"Apa maksudmu sayang?"
Nyonya Kim menjadi orang pertama yang membuka mulut sedangkan yang lain masih tetap diam.
"Nana ingin merawat Renjun mommy."
Helaan nafas terdengar dari sang kepala keluarga.
"Nana bisa merawat Renjun tapi daddy tidak setuju jika Nana ingin menikah dengan Renjun." Tegas tuan Kim
Jaemin yang tadinya menunduk langsung mengangkat kepalanya, menatap sang ayah dengan penuh pertanyaan.
"Kenapa?"
Nyonya Kim bangkit dari kursinya, menghampiri kursi sang anak lalu membawa Jaemin ke dalam pelukannya.
"Sayang, menikah itu bukan hal yang mudah. Kau tidak bisa menikah karena rasa bersalah. Mommy dan Daddy tidak mau kau menikahi orang yang tidak kau cintai, sayang."
Satu persatu keluarga lain meninggalkan ruang makan, menyisakan keluarga kecil tuan Kim.
"Nana bisa belajar mencintai Renjun, mommy. Renjun baik dan Nana nyaman saat bersamanya."
Jaemin masih keras kepala dengan pilihannya.
"Daddy tidak akan mengijinkan." Tegas tuan Kim sebelum pergi begitu saja meninggalkan Jaemin yang sudah terisak di perut ibunya.
---
Jeno datang ke sebuah restoran mewah atas undangan tuan Kim. Tadi, setelah pulang dari jadwal ia dihubungi sang 'ayah' untuk makan siang bersama.
"Daddy."
Sapa Jeno begitu ia tiba di salah satu ruangan khusus. Ia bisa melihat ayah angkatnya yang nampak gagah dengan balutan pakaian kerja.
"Duduklah! Daddy sudah memesan makanan kesukaan mu."
Jeno menurut lalu duduk di kursi yang paling dekat dengan tuan Kim.
"Daddy ada masalah?"
"Nanti saja, sekarang kita makan dulu."
Setelahnya hanya ada suara denting alat makan yang terdengar. Jeno dan tuan Kim sama-sama menikmati seluruh hidangan yang tersaji.
Keduanya selesai beberapa saat kemudian. Jeno menegak segelas air putih yang disediakan sedangkan tuan Kim lebih memilih wine.
"Jaemin mengatakan ingin menikah dengan Renjun."
Ucapan tuan Kim membuat Jeno diam seketika. H
"Bagaimana bisa?"
"Kau tau sendiri, bocah itu memang selalu begitu jika merasa bertanggung jawab akan sesuatu."
Jeno mengangguk, begitu faham dengan sifat Jaemin yang itu.
"Daddy tak mau Jaemin menikah dengan orang yang tidak ia cintai Jeno ya." Lanjut tuan Kim sembari menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.
"Mungkin Nana memang mencintai Renjun." Lirih Jeno, pemuda itu menunduk dengan tangan yang sibuk memutar-mutar gelas di tangan nya.
"Jeno ya, dilihat dari manapun kami semua tau Jaemin mencintaimu. Dia hanya tidak sadar akan perasannya."
Jeno hanya menunduk, selama ini ia selalu percaya diri jika ia yang akan berakhir dengan Jaemin. Ia tau perasaan Jaemin yang selalu terpancar dari mata si manis. Bertahun-tahun tinggal bersama, Jeno dengan mudah mengartikan tatapan dari mata indah itu.
Jaemin memang orang yang sangat manja pada siapapun namun si manis akan bertingkah berbeda jika sedang bersama Jeno. Hal itu yang selama ini membuat Jeno tenang. Namun berita dari sang 'ayah' tak pernah terlintas dalam pikirannya. Si manis mengorbankan perasaannya karena rasa bersalah.
"Daddy, Jaemin sudah dewasa dia tau mana yang benar dan salah. Aku yakin dia sudah memikirkan permintaannya."
"Lalu bagaimana dengan dirimu?"
Jeno tak menjawab membuat tuan Kim menghela nafas lalu kembali menyesap minumannya.
---
Sepulang dari makan siang, Jeno langsung pergi ke markas dan mengurung dirinya di arena tembak selama berjam-jam.
Hal itu membuat Haechan dan Roger yang memang memiliki jadwal latihan terheran-heran.
"Ada apa dengannya?" Tanya Roger setelah menyelesaikan latihan fisik.
"Aku juga tidak tau. Tadi setelah jadwal, dia berpamitan untuk menemui tuan Kim."
"Apa ada hubungannya dengan tuan muda?"
Haechan mengangkat kedua bahunya cepat lalu beranjak untuk mengambil air dan menegaknya hingga tandas.
"Aku akan bicara padanya."
---
Haechan meringis saat melihat papan sasaran yang sudah di penuhi lubang. Entah sudah berapa kali tembakan yang dilesatkan oleh pemuda tampan di depannya.
"Kau kenapa?" Tanya Haechan setelah mendudukkan dirinya di kursi tak jauh dari tempat Jeno berdiri.
"Jaemin ingin menikah dengan Renjun."
Ucapan pelan Jeno itu membuat Haechan terkejut bukan main.
"Bagaimana bisa?"
Jeno meletakkan senapannya di tempat semula lalu pergi untuk duduk di sebelah Haechan.
"Jaemin merasa bersalah dan ingin merawat Renjun."
"Haish anak itu."
Haechan berdecih. Na Jaemin memang pemuda yang sangat baik hati. Jika orang lain hanya akan meminta maaf maka pemuda itu akan melakukan apapun untuk menebus kesalahannya.
"Ngomong-ngomong Jeno ya, apa hubunganmu dengan tuan Kim?"
"Huh?" Jeno langsung menoleh.
"Aku tak sengaja mendengar obrolan kalian saat di markas waktu itu."
Jeno menghela nafas.
"Aku anak angkat tuan Kim."
"Anak angkat?"
"Ya, orang tuaku adalah sahabat tuan Kim."
"Orang tau? Tuan dan nyonya Lee?"
Jeno menggeleng, dan Haechan memicingkan matanya.
"Orang tua kandungku."
"Huh?"
Jeno menceritakan tentang bagaimana bisa ia diangkat anak oleh tuan Kim, ia juga menceritakan keadaan Jaemin yang sedang lupa ingatan dan mungkin tak akan mengingatnya lagi.
Haechan yang mendengar itu cukup terkejut namun juga tak bia berkomentar apapun. Ternyata teman seperjuangannya satu itu juga anak konglomerat, namun Jeno lebih memilih menitipkan seluruh asetnya ke orang kepercayaan orang tuanya agar bisa selalu berada di samping sang pujaan hati.
---
Jeno dan Haechan tiba di dorm Dream tepat pukul sembilan malam. Saat masuk, kedua pemuda itu langsung disambut Taeyong dan Winwin yang sedang menonton tv dengan cemilan di pangkuan mereka.
"Kalian disini hyung?"
"Iya, kau juga kenapa ke mari?" Tanya Taeyong yang tak melepas atensinya pada TV yang menyala. Sedangkan Winwin bahkan mengabaikan keberadaan mereka.
"Aku mengantar bocah patah hati." Ucap Haechan yang langsung di balas pelototan tajam dari Jeno.
"Huh siapa yang patah hati?" Tanya Winwin akhirnya.
"Ini si samoyed."
"Kenapa memangnya?" Tanya Taeyong.
"Jaemin minta dinikahkan dengan Renjun."
"Oh...."
"NE?"
----
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Young Master and His Guard [NOMIN]
FanficBercerita tentang Lee Jeno yang mencintai tuan muda nya. END #nomin #bxb