang, gunakan tanganmu untuk mengambil pemotong kuku di saku jaket ku."

Ucap Renjun sembari ikut membusungkan dadanya agar Jaemin mudah mengambil pemotong kuku itu. Diam-diam ia bersyukur karena tadi sempat memotong kuku di mobil sebelum berangkat ke radio. Karena terburu-buru ia tak sempat mengembalikan pemotong kuku itu di tempatnya tapi malah meletakkannya di dalam saku jaketnya.

Jaemin sedikit meringis saat tangannya mencoba bergerak. Namun pemuda manis itu tak menyerah, ia harus keluar dari sini. Ia mengingat keluarganya, teman-teman nya dan Jeno, pemuda yang masih menunggunya. Ia masih ingin hidup di antara mereka. Pada akhirnya, Jaemin berhasil mengambil pemotong kuku itu.

The Young Master and His Guard [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang