#11

5.4K 559 7
                                    

Jeno menggerutu sepanjang jalan, menyalahkan semua tikus-tikus kecil yang menganggu liburan nya. Sungguh ia ingin bergegas mencari orang-orang itu, menghabisi mereka tanpa sisa agar bisa kembali dengan cepat.

Si tampan meregangkan ototnya sebentar. Perjalanan dari Jepang ke Korea memang tidak memakan waktu lama namun tetap melelahkan. Apa lagi tadi, Jeno terpaksa diturunkan sebelum helikopter menginjak tanah karena di sekitar target tidak ada lapangan landas, sungguh menyebalkan.

Tidak hanya itu, Haechan berakhir tidak ikut dengan alasan menjaga tuan muda. Padahal Jeno yakin si menyebalkan itu saat ini sedang tidur nyaman di atas kasur empuk di kediaman kakek Jaemin. Sial, kekesalan Jeno menjadi berkali-kali lipat.

"Kau terlihat mengerikan Ace," Ucap Roger yang sedari tadi berjalan di belakang Jeno. Pemuda tampan itu bahkan tidak berani  berbicara lebih banyak karena takut ketua tim sekaligus sahabatnya itu mengamuk.

"Diam lah, Roger. Cepat selesaikan! aku ingin cepat pulang."

Kedua pemuda itu kembali berjalan menuju sebuah club kecil di pinggiran kota Seoul. Jeno menggunakan masker dan topinya sebagai penyamaran, mencegah seseorang mengenalinya. Sedangkan Roger tak perlu repot-repot menyembunyikan wajah tampannya.

Keduanya masuk kedalam club, sedikit bergidik saat melihat kekacauan di dalamnya. Club pinggir kota ternyata seburuk itu. Orang-orang di dalam club menari liar, beberapa bahkan tak segan saling bercumbu dan melakukan hubungan seksual di tengah kerumunan. Tak hanya itu, club ini benar-benar kotor. Jeno bisa melihat banyak muntahan di lantai dan sampah yang berserakan. Jeno benar-benar mual dibuatnya.

"Mereka ada di meja judi."

Jeno mengangguk, berjalan pelan ke arah yang Roger maksud sembari berusaha membebaskan diri dari pelacur liar yang sedari tadi berusaha menarikannya.

"Kau lihat? aku menang lagi. Cepat-cepat berikan uang itu padaku!"

Ucapan penuh nada sombong dari seorang pria paruh baya yang berdiri di ujung meja judi membuat Jeno berdecih, "Sampah."

"Apa kau bilang?"

Ah tampak nya ucapan Jeno terlalu kencang.

"Tidak, aku tidak mengatakan apapun."

"Kau tadi mengatai ku 'sampah', sialan." Murka pria tadi.

"Kau merasa? Syukurlah kalau begitu."

Ucapan Jeno berhasil membuat si pria paruh baya emosi bukan main. Pria itu berdiri, diikuti beberapa pria lain yang pastinya adalah bawahan nya. Jeno tak gentar sedikit pun. Ia menatap sang lawan dari atas sampai bawah dengan pandangan mencemooh.

"Jadi, tikus menjijikkan ini yang sudah menganggu liburanku," batinnya kesal.

"Bocah sialan. Cepat tangkap dia!"

Para tikus maju, bergerak sembarangan sembari menendang semua benda yang menghalangi mereka.

Jeno masih diam di tempatnya, memberi isyarat pada Roger untuk mendekat. Keduanya memasang kuda-kuda, siap menyerang belasan orang yang sudah mengepung mereka.

Si pria paruh baya tersenyum mengejek. "Katakan selamat tinggal pada dunia anak muda."

Perkelahian terjadi setelahnya, Jeno dan Roger berdiri saling membelakangi, mulai melawan orang-orang yang mendekati mereka.

Mata Jeno menyipitkan tajam bak elang yang menemukan mangsa. Pukulannya begitu ringan dan tendangannya tepat sasaran. Pemuda itu memang sangat berbakat dalam perkelahian.

Beberapa lawan sudah terkapar tak berdaya namun masih banyak pula yang memiliki kekuatan ekstra hingga masih bisa bertahan. Keadaan bar sangat kacau, suara barang-barang yang dilempar bersahut-sahutan dengan teriakan pengunjung.

The Young Master and His Guard [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang