Hari ini apartemen Renjun mendadak ramai karena kunjungan dari member NCT. Walaupun tidak semua member datang karena beberapa masih memiliki jadwal, apartemen luas itu terasa sangat sempit dan ribut. Bukan member NCT kalau tida ribut, semua orang tau itu.
Renjun menghela nafas melihat para hyung nya sudah tergeletak di ruang TV dengan berbagai macam makanan ringan yang berceceran dimana-mana, sedangkan para dongseng ribut di meja makan karena bermain game. Renjun sebenarnya senang para member datang menjenguk namun ia merasa kasihan dengan Jaemin yang pasti akan merapikan semua itu sendiri karena dirinya tak bisa membantu.
"Renjun ah, kapan jadwal terapi mu?" Tanya Doyong yang baru saja datang dari dapur. Pemuda tampan itu nampak membawa semangkuk ramen yang masih mengepulkan asap.
"Minggu depan hyung."
Doyong mengangguk-angguk lalu duduk di karpet sembari mulai memakan ramen nya.
"YAK LEE HAECHAN KAU CURANG."
Teriakan Yangyang membuat Renjun kembali menghela nafas. Sudahlah memang ini resiko menjadi salah satu member dari dua puluh tiga pemuda berisik.
---
Jaemin tersenyum tipis di tengah kegaduhan yang terjadi. Pemuda itu lebih memilih berkutat di dapur dengan Taeyong untuk membuat kue dari pada bermain dengan teman-temannya. Sebenarnya bukan dia tak mau. Namun rasa canggung saat bertemu Jeno membuatnya sedikit risih. Jaemin sangat sadar bahwa saat ini Jeno sedang mendiaminya. Bahkan pemuda tampan itu langsung memalingkan muka saat mereka tak sengaja bertatapan. Hal itu sebenarnya membuat si manis merasa sedih.
"Kau yakin dengan pilihanmu?" Taeyong tiba-tiba bersuara.
"Huh?"
"Tentang menikah dengan Renjun."
Jaemin meremas apron yang sedang ia kenakan. Tangannya mengepal erat namun bibirnya tetap tersenyum.
"Aku yakin hyung."
Taeyong yang mendengar itu sontak menghela nafas. Leader NCT itu meletakkan pisau yang sedari tadi ia pakai untuk memotong coklat sebelum menghadap ke Jaemin kemudian meletakkan kedua tangannya di pundak sempit Jaemin.
"Jaemin ah, kau tidak perlu sampai seperti ini."
"Aku baik-baik saja, hyung." Jawab Jaemin tanpa melunturkan senyumnya.
Taeyong yang sudah kepalang kesal langsung menarik si manis keluar dari dapur.
"DOYOUNG AH TOLONG LANJUTKAN KUE KU, AKU ADA SEDIKIT URUSAN."
Teriak Taeyong sebelum masuk kedalam kamar Renjun bersama Jaemin lalu menguncinya. Beberapa member yang melihat itu dibuat penasaran. Termasuk Jeno yang sedari tadi diam-diam mencuri pandang pada Jaemin.
"Kemarilah, peluk aku." Ucap Taeyong sesaat setelah keduanya masuk kedalam kamar. Pemuda tampan itu membuka kedua lengannya lebar-lebar menanti si manis untuk masuk kedalam dekapannya.
"Hyung,"
Jaemin menubrukkan tubuhnya pada tubuh ramping Taeyong. Air mata yang sedari tadi ia coba tahan luluh begitu saja saat merasakan usapan lembut tangan Taeyong di surainya.
"Aku mencintainya hyung, sangat. tapi aku tak bisa membiarkan Renjun lebih terluka." Ucap Jaemin sembari terbata di tengah tangisnya.
"Nana ya, dengarkan hyung. Kau tidak perlu berjalan sejauh ini. Kau masih bisa membantu merawat Renjun sampai pulih. Jangan mengorbankan perasaanmu karena rasa bersalah."
Jaemin melepas pelukan Taeyong. Mata indahnya yang sudah basah menatap lekat mata tajam Taeyong.
"Hyung, Renjun mencintaiku. Aku sudah menyakitinya karena tidak bisa membalas cintanya, dan sekarang ia juga harus menunda impiannya karena ku."
"Jaemin ah, Renjun akan sembuh setelah terapi."
"Dan terapi itu bisa memakan waktu hingga dua tahun, belum lagi dengan pemulihannya. Aku ingin ada di sampingnya untuk menebus tahun-tahun itu."
Taeyong menghela nafas. Jaemin bukanlah orang yang mudah. Si manis itu selalu teguh dengan pendirian dan pilihannya. Pada akhirnya Taeyong hanya bisa mendukung apapun keputusan si manis.
"Baiklah, hyung akan selalu mendukungmu. Tapi kau harus berjanji jangan memikul semua sendirian. Bagi semua keluh kesahmu pada orang lain. Hyung akan selalu ada untukmu."
Jaemin tersenyum hangat sebelum kembali memeluk tubuh ramping Taeyong.
---
"Maafkan aku, Jeno ya."
"Untuk apa meminta maaf?"
Jeno mengetukkan jemarinya pada permukaan meja, sedikit enggan menatap lawan bicaranya."Maaf untuk Jaemin. Aku tidak bermaksud mengambilnya darimu."
"Maka kembalikanlah!"
Renjun menipiskan bibirnya, kesepuluh jemarinya saling bertautan di atas pangkuannya.
"Tidak usah bicara seperti itu jika kau tidak memiliki niat untuk mengembalikannya padaku."
Ucap Jeno dingin sebelum keluar dari ruang kerja Renjun dengan membanting pintu.
"Maafkan aku Jeno ya, aku hanya terlalu mencintai nya."
---
Malam harinya, Jaemin dan Renjun sibuk membersihkan rumah. Lebih tepatnya Jaemin yang membersihkan dan Renjun hanya diam mengamati karena si manis tidak ingin dibantu. Mata tajamnya tak lepas dari sosok cantik Jaemin yang sedang berkeliaran kesana kemari untuk membersihkan ruang TV dan dapur.
"Kau sakit? Wajahmu pucat."
Tanya Renjun setelah Jaemin menyelesaikan pekerjaannya.
"Tidak, seperti nya hanya kelelahan." Jawab Jaemin setelah membaringkan tubuhnya di atas sofa.
Renjun membawa kursi rodanya mendekat. Mengusap dahi si manis lalu beralih ke tangannya, memberikan sedikit pijitan disana.
"Besok akan ku belikan alat pembersih otomatis."
Si manis hanya mengangguk. Matanya terpejam menikmati pijatan lembut Renjun di lengannya. Hari ini ia memang merasa sedikit lelah. Mungkin juga karena banyak pikiran yang mengganggunya. Ditambah tadi ia menangis cukup lama dengan Taeyong, membuat matanya sedikit berat dan panas.
"Maaf tidak bisa membantumu." Sesal Renjun.
Jaemin langsung membuka mata. Mengubah posisinya menjadi berbaring miring menghadap Renjun.
"Tidak masalah, mungkin karena kurang olah raga saja makanya mudah lelah."
Renjun hanya mengangguk sembari meneruskan pijatannya, sedangkan Jaemin kembali memejamkan mata.
---
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Young Master and His Guard [NOMIN]
FanfictionBercerita tentang Lee Jeno yang mencintai tuan muda nya. END #nomin #bxb